All Chapters of Hot Night with Berondong: Chapter 41 - Chapter 50
72 Chapters
Bab 41 - Kedatangan Ibu Tiri
Felicia berusaha mengenyahkan perasaan tidak nyaman yang menggelayuti pikirannya. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja. Ia mencoba melupakan kejadian aneh di bandara dan saat dalam perjalanan ke rumah.Saat Felicia baru saja merebahkan tubuh ke atas kasur, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Theo. Entah mengapa Theo meneleponnya, ia pun mengambil ponsel lalu mengangkatnya.[Halo, Feli. Udah sampai rumah?]Felicia mengernyit, dari nada bicara Theo terdengar khawatir. Memangnya ada apa?“Udah. Kalau kamu bagaimana?”[Saya juga udah di apartemen.]Felicia merespon dengan anggukan, meskipun ia tahu Theo tak melihatnya.[Besok mau saya jemput? Berangkat bareng.]Felicia bertanya-tanya di dalam hati, kenapa Theo mengajaknya berangkat bersama? Apa mungkin … Theo hendak mengungkapkan perasaan lagi padanya?Duh, Felicia jadi tak nyaman.“Nanti merepotkan, nggak usah,” u
Read more
Bab 42 - Keluarga Theo (Sisi Lain)
Felicia melangkah dengan cepat menjauhi lobi, perasaan tidak nyaman masih menggelayuti hatinya setelah bertemu dengan mama tiri Theo. Kata-kata wanita itu terus terngiang-ngiang di pikirannya.Felicia mencoba menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki ruang kerjanya kembali.Sesampainya di ruangan, Felicia langsung menuju ke meja Marcell. Ia mengetuk pintu dengan ragu sebelum akhirnya masuk.“Permisi, apa Pak Marcell memanggil saya?” tanya Felicia.Marcell menoleh, wajahnya tampak bingung. “Saya nggak memanggil kamu.”Felicia tertegun. “Nggak memanggil saya?”Marcell menggelengkan kepala. “Enggak. Memangnya ada apa?”“Enggak ada apa-apa, Pak. Tadi saya pikir dipanggil sama Pak Marcell. Kalau begitu, saya permisi.”Felicia berjalan ke tempat duduknya dengan raut bingung. Berarti, tadi Theo berbohong padanya. Theo bilang, dia dipanggil oleh Marcel
Read more
Bab 43 - Memelukmu Sebagai Dopamin
Tanpa Theo sadari, Samuel memergoki Theo yang sedang tersenyum tipis. Samuel curiga, jangan-jangan Theo sudah punya pacar?Samuel tersenyum menyebalkan. “Kak Theo, apa kamu sudah punya pacar sekarang?” tanyanya dengan nada menyindir, seolah mengejek.Theo menatap Samuel dengan tajam, bibirnya mengatup rapat.“Sepertinya sudah.” Itu bukan suara Samuel, melainkan Regina. “Ada seorang wanita yang dekat denganmu ‘kan, The? Kalau nggak salah, dia karyawan tetap di perusahaan, satu divisi di tempat kamu magang.”Rahang Theo mengeras. Dia mencengkeram pisau di tangannya, berusaha menahan marah yang membara di dalam dadanya.“Nggak, Mama salah.” Theo biasa memanggil Regina ‘mama’ jika ada Martin, terpaksa. “Wanita itu bukan siapa-siapa, dia hanya karyawan yang pernah membimbingku sebagai anak magang. Kami dekat karena itu.”“Apa benar begitu, Theo?” Kali ini Ma
Read more
Bab 44 - Menginap Lagi
“Saya butuh kamu untuk menemani sampai besok,” imbuh Theo.Felicia menatap ragu. “Tapi …”“Please …” mohon Theo disertai puppy eyesnya.Felicia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Tatapan memohon Theo membuat hatinya goyah.Ditambah lagi, sekarang ini Theo memasang ekspresi sok imut khas berondong ganteng yang menggemaskan. Astaga, kalau sudah begini, Felicia makin sulit untuk menolak permintaan Theo.Felicia menatap Theo dalam-dalam. Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Felicia mengangguk perlahan.“Saya ikut kamu ke apartemenmu,” ucap Felicia akhirnya.Senyum tipis terukir di wajah Theo. “Makasih, Feli.”“Saya cuma menemani kamu aja ‘kan? Nggak ada yang aneh-aneh?” tanya Felicia, memastikan.“Enggak. Saya nggak akan ngapa-ngapain.”“Oke, saya mau berkemas dulu,
Read more
Bab 45 - Mengunjungi Makam
Theo cepat-cepat memberikan tissue kepada Felicia sambil tertawa kecil.“Nih,” kata Theo dengan senyum hangatnya.Felicia membersihkan mulutnya sendiri lalu berujar, “Maaf, The. Kamu sih bikin saya kaget!"Theo malah kembali tertawa. Seolah terhibur dengan reaksi Felicia.Felicia yang merasa bersalah pun menyodorkan tissue kepada Theo. “Nih, bersihkan muka kamu.”Theo menerim tissue itu. Namun, sebelum menggunakannya, Theo tersenyum lalu mengambil sebutir nasi goreng di wajahnya dan memakannya.Sontak, Felicia melotot melihatnya. “Theo, jorok! Itu ‘kan bekasnya saya!”“Enak kok,” kata Theo.Felicia hanya bisa melongo. Sebelum Theo memakan lagi bekas nasi di wajah, Felicia beranjak dari duduk lalu membersihkan wajah Theo dengan tissue.“Nggak usah aneh-aneh,” ucap Felicia.Theo hanya tersenyum. Dan, tiba-tiba menahan tangan Felicia agar tak men
Read more
Bab 46 - Meminta Kepastian
Felicia terus mengusap punggung Theo dengan lembut, berusaha memberikan kenyamanan. Dia merangkul Theo lebih erat, membiarkan pria itu menangis sepuasnya.Beberapa menit kemudian, tangis Theo akhirnya mereda. Theo menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.“Maaf, Feli. Baju kamu jadi basah, saya nggak seharusnya nangis begini,” ucap Theo dengan suara serak khas seseorang habis menangis. Dia lantas menunduk, terlihat malu.Felicia menggeleng, menatap Theo dengan penuh pengertian. “Nggak apa-apa kok.”Theo tersenyum tipis, merasa lebih lega. Dia terdiam cukup lama, tatapannya lurus ke depan, seperti sedang mengenang kejadian di masa lalu.“Mama saya orangnya baik banget. Saking baiknya, Mama masih mau bertahan walaupun ada cewek ular merusak rumah tangganya,” ucap Theo, bercerita tiba-tiba dengan raut wajah yang berubah marah.“Apa maksudnya Mama tirimu?” tebak Felicia.“Ya,” angguk Theo. “Padahal Mama saya jauh lebih cantik.”Theo mengeluarkan dompet dari sakunya dan membuka
Read more
Bab 47 - Theo Menyerah
Felicia tertegun, pertanyaan Theo membuatnya bingung. Ia bisa merasakan intensitas emosi Theo yang berusaha menahan kecewa. Dalam situasi seperti ini, ia merasa tak berdaya, tak tahu harus menjawab apa."Theo, saya..." Felicia menghela napas panjang, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Saya butuh waktu."Theo menatap Felicia dengan mata penuh harapan yang mulai memudar."Berapa lama lagi, Bu Feli? Saya butuh kepastian. Saya udah berusaha sebisa saya, tapi rasanya seperti berjalan di tempat."Felicia mengalihkan pandangannya, mendadak ada perasaan bersalah yang menghinggapinya. Ada banyak alasan yang membuatnya tak bisa menerima perasaan Theo.“Kamu pasti tahu sendiri kalau kita nggak pantas bersama,” ucap Felicia, dengan terpaksa.“Karena apa? Jangan bilang alasannya masih karena umur saya dan karena saya cuma anak magang di sini?” tanya Theo dengan nada bicara yang mulai meninggi.Felicia tak menjawab. Ia
Read more
Bab 48 - Menyadari Perasaan
Tiba-tiba Felicia merasa lemas setelah mendengar obrolan Theo dan temannya. Masih dengan diam-diam, Felicia pergi dari sana dan kembali ke mejanya.Diana dan Fani, teman Felicia yang ada di sana, menyadari perubahan ekspresi Felicia.“Kenapa, Fel?” tanya Diana.Felicia tak langsung menjawab. Ia merasa dadanya sesak mengingat kata-kata Theo. Namun, ada juga perasaan bersalah yang kuat menyeruak di dalam dirinya.Felicia memaksakan senyum. “Nggak apa-apa, cuma agak capek.”“Kalau capek, bisa pulang aja, Fel. Mungkin kamu perlu istirahat,” kata Fani.Felicia menggeleng. “Nggak kok. Masih ingin nongkrong sama kalian.”Felicia mendengarkan obrolan Fani dan Diana. Namun, pikirannya berkecamuk. Gara-gara apa lagi kalau bukan Theo?Felicia masih memikirkan kata-kata Theo tadi, dan perasaannya sendiri. Apakah ia benar-benar ingin kehilangan Theo? Apa yang sebenarnya ia rasakan terhadap ber
Read more
Bab 49 - Felicia Mencium Duluan, Confess!
Felicia mempercepat langkah kakinya, berusaha untuk tidak kehilangan jejak Theo yang berbelok ke lorong sepi. Hatinya berdebar kencang, memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.Theo tiba-tiba berhenti melangkah dan mengeluarkan ponselnya. Felicia bersembunyi di balik pilar, mendengarkan percakapan Theo yang sepertinya baru saja ditelepon oleh kenalannya.“Halo, Evan,” sapa Theo, menempelkan ponsel ke telinga.Felicia tidak tahu mereka membicarakan apa? Tapi, tiba-tiba Theo berseru dengan nada kaget.“Apa? Cari cewek cantik di club malam?!” pekik Theo.Felicia melotot mendengarnya. Ia masih bersembunyi sambil menguping pembicaraan Theo.“Nanti malam atau kapan?” Theo masih asyik berbincang di telepon tanpa menyadari kehadiran Felicia.Sedangkan Felicia mendadak gelisah di tempat. Apa Theo benar-benar sudah move on darinya dan hendak mencari cewek lain, bahkan ke club malam?!Felicia ha
Read more
Bab 50 - Jadian!
Ciuman tadi cukup ganas, membuat pipi Felicia memanas.“Kamu pakai baju apa ini, hm?” bisik Theo dengan sensual, lantas menggigit telinga Felicia.Pakaian yang Felicia kenakan terlihat seksi di mata Theo.Felicia terkesiap. Tiba-tiba Theo menghimpit tubuhnya ke tembok. Ibu jari Theo mengelus bibir Felicia, kemudian turun ke bawah, mengelus tubuh Felicia dan menatap tajam apa yang Felicia kenakan.Dan, Felicia pun menyadari kalau tatapan Theo berubah, tampak seperti ada bara api di mata Theo yang membuat tubuh Felicia memanas karena ditatap seperti itu.Theo masih mengelus tubuh Felicia. “Kamu nggak boleh pakai baju begini lagi kalau keluar, apalagi dilihat cowok lain.”Felicia menggigit bibir, tak menjawab. Sebab, elusan tangan Theo terasa begitu sensual, dan lelaki itu juga masih berbisik di telinganya seperti sengaja menggodanya.Tak mendapati respon dari Felicia, tangan Theo yang hinggap di pinggul Felicia m
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status