All Chapters of Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku: Chapter 71 - Chapter 80

83 Chapters

Bab 71. Menyesal

Pukul 17.30 Marwah tampak gelisah, berjalan mondar-mandir di depan pintu utama rumah. Raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran, sesekali ia melirik ke arah luar dengan harapan melihat sosok putrinya, muncul di ujung jalan. "Mah? Ngapain mondar-mandir di situ?" tanya Aisha dari arah tangga, suaranya lembut namun sedikit cemas. Ia segera berjalan mendekati ibunya, ikut merasakan kegelisahan yang tampak jelas di wajah Marwah. "Nina... Kok belum pulang, ya?" ucap Marwah dengan suara pelan, namun jelas penuh kekhawatiran. Ia teringat ucapannya tadi sore selepas adzan ashar, ketika ia secara tidak langsung mengusir Nina dalam emosi yang tak terkendali. Ada ketakutan besar di hatinya—takut kalau Nina menanggapi serius kata-katanya dan memilih untuk benar-benar tidak pulang. Marwah merasakan hatinya semakin berat dengan kecemasan itu. Aisha melihat jam dinding di ruang tamu, jarum pendek di jam tersebut berada di antara angka lima dan enam, sementara jarum panjang tepat di angka enam. Ia me
Read more

Bab 72. Jatuh Cinta?

"Waalaikumsalam," jawab Dirga, lalu menutup panggilan teleponnya dengan raut wajah tegang. "Kenapa?" tanya Nada, yang duduk di sampingnya dengan cemas."Mbak Nina, dia belum pulang," kata Dirga. "Belum pulang?" tanya Ryan yang baru saja tiba di ruang tamu, wajahnya penuh tanya. Bukankah tadi ia sudah mengantarkan Nina sampai rumah? Ia bahkan melihat gadis itu yang masuk membuka pagar. Lantas, kenapa bisa belum pulang? "Iya..." Dirga menghela napas panjang. "Mama bilang, tadi kamu ngejar Mbak Nina, kan? Kekejar nggak?" tanya Dirga sambil menatap Ryan."Iya, tadi sempet ngobrol. Aku anter dia pulang, kok. Malah sampai depan pager. Aku lihat sendiri dia masuk," jelas Ryan, nadanya penuh kepastian."Hm?" Dirga mengernyitkan dahi, jelas-jelas bingung. "Tapi ibuku bilang Mbak Nina belum pulang," ucapnya, kemudian berdecak kesal. "Ck! Kenapa dia hobi banget bikin masalah," gumamnya, nada marah mulai terdengar di ujung kalimat."Ya udah, kamu cari, Mas. Ini udah mau maghrib," Nada menyaran
Read more

73. Melarikan Diri

Nina menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas ranjang, seolah ingin melampiaskan semua beban yang menghimpit pikirannya. Tatapannya kosong, lurus menembus langit-langit kamar hotel yang dingin dan sunyi. Setelah lelah berkelana tanpa arah, tanpa tujuan yang pasti, ia akhirnya memutuskan untuk menginap di hotel. Setidaknya, untuk sementara waktu. Tempat ini mungkin tak memberi kedamaian, tapi cukup untuk menghindari masalah yang kini sedang ia hadapi.Tes.Setetes air mata yang tak tertahankan jatuh dari sudut matanya. Ia tak bisa menahan ingatan yang kembali menghantamnya—kejadian tadi sore, ketika sang Ibu memarahinya habis-habisan. Setiap kata yang ibunya katakan masih sangat terngiang, menusuk lebih dalam ke hatinya.Kring kring kring.Tiba-tiba, dering ponsel yang nyaring memecah keheningan kamar. Nina tersentak, lamunan yang membelenggunya seketika buyar. Dengan gerakan cepat, ia bangkit dan duduk bersila di atas ranjang. Tangannya gemetar sedikit saat ia meraih ponsel yang t
Read more

74. Tidak Mau Pulang

“Stop, stop stop!” pinta Dirga seraya menepuk bahu Ryan yang sedang mengemudikan mobil. Ryan lantas dengan cepat menghentikan laju mobilnya. "Apa sih, Ga?!" protes Ryan sembari terus mengusap pucuk kepalanya yang sedikit terbentur setir mobil tadi. "Mbak Nina? Aku lihat Mbak Nina." ucap Dirga langsung membuka pintu mobil dan keluar saat pandangannya tadi dengan tidak sengaja melihat seseorang yang ia yakini adalah kakaknya."Hm? Mbak Nina?" Ryan melihat ke arah yang Dirga maksud, setelah meyakini dengan benar jika yang Dirga lihat benar-benar Mbak Nina, ia juga langsung keluar dari mobil."Mbak? Mbak Ninaaaa?" teriak Dirga memanggil sang kakak. Nina yang sedang melangkah pelan langsung menghentikan langkah saat Dirga berteriak memanggil namanya. Wanita itu menoleh ke arah Dirga, lalu di detik selanjutnya dia langsung berbalik dan berlari pergi."Mbaaaak?" panggil Dirga lagi berteriak."Mbak??" Ryan ikut berteriak memanggil nama Nina."Haish." ucap Dirga saat melihat Nina berlari pe
Read more

75. Akhirnya Bertemu

“Karena terlalu fokus nyari Mbak Nina, aku jadi gak bisa kasih perhitungan sama perempuan ular Delisha!” ucap Dirga.Ryan menoleh sebentar, melihat Dirga yang duduk bersandar di sampingnya, ia lalu kembali menatap lurus pada jalanan lagi karena sedang menyetir, kemudian berkata, “Tenang saja, dia tidak akan lolos! Dia akan segera mendapatkan balasannya. Lagipula, kalaupun kabur, yakin saja akan ada balasan dari yang diatas. Aku percaya karma itu ada,” ucap Ryan.“Aku juga percaya setiap kejahatan ada balasannya. Kalau gak di dunia ya diakhirat, masalahnya aku ingin melihat kejahatan dia di balas di dunia!” “Kenapa? Padahal balasan akhirat itu lebih kejam,” sahut Ryan, “Udahlah, Ga. Berusaha ikhlas saja meski hatimu sakit karena kehilangan. Yakin saja, dia nanti pasti akan jatuh juga. Aku akan bantu kamu untuk menyelesaikan masalah dengan si Delisha juga nanti.” Dirga hanya mengembuskan napasnya kasar. Jujur saja, kebencian di hatinya pada Delisha kini besar sekali. Ia malah menyesal
Read more

76. Ke Club Malam?

Dirga mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal, sesekali ia melihat ke arah kanan dan kiri berharap ia melihat Nina di pinggir jalan seperti kemarin malam. Ia dan Ryan sudah mencari Nina ke rumah teman-temannya Nina yang kemarin ia datangi, mencari dari rumah satu teman ke rumah temannya yang lain namun tetap saja nihil. Ternyata Nina tak berada di sana. "G? Kita kemana lagi sekarang?" tanya Ryan. Dirga sontak langsung melihat ke arah Ryan yang duduk di sebelahnya, ia menggeleng pelan kepalanya dan kembali menatap lurus lagi. Mereka sudah cukup lelah hari ini dan langit sudah sangat gelap. "Kita pulang aja. Kita cari besok lagi aja, ini udah malem, aku capek, Yan. Dari pagi kita cari gak ada hasil!” “Ayahmu ikut mencari juga, kan? Dia ada kasih kabar?” Dirga menggeleng. “Jadi mau pulang saja? Tapi besok aku tidak bisa ikut mencari. Aku sudah banyak izin bulan ini.” “Gak pa-pa, besok biar aku dan ayahku saja. Sekarang kita pulang saja dulu dan tidak usah mengkhawatirkan
Read more

Bab 77. Peduli Padamu

Grep! “Apa?” tanya Nina dengan nada yang ketus saat Ryan berhasil meraih pergelangan tangannya. "Ikut dulu sebentar, kita perlu bicara." ucap Ryan."Apa yang mau dibicarain? Masalahnya udah beres!” ucap Nina."Masalah belum selesai, Mbak! Kita harus perbaiki sebelum nanti kamu sama Dirga sama-sama nyesel," ucap Ryan."Aku gak akan pernah nyesel! Aku udah minta maaf, udah mengikuti apa yang mereka mau! Jadi aku rasa aku gak akan pernah nyesel! Lagian kamu gak denger apa sama yang Dirga bilang tadi? Hubungan aku sama mereka udah selesai! Udahlah, kamu itu orang lain, gak usah peduli sama aku atau keluarga aku!” “Kamu memang bukan keluargaku, tapi aku peduli sama kamu, Mbak! Makanya aku kejar kamu sampe kesini!” ucap Ryan dengan nada suara yang cukup tinggi. “Kamu tau? Hati aku gak tenang terus mikirin kamu, Mbak! Aku gak tau perasaan macam apa ini tapi aku peduli sama kamu! Hati aku gak bisa tenang saat aku gak tau kamu ada di mana, keadaan kamu gimana, sudah makan atau belum, kamu
Read more

Bab 78. Mari Menikah

“Batu!” Nina yang mendengar umpatan Ryan itu sontak menghentikan langkah. Ia kembali menatap pria itu lagi. “Apa kamu bilang. Batu?” “Iya, kamu batu, Mbak! Kamu itu sudah melakukan kesalahan besar. Aturan tuh walau kena maki, kamu tetap berada di sisi mereka dan terus meminta maaf. Membuktikan pada mereka kalau kamu menyesal dan berubah. Bersikap baik pada mereka. Bukan malah kabur-kaburan kayak begini,” ucap Ryan dengan nada yang kesal, “Harusnya kamu memahami situasi. Kemarin adalah waktu yang masih panas dan genting, semua orang masih emosi dan kesal sama kamu karena baru saja kehilangan.” Ryan menarik napas sebentar. “Dan kamu? Sekarang malah menambah beban mereka! Nada yang harusnya di temani oleh Dirga setelah pulang dari rumah sakit, harus sendirian tanpa suami karena suaminya mencari kamu! Ibu kamu juga sejak kemarin terus khawatir! Ibu kamu marah itu hal yang wajar, dia kecewa sama kamu. Harusnya kamu memahami mereka semua! Bukan malah sama-sama keras seperti ini. Kam
Read more

Bab 79. Trauma

"Sejak Nada masuk rumah sakit, ternyata Delisha nggak pernah muncul lagi di sekolah. Aku tanya sama guru lain, katanya dia resign karena urusan keluarga yang mendadak," ujar Dirga, “Aku yakin itu hanya alasan dia saja. Dia pasti kabur!” Ryan menyipitkan mata, tampak ada keresahan di balik tatapannya. "Kita kecolongan!" desisnya, "Lalu, kita harus bagaimana?" "Aku akan tetap coba cari dia," balas Dirga dengan suara yang semakin berat, mencerminkan amarah yang sudah mulai menggelegak di dalam dadanya. "Dia gak bisa seenaknya kabur tanpa mendapatkan balasan! Tanganku ini gatal ingin menampar dia!" Ryan menimbang-nimbang, lalu menyuarakan pikirannya, "Apa kita lapor polisi saja? Aku rasa polisi bisa dengan mudah menemukan dia." Dirga menggelengkan kepalanya pelan. "Nada tuh nggak mau ribet berurusan sama polisi," kata Dirga, "Dia hanya meminta aku untuk jangan berurusan lagi dengan Delisha dan lebih mempercayai dia daripada siapa pun. Dia juga meminta aku untuk jaga jarak saja dan ja
Read more

Bab 80. Pikirkan Lagi

"Jadi tadi kamu sama Kak Ryan mencari Delisha? Tapi tidak bertemu karena dia pindah?" tanyanya, matanya penuh rasa ingin tahu setelah Dirga bercerita. Dirga yang baru saja memasukkan nasi ke mulutnya, mengangguk sambil menelan. "Iya, dia kabur!" jawabnya dengan nada kesal. Ia menghela napas panjang dan menatap lurus ke depan, matanya menyipit, penuh frustrasi. "Ah! Coba saja kalau kemarin Mbak Nina nggak kabur-kaburan, itu perempuan ular pasti sekarang sudah masuk penjara! Sayang banget. Kemarin kita terlalu fokus sama Mbak Nina sampai gak ada waktu untuk mengurusi wanita itu, dan dia berhasil kabur!" Nada tersenyum tipis mendengar kemarahan Dirga. "Ya udahlah, bagus kalau dia kabur. Itu artinya dia takut dan gak berani deketin kamu lagi. Gak berani menampakkan diri di hadapan kita lagi dan dia juga gak akan menggila lagi melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kamu. Aku jadi bisa bernapas dengan tenang dan hatiku juga lega gak perlu ketakutan lagi," jawab Nada dengan kedua tanga
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status