Nina memandang dengan seksama selembar foto yang berada di tangannya, matanya menyipit seolah berusaha menangkap setiap detail. Dia harus memastikan, apa yang ia pikirkan benar atau tidak."Sama! Perempuan ini memang perempuan yang tadi," gumamnya yakin, suaranya rendah namun penuh ketegasan. “Jadi mereka sebelumnya pernah menjalin hubungan? Dan dia masih menyimpan fotonya?” gumamnya lagi, kali ini nadanya lebih pahit. "Cih! Semua pria ternyata memang sama saja! Buaya darat! Kutu kupret!"Hatinya mendadak panas, seolah bara api mulai membakar dari dalam. Sebuah perasaan yang begitu menyakitkan, membuat dadanya sesak, dan amarah perlahan naik ke permukaan.Dengan cepat, Nina menoleh ke arah kasir dan berkata dengan suara tegas, "Mbak, saya boleh minta tolong?"Kasir itu tersenyum ramah. “Boleh, ada apa, Mbak?”Nina menaruh dompet milik Ryan di atas meja seraya berkata. "Titip ini ya, Mbak, kasih ke laki-laki yang tadi duduk sama saya."Kasir itu tampak kebingungan, alisnya sedikit tera
Read more