"Sayangnya, kepalaku sudah terlanjur mendidih!" kata Dirga, suaranya bergetar menahan kemarahan. Karena enggan meluapkan emosinya lebih jauh dan takut kata-kata toxic keluar dari mulutnya, Dirga akhirnya memilih untuk pergi dari hadapan Nada, berniat menenangkan diri. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti. Nada memegang siku lengannya dengan erat, tatapannya penuh harap dan putus asa, seolah berusaha menahan Dirga dari pergi dan memohon agar dia mendengar penjelasannya."Biar aku jelaskan dulu, Mas. Aku akui aku salah karena berbohong, tapi kan aku barusan bilang kalau aku melakukannya karena situasi." Nada menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan suaranya yang bergetar. "Tadi aku melihat kamu kayak lagi kesel dan aku pikir kamu sedang ada masalah di sekolah. Kalau aku jujur bilang makan di luar sama Kak Farhan, aku yakin kamu bakalan marah, jadi aku gak jujur sama kamu." Matanya menatap Dirga dengan penuh harap. "Tadi aku niatnya mau jujur setelah kesel kamu hilang dan bisa di
Baca selengkapnya