Semua Bab Badboy yang Harus Aku Taklukan: Bab 11 - Bab 20
32 Bab
Setengah diculik Gaara
“Kau bilang ide yang bagus kan sebelumnya? Jadi ayo kerumahku dan berenang,” ujar pria itu lagi dengan santai.Esther hanya bisa menganga, dia menatap langit yang sudah mulai berubah warna menjadi oranye di luar sana. “Aku memang bilang kalau itu ide yang bagus, tapi bukan berarti aku mau berenang sekarang juga.”“Besok kan kau tidak ada kelas,” sahut pria itu singkat, yang sekali lagi membuat Esther hanya bisa mengerjapkan matanya.Bagaimana dia tahu soal itu?Namun sebelum dia bisa mengeluarkan suaranya lagi untuk protes, mereka sudah masuk ke dalam gerbang kediaman keluarga Maxwell yang megah. Mau menolak atau kabur juga rasanya percuma, toh laki-laki itu yang memegang setir mobilnya sekarang. Belum lagi dia jadi ingat perkataan si paman montir soal Gaara yang pemaksa. Sudah jelas keputusan pria itu menjadi sesuatu yang sifatnya mutlak.Gaara keluar lebih dulu dari mobilnya, sementara Esther masih sibuk melepas sabuk pengaman. Esther pikir laki-laki itu akan meninggalkannya, tetapi
Baca selengkapnya
Pria Berbahaya & Esther yang Naik Pitam
Sebelum Esther bisa mengatakan balasan apa pun, tiba-tiba saja bibir Gaara sudah lebih dulu membungkam bibirnya. Dia pun tenggelam di dalam ciuman panas menggelora yang di penuhi oleh gairah. Esther mengerang saat lidah Gaara memaksa untuk membuka bibirnya. Tangan pria itu bahkan serta merta menurunkan pakaian renang yang dikenakan olehnya. Sambil terus saja mencumbu Esther, jari-jarinya yang sudah terlatih membelai puncak dadanya. Perut Esther secara refleks langsung menegang tatkala dia menerima sentuhan dari Gaara. Erangan keluar dari mulutnya tanpa bisa dia cegah, meskipun mulutnya masih dibungkam oleh Gaara.Esther sedikit lega ketika jemari pria itu mulai meninggalkan bagian dadanya, tetapi kelegaan itu tidak berlangsung lama lantaran Esther merasakan jari-jari yang sama membelai pangkal pahanya. Kedua mata Esther kontan terbuka dan dia tersadarkan bahwa ini sudah lebih jauh dari pada batas yang bisa dia toleransi.Kedua tangan gadis itu secara refleks langsung mendorong Gaara u
Baca selengkapnya
Kepikiran Kamu
“Sialan!” Gaara tiba-tiba terjaga dari tidurnya. Dada pemuda itu naik turun dengan cepat dengan napas yang tersenggal. Kaosnya basah oleh keringat dan secara spontan langsung melemparkan selimutnya beserta membuka kaos yang dia kenakan untuk kemudian dia lemparkan secara sembarangan.Setelah mendapatkan ketenangannya kembali, Gaara lantas segera menuju ke laci lemari di dekat closet pakaiannya. Mengeluarkan sebuah kotak dan dibawanya kotak tersebut ke jendela besar yang sengaja tirainya tidak dia tutup. Dari kotak itu dia mengeluarkan ganja dan melintingnya menjadi rokok. Dengan pematik yang sudah tersedia dia kemudian membakar ujungnya dan menghisap benda itu secara mendalam.Ini adalah malam kedua Gaara mengalami mimpi buruk yang memutar memori masa kecilnya. Dan jika sudah seperti ini dia akan menggunakan jalan pintas untuk menghilangkan seluruh rasa yang terbawa dari mimpi itu menggunakan hisapan rokoknya. Setidaknya itu lebih baik ketimbang menjadi gila karena rasa bersalah.Dia
Baca selengkapnya
Bunga Permintaan Maaf
Awal Minggu tidak pernah menjadi hari yang baik bagi semua orang. Hal itu juga berlaku untuk Esther yang paling malas menjalani harinya di kampus pada Senin pagi. Tubuh gadis itu masih melingkar dalam selimut, menolak untuk melepaskan kehangatannya barang sejenak. Dari semua suara-suara di luar kediamannya, dia tahu sebagian tetangganya mungkin telah memulai aktivitas. Dia pun seharusnya begitu, karena dia punya kelas pagi, hari ini.Tapi Demi Tuhan! Esther sangat ingin bolos hari itu.Semuanya makin rumit dan memenuhi kepala sampai dia mendengar seseorang mengetuk pintu. Esther bergegas turun dari ranjang dan membasuh mukanya dengan air sebelum bertatap muka dengan siapa pun pelakunya. Agak mengherankan sebab dia tidak pernah disatroni siapa pun di pagi hari.“Paket,” seru orang tersebut dari luar.“Ya, sebentar,” sahut Esther yang langsung membuka pintu untuk bertatap muka dengan sang kurir yang telah menyambutnya dengan senyum hangat beserta sebuah buket bunga ditangannya.“Esther
Baca selengkapnya
Another Day at Campus
“Ya, karena dibuat oleh tangan professional.”Gaara menyeringai mendengarnya. Gadis itu cukup berani, dan to the point. Sepertinya dia baru saja melakukan yang benar. Perempuan ini suka bunga, dan pengetahuannya sebagai pria gentleman membantunya sedikit walaupun tidak cukup untuk meredakan kemarahan gadis ini.“Lalu kau tidak berterima kasih?”“Aku tidak minta diberi bunga.”Gaara merasa dirinya seakan-akan terhipnotis. Ketajaman mata gadis itu dan pembawaannya yang penuh dengan amarah entah kenapa terlihat dua kali lipat jauh lebih seksi. Itu terlihat lebih baik dari pada sebuah senyuman menggoda yang biasa Gaara terima dari gadis-gadis lain. Sesuatu seperti itu jarang dia terima dari orang lain.Mestinya dia merasa terganggu atau paling tidak marah karena diperlakukan seperti ini. Tetapi kenyataannya Gaara malah terdorong untuk merengkuh gadis itu dan memberinya sebuah ciuman penuh gairah. Tapi tentu saja dia tidak segila itu, dan masih bisa menahan dirinya. Dia tahu betul bahwa ha
Baca selengkapnya
Bolos Bareng Gaara
“Kenapa kau menyeretku dalam hal ini?” protes Esther untuk kesekian kalinya.Saat ini mereka sudah berada di dalam Range Rover-nya Gaara yang sudah melaju di jalan raya, dan rasanya sudah sangat terlambat baginya untuk terus menerus memprotes apa yang Gaara perbuat. Esther tidak tahu kemana pria itu akan membawanya, tetapi jelas di lubuk hatinya bila pria itu bermaksud untuk membawanya ke tempat yang mencurigakan Esther bersumpah akan menghadiahi pria itu satu bogem mentah di wajahnya dan menendang tulang keringnya hingga geser.“Tidak bisakah kau terima kenyataan saja kalau aku hanya ingin bolos bersamamu hari ini?”Esther langsung bungkam, tetapi sekarang yang jadi kegelisahannya adalah ayahnya. Dia terlalu takut untuk menebak bagaimana reaksi ayahnya jika sampai tahu putri sulungnya berbuat aneh-aneh macam bolos kuliah dengan seorang berandalan macam Gaara Maxwell.“Berhentilah terus melirik ke layar handphonemu! Itu mengesalkan! Kau membuatku gila!” Akibat terlalu fokus pada Esthe
Baca selengkapnya
Tak Seburuk yang Aku Sangka
Esther mulanya agak ragu untuk duduk disebelah Gaara, tetapi kemudian setelah mempertimbangkan akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti kemauan pemuda itu. Dia mengambil jarak aman darinya, tidak terlalu dekat tetapi tidak juga terlalu jauh. Baginya itu perlu mengingat Gaara terkadang bersikap diluar prediksi.“Aku pernah punya pemikiran kalau kau dari luar negeri. Tapi aku tidak yakin juga kau memang lahir disini.”“Karena sudah kuberitahu harusnya kau sekarang yakin aku bukan dari sini,” sahut Gaara sambil menyesap minumannya.“Jadi … sebenarnya kau dari daerah mana?” tanya Esther memulai.“Wah, kau penasaran juga ya?”Wajah Esther memerah, dia agak malu karena kepergok memperlihatkan rasa keingintahuannya yang besar. “Kau sendiri kan yang pertama menyinggung-nyinggung masalah tempat kelahiran?”Sesaat Gaara terdiam cukup lama. Pandangan matanya menerawang jauh seakan-akan dia sedang melihat sesuatu dari masa lalu. “Aku lahir di sebuah kota kecil dekat gurun pasir di Australia.”Mulu
Baca selengkapnya
Kecanggungan diantara Kita
Perjalanan mereka kembali ke kampus lebih banyak diisi oleh kebisuan. Gaara menyetir dalam diam, pun juga dengan Esther yang lebih memilih bungkam sambil mengawasi pemandangan di luar kaca mobil dengan ekspresi wajah yang muram. Karena tidak ada percakapan sama sekali, entah mengapa perjalanan kali ini terasa jadi jauh lebih lama daripada yang sebelumnya.Tetapi untung saja, dengan kepiawaian Gaara dalam berkendara mereka kini telah sampai di parkiran kampus. Esther segera turun dari mobil dan memberikan pria itu sebuah salam terakhir.“Terima kasih,” katanya dengan suara pelan sambil membawa tubuhnya menjauh. Dia memang sengaja tidak ingin berlama-lama dan tidak mau banyak berinteraksi dengan Gaara. Dia tidak mau tahu apa yang pria itu katakan sebagai jawabannya. Tetapi …“Hei Esther!”Esther mau tidak mau menghentikan langkahnya tatkala mendengar namanya dipanggil dari arah belakang. Dia mendapati Gaara yang berlari kecil mendekat padanya dengan ekspresi wajah yang tidak mudah diteb
Baca selengkapnya
Pulang ke Rumah Ayah
Satu hal yang dipastikan akan terjadi adalah Gaara sudah pasti akan murka terhadapnya. Dan Esther merasa bahwa bila kemarahan telah mendominasi pria itu maka dia tidak akan ragu-ragu untuk melakukan apa saja, sama seperti cerita yang pria itu bagi padanya saat di taman kota. Tentang bagaimana dia mengirim kakak tingkat yang menipunya ke rumah sakit. Esther rasa nasib serupa akan dia dapatkan bila si Vinson bajingan ini tiba-tiba saja buka mulut. Tubuh gadis itu mendadak merinding karena pemikirannya sendiri.“Kalau kau memberitahu dia perjanjian kita batal.”“Oh? Jadi kau sangat peduli terhadap pendapat Gaara juga ya? Aku kira kau sama kejamnya seperti sepupumu.” Vinson mengucapkan kata terakhirnya dengan penuh nada kebencian. Sudah bukan rahasia umum bahwa Elson dan Vinson adalah musuh bebuyutan. Mereka tidak pernah akur, dan Esther tahu kebencian yang mereka miliki untuk masing-masing. “Tapi karena kau tidak sama dengan sepupumu, maka aku akan memberimu sedikit keringanan. Permainan
Baca selengkapnya
Mencoba Menghindari Gaara
Esther menyipitkan kedua matanya, rasanya agak aneh saat ayahnya mengajak keluar untuk sekadar makan malam dan yang membuat kecurigaannya makin meningkat levelnya adalah fakta bahwa sang ayah ingin membawa Esther untuk makan malam bersama seorang kolega. Lagipula keberadaan Esther tidak diperlukan bila hanya untuk makan malam bisnis. Esther mencium sesuatu yang tidak beres dari itu.“Aku harap ini bukan salah satu usaha Ayah untuk menjodohkanku lagi seperti saat itu. Ayah tahu betul kalau aku belum tertarik untuk menikah,” ungkap Esther diplomatis.Dia masih cukup mengingat kesan pertamanya saat ikut makan malam bersama sang ayah saat masih SMA dan bisa dibilang itu adalah pengalaman yang agak traumatis untuknya.“Kenapa kau bisa langsung menyimpulkan begitu? tapi ya, Ayah dengar anak dari kolega bisnis ayah ini seumuran denganmu, dia laki-laki dan kalian kuliah di kampus yang sama. Jadi kami bermaksud untuk saling memperkenalkan anak kami berdua dalam acara makan malam tersebut.”Est
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status