Home / Pernikahan / Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku: Chapter 91 - Chapter 100

105 Chapters

Bab 91. Bertemu Masa Lalu

"Itu ... aku ...." "Apa? Aku apa?" tanya Ryan masih dengan nada yang kesal. Nina membuang napas kasar. "Aku tadi bingung harus bagaimana. Aku tidak enak kalau harus menolak dia depan banyak orang. Dia pasti bakalan malu banget." "Terus? Kamu mau terima dia gitu?" tanya Ryan, mendengar Nina yang berkata demikian, jujur saja membuatnya kesal. "Iya, terus setelah itu bicara empat mata dan berkata dengan jujur pada dia." "Cih!" "Udahlah, gak usah lebay!" "Lebay katamu? Terus apa kabar dengan kamu yang marah waktu liat ada foto di dompet aku. Itu cuma foto lho, yang aku sendiri saja gak tau kalau foto itu ada di dompet. Lah ini kamu?" "Ya beda kasus dong. Kamu dan dia pernah berhubungan, kan? Kamu pernah punya rasa sama dia, lah aku? Aku gak pernah punya rasa sama Reno. Aku hanya menganggap dia rekan kerja saja dan tidak lebih." "Ya tapi—""Udah ah! Kita bahas itu nanti! Aku harus masuk. Bentar lagi jam masuk kerja," ucap Nina, dia berbalik hendak masuk ke gedung perusahaan lagi.
Read more

Bab 92. Cemburu

"Loh, Nad? Kamu di sini? Sama siapa?" tanya Farhan."Dengan ...." Pandangan Nada beralih ke segala arah mencari sang suami. Dirga yang sejak tadi sibuk melihat buku-buku itu sontak menghampiri Nada saat mendengar sang istri menyebut nama pria yang tak asing ia dengar. "Suami," lanjut Nada, "Itu ... suamiku, Kak." ucapnya seraya menunjuk ke arah Dirga. Tap tap tap. "Ini ... suamimu?" tanya Farhan. Nada tersenyum canggung. Sementara Dirga, ia tampak menatap Farhan dengan raut wajah yang terlihat tidak suka. Farhan lantas menatap Dirga dengan senyum ramahnya. Kemudian memperkenalkan diri dan di balas dengan malas oleh Dirga. "Kamu pasti lagi cari novel ya?" tanya Farhan pada Nada.Nada kembali tersenyum canggung dan menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, Kak." ucap Nada."Masih belum berubah ya ternyata kamu, masih suka baca novel." ucap Farhan. Dirga memutar kedua bola matanya malas. 'Masih belum berubah? Sok deket banget jadi manusia,' batin Dirga berucap. "Yaang? Aku lapar!" uc
Read more

Bab 93. Tidak Perlu Khawatir

"Apa? Aku gak salah denger?" tanya Dirga, ia menatap Nada dengan tatapan kesal. Nada yang melihat raut wajah suaminya yang terlihat kesal itu malah tersenyum. Ia suka melihat kecemburuan yang terlihat dari ekspresi wajah suaminya. "Enggak, kamu gak salah denger. Tadi, aku emang deg-degan ketemu Kak Farhan.""Yaang?" Bibir Dirga mengerucut. "Lebih tepatnya kaget," ucap Nada lagi masih dengan senyumnya. "Gak nyangka aja bisa ketemu kayak tadi. Waktu itu aku berhenti kerja dari dia berasa kurang sopan karena tidak sesuai dengan kontrak. Huuuhh ... harusnya tadi aku minta maaf.""Aku yang akan bicara dan minta maaf dengan dia nanti," sahut Dirga, "Dan kamu, diam ditempat dan jangan bergerak menemui dia!" Nada kembali tersenyum, kemudian berkata, "Oke." Dirga mendelik. Ia bersandar pada sofa. "Aahh ... mendadak aku jadi bad mood! Padahal sejak semalam aku sudah banyak membayangkan kalau hari ini kita akan have menikmati waktu kayak anak muda yang lagi pacaran! Kenapa harus ketemu sama
Read more

Bab 94. Mendapatkan Kebahagiaan

2 Bulan kemudian."Maasss?"Dirga yang baru saja akan masuk ke mobil itu mengurungkan niatnya saat sang istri memanggilnya. "Kenapa, Sayang?" tanya Dirga. Nada tak langsung menjawab, dengan senyuman yang manis ia menghampiri suaminya. "Ini ... makan siang buat kamu," ucap Nada seraya memberikan kantong lunch box. "Nanti pulang isinya harus habis. Awas aja kalau enggak." Dahi Dirga mengernyit. "Tumben, biasa kamu suruh aku beli di luar." "Dih, waktu awal nikah aku sering ya bikinin kamu bekel. Cuma keburu males aja karena kamu izin mau ni—""Oke, aku habiskan bekelnya nanti," sela Dirga memotong. Karena membiarkan sang istri berbicara lebih banyak, malah akan memicu pertengkaran. Ingatan wanita memang sangat kuat ternyata. Pengkhianatan yang ia lakukan sudah berbulan-bulan dan bahkan ia sudah mengatakan menyesal. Tetapi Nada sering kali membahasnya jika ada kesempatan.Nada hanya mengerucutkan bibir saat suaminya berkata demikian. "Ya udah, aku berangkat dulu. Assalamualaikum ....
Read more

Bab 95. Melihat Seseorang

"Kenapa?""Hm?" Dirga sontak menoleh, "Enggak, gak pa-pa.""Dih! Gak jelas! Senyum-senyum sendiri kek orang gak waras. Ati-ati keterusan, kasian Nada masih muda masa harus ngurusin orang gak waras. BTW aku juga ogah punya ipar gak waras, nanti pasti nyusahin!" Mata Dirga dengan seketika memicing tajam. "Sekali lagi ngomong, aku gebuk kamu!" "Lah abisan aneh!""Hmmm ... sepertinya ... sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah," ucap Dirga. Ia mengenyampingkan kekesalannya dan langsung mengatakan kebahagiaannya. Ryan yang tadi nampak santai sontak terduduk tegak, menatap Dirga yang kini sedang tersenyum padanya seraya menaik-turunkan alisnya. "Serius?" Dirga memberikan anggukan kepala. "BTW, boleh minta tolong? Aku ingin memastikan ini betul atau tidak pada Nada. Tukeran jam ngajar ya." Ryan yang mendengar menghela napas. "Ayolah," pinta Dirga, "Atau ... kalau nanti kamu jadi nikah dengan Mbakku, aku tambahin sewa gedung." Ryan langsung mengarahkan telapak tangannya pada Dirga.
Read more

Bab 96. Ke Dokter Kandungan?

“Bertemu Delisha? Di dokter kandungan?” tanya Dirga, matanya menatap serius ke arah Nada, penuh rasa ingin tahu yang mendalam. “Aku nggak tahu dia habis dari dokter kandungan atau dokter yang lain,” jawab Nada dengan nada serius, mencoba menjelaskan sebaik mungkin. “Tapi dia memang sempat berada di koridor yang sama denganku. Entah dia cuma lewat atau baru saja keluar dari salah satu ruang dokter. Pas aku mau mengejarnya, dia sudah keburu pergi dan namaku keburu dipanggil perawat. Jadi, aku nggak sempat memastikan itu Delisha atau bukan, tapi aku yakin itu Delisha sih. Mama juga yakin kok.” Dirga mengangguk sedikit, mempertimbangkan. “Di ruangan itu ada dokter apa saja?” “Dokter kandungan, terus sebelahnya dokter spesialis lain, aku nggak terlalu jelas liat itu ruangan apa sih. Soalnya aku gak nunggu juga, Mas, jadi gak liat sekitar ada ruangan apa saja. Karena setelah pendaftaran itu aku sama Mama ke kantin. Mama kan belum sempat sarapan. Jadi aku bawa dia ke kantin dulu sambi
Read more

Bab 97. Sedang Apa Dia?

"Yakin yang Nada dan ibumu lihat itu Delisha?" tanya Ryan setelah mendengar cerita yang baru saja Dirga katakan padanya. Dirga mengangguk. "Nada bilang kalau dia yakin itu Delisha, dan dia bilang kalau ibuku juga yakin kalau itu Delisha. Cuma ya belum pasti saja si Delisha itu datang ke rumah sakit untuk menemui dokter kandungan atau ke dokter spesialis yang lain." "Perlukah ku cari tahu?" Dirga menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak usah, untuk apa? Dia bukan urusan kita. Untuk apa kita mengurusi hidup dia? Kita juga punya kesibukan masing-masing. Semisal dia betulan ke dokter kandungan, ya sudah ... kenapa memangnya? Mungkin dia sudah menikah, kan? Atau, semisal dia ke dokter spesialis yang lain, ya biarkan saja. Mungkin dia sakit dan sedang memeriksakan diri. Tidak usah pedulikan dia." "Ya memang, aku juga tidak peduli dia datang ke rumah sakit untuk apa. Tapi masalahnya kita bisa meminta pertanggung jawaban dia atas apa yang dia lakukan pada Nada. Dia membodohi kita dan secara
Read more

Bab 98. Bagian Dari Keluarga

"Dia di sini?" gumam Dirga saat membaca pesan dari Ryan yang mengatakan jika Delisha kini sedang berada di ruangan yang sama dengannya. "Kenapa, Mas?" tanya Nada saat dengan tak sengaja mendengar gumaman Dirga. Dirga lantas memperlihatkan layar ponselnya pada Nada seraya berkata, "Ryan bilang kalau Delisha ada di sini," jawab Dirga. "Delisha ada di sini? Mau apa di ke sini?" Nada bertanya walau ia tahu jika sang suami pasti tidak tahu jawabannya. "Mas? Bagaimana kalau dia buat masalah di sini." "Kamu jangan jauh-jauh dari aku," ucap Dirga mulai meraih telapak tangan Nada dan menggenggamnya. "Aku curiga dia datang ke sini mau berulah. Dia sama sekali tidak diundang, terus tiba-tiba ada di sini, jelas ini aneh, kan?" Nada diam sebentar sebelum akhirnya menjawab, otaknya nampak bekerja keras hingga akhirnya ia berkata, "Mas? Aku rasa saat aku tidak sengaja melihat dia di rumah sakit tempo hari itu, dia juga pasti melihat aku. Ada kemungkinan dia tahu aku ke dokter kandungan dan dia
Read more

Bab 99. Sekarang Bagian dari Keluarga

"Apa maksudnya keluarga? Jangan aneh-aneh ya, kamu! Pergi kamu dari sini!" usir Marwah dengan nada yang ketus. Raut wajahnya terlihat merah padam menahan marah. "Dasar perempuan tidak tahu diri! Sudah ditolak, masih saja mengejar anakku. Punya malu dong!" "Cih!" Delisha mengalihkan pandangan ke arah lain dan mendecih sinis. Ia juga nampak tersenyum smirk, senyuman jahat nampak terlihat begitu jelas di wajahnya. "Kamu tuh ada masalah apa sih sama aku, Sha? Kamu gak capek apa terus ganggu hidup aku? Aku tuh capek tau ngadepin kamu terus," sahut Nada bersuara. Pandangan Delisha lantas beralih pada Nada. "Sampai mati pun aku akan terus ada di sekitaran kamu, Nad. Aku akan terus menjadi bayang-bayang kamu dan akan terus mengganggu kamu," jawab Delisha, kali ini ia tidak memasang senyuman smirk, tapi senyumnya nampak terlihat sangat manis. Sayangnya, senyuman manis itu malah membuat Nada ngeri melihatnya. "Aku akan terus ada dalam pandanganmu, Nad," lanjutnya lagi. "Teruslah bermimpi,
Read more

Bab 100. Status Sebagai Ibu Mertua dan Ibu Tiri

"Apa maksud dari ucapanmu, huh?" tanya Nada, ia pun sama bingungnya. Pikiran buruk mulai terlintas di pikirannya. Apalagi melihat Delisha yang dengan berani menyelipkan tangan di siku lengan ayah mertuanya. Sedang ia tahu, jika keluarga suaminya adalah keluarga yang cukup agamis. Jelas tidak mungkin jika sang ayah mertua tetap diam saat di sentuh oleh wanita lain selain mahramnya. Jika demikian, itu artinya ...."Kok kamu masih tanya sih, Nad. Masa apa yang aku lakukan masih belum jelas dan tidak membuat kalian mengerti." "Delisha? Cukup! Kamu pergi dari sini dan jangan membuat keributan!" ucap Dendi."Apa sih, Mas? Kamu diam dan jangan banyak bicara! Aku sudah cukup lama menunggu hari ini tiba!" jawab Delisha. "Mas? Dia memanggil kamu Mas, Pah?! Apa maksudnya ini, huh?" tanya Marwah pada sang suami. Suaranya sedikit gemetar saat berbicara."Papa akan jelaskan nanti saat di rumah, Mah," jawab Dendi."Kenapa harus nanti sih, Mas? Sekarang saja," jawab Delisha dengan senyuman yang se
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status