“S-Sean?”Wajah Stella menegang kala melihat Sean berada di hadapannya. Tubuhnya membeku. Napasnya tercekat. Stella menggelengkan kepalanya meyakinkan apa yang dilihat ini salah. Tapi tidak, ini adalah nyata. Wajah tegas, iris mata cokelat Sean yang begitu Stella rindukan kini berada di hadapannya. Namun, di saat bersamaan sekelebat ingatan muncul di benak Stella. Hati Stella merasa perih. Sesak. Bahkan rasa sakit ini telah menelusup ke dalam tubuhnya. Kerinduan di iris mata Stella, telah bercampur dengan kepedihan dan luka yang teramat dalam.Sean pun terdiam menatap Stella. Pancaran mata indah istrinya itu sejak tadi tak luput dari pandangannya. Sean bisa melihat dengan jelas, tatapan Stella yang memendung luka mendalam. Kecewa, kesedihan telah melebur menjadi satu. Namun, satu hal yang tak bisa ditutupi, yaitu pancaran mata Stella yang menunjukan kerinduannya. Ya, Sean yakin Stella juga merindukannya. Hanya saja, rasa kecewa dan luka yang dimiliki istrinya itu jauh lebih besar dari
Read more