Setelah makan di Rumah Makan Lesehan, Stella memilih untuk berkeliling di Pasar Malioboro. Stella ingin membeli kerajinan tangan khas Yogyakarta dan juga lukisan. Awalnya Stella meminta Sean untuk pulang saja karena memag Stella tahu tidak mungkin Sean mau menginjakan kakinya ke pasar tradisional. Sean selalu hidup dengan segala kemewahan.“Sean, di dalam pasar sangat sempit. Kau pasti tidak menyukainya. Lebih baik kau pulang saja, Sean. Aku tidak ingin memaksamu untuk ikut denganku berkeliling pasar,” kata Stella saat tiba di pasar bersama dengan Sean.“Tidak apa-apa, aku akan ikut denganmu.” Sean merengkuh bahu Stella, membawa istrinya itu masuk ke dalam Pasar Malioboro.Saat memasuki Pasar Malioboro. Tampak Sean sedikit mengerutkan alisnya banyak para wanita paruh baya yang tawar menawar dalam memberi barang. Ditambah dengan pasar yang cukup padat. Sean mengembuskan napas kasar. Jujur saja, Sean memang tidak pernah mendatangi pasar tradisional. Dia pernah ke pasar tradisional yang
Raut wajah Stella sumiringah bahagia kala turun dari buss. Ya, akhirnya impiannya terwujud. Meski dirinya masih bersikap dingin pada Sean tapi tetap mimpinya menjadi kenyataan, Sejak dulu Stella ingin naik buss bersama dengan Sean. Tentu saja dulu Sean menolaknya dengan tegas permintaannya. Tapi sekarang? Sean tidak memiliki pilihan lain selain menurutinya. Lagi pula selama ini Sean saja yang berlebihan. Tidak ada yang salah dengan baik buss. Stella pun mengajak Sean menggunakan buss yang memakai AC bukan yang tidak memakai AC.Jika raut wajah Stella sumiringah bahagia, berbeda dengan Sean yang memasang wajah datar dan dingin saat turun dari buss. Sean melirik Stella yang begitu bahagia. Entah apa yang dipikirkan istri kecilnya itu hingga menyukai naik buss. Sekarang yang Sean harapkan agar istrinya itu tidak lagi meminta hal yang aneh-aneh. Sudah cukup naik becak, buss, makan di rumah makan lesehan, dan tidur di rumah kontrakan kecil. Itu semua sudah menyiksa dirinya.“Sean, sampai p
Suara dering alarm, membuat Stella yang tengah tertidur pulas langsung terbangun. Stella mengerjapkan matanya beberapa kali. Saat matanya sudah terbuka, Stella langsung mengambil ponselnya dan mematikan alarm di ponselnya.“Sean—”Baru saja Stella menoleh ke samping, dia mendapati ranjang di sampingnya sudah kosong. Stella mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar namun Stella tak kunjung menemukan Sean. Stella bangkit berdiri seraya mengikat asal rambutnya. Kemudian, menuju kamar mandi. Tetapi tetap sama. Dia tidak menemukan keberadaan Sean.“Lebih baik aku cuci muka dan gosok gigi saja,” gumam Stella dengan helaan napas berat.Kini Stella melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Dia menggosok gigi dan mencuci bersih wajahnya. Kemudian, Stella berjalan keluar kamar. Menatap ketiga karyawannya sudah menjahit pesanan.“Selamat pagi, Nona,” sapa salah satu pegawainya dengan sopan.“Pagi, apa kalian lihat suamiku?” tanya Stella lembut.“Tadi saya lihat suami anda sedang lari pagi, Nona
Tubuh Stella terdorong masuk ke dalam hotel. Sean menarik tengkuk leher Stella, dan melumat bibirnya dengan liar. Tidak hanya diam, Stella membalas pagutan yang diberikan Sean. Bibir mereka saling mencecapi, lidah mereka saling berpagutan. Sean meremas pinggang Stella pelan. Letupan hastrat keduanya tak mampu lagi tertahan.“Sean—” Stella menggigit bibir bawahnya ketika Sean mulai menyelipkan tanganya ke dress miliknya. Desahan pelan lolos di bibir Stella kala Sean mengelus puncak dadanya. Didetik selanjutnya, Sean mulai membuka dress yang melekat di tubuh sang istri. Melempar dress itu sembarangan di lantai.“Aku merindukanmu, Stella,” bisik Sean tepat di depan bibir Stella. “Berikan aku, Stella. Aku tidak sanggup menahannya.”Dengan berani Stella membawa tangannya mengelus dada bidang milik Sean. Lengan kekar, otot perut milik suaminya begitu tercetak dalam balutan kaus berwarna hitam yang dia pakai.“Lakukan apa yang kau inginkan, Sean.” Stella menjawab dengan nada yang terdengar m
Stella menatap list pesanan kebaya yang semakin banyak setiap hari. Bukan hanya kebaya saja tapi juga kaus serta dress. Sungguh, Stella tidak menyangka memiliki banyak pesanan sebanyak ini. Namun, di tengah kebahagian Stella yang telah memiliki banyak pesanan Stella juga memikirkan tentang siapa yang akan mengurus usahanya di sini. Ya, Stella harus kembali ke Jakarta. Tidak mungkin dirinya berlama-lama tinggal di Yogyakarta. Sean memiliki banyak pekerjaan di Jakarta, Stella tidak mungkin hanya memikirkan diri sendiri.Rencananya Stella akan membuka konveksi di Yogyakarta. “Regina Orlando Tailor” adalah nama konveksi yang telah ditetapkan oleh Stella. Stella memutuskan untuk menggunakan nama Regina dan Orlando. Regina adalah nama akhirnya. Sedangkan Orlando adalah nama tengah Sean. Stella sengaja tidak menggunakan nama Geovan. Bukan maksud karena Stella tidak ingin menggunakan nama Geovan. Hanya saja Stella tidak ingin menjadikan nama Geovan yang membuat usahanya berkembang pesat.“Kir
Hari ini adalah hari di mana Sean dan Stella harus kembali ke Jakarta. Setelah cukup lama tinggal di Yogyakarta tidak mungkin Stella semakin lama menetap tinggal di sini. Jujur, Stella menyukai tinggal di Yogyakarta, namun dia tidak mungkin menetap di kota ini. Sean memiliki banyak pekerjaan di Jakarta. Ditambah dengan pusat bisnis memang terletak di Ibu Kota. Sebagai seornag istri tentu saja Stella harus tinggal di mana sang suami berada.Kemarin, Stella telah mengurus segala perpindahan konveksinya di gedung yang telah dibeli oleh Sean. Stella pun menambah jumlah karyawan. Dengan gedung tiga lantai, sudah sangat cukup membangun konveksi berskala cukup besar ditambah dengan para karyawan. Admin, finance, marketing serta pengawas berkantor di lantai tiga gedung itu. Ya, semua telah Stella tata rapi. Bahkan Stella masih terus mendapatkan pesanan hingga detik ini. Benar apa pepatah mengatakan jika kita bekerja keras maka akan memiliki hasil dari kerja keras kita tentu saja akan berbuah
Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta, Tangerang, Banten, Indonesia. Pesawat yang membawa Sean dan Stella telah mendarat di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Setelah menempuh perjalanan satu jam, akhirnya Sean dan Stella tiba di Jakarta. Dan untuk pertama kalinya, Sean menuruti permintaan Stella untuk naik pesawat komersial. Ya, ini adalah pertama kali bagi Sean menggunakan pesawat komersial. Selama ini Sean tidak pernah menggunakan pesawat komersial. Sean tidak menyukai banyaknya penumpang di pesawat. Itu kenapa sejak kecil Sean selalu menggunakan pesawat pribadi miliknya sendiri.Namun, meski menggunakan pesawat komersial Sean tetap memilih kursi first class. Tentu saja Stella tidak memiliki pilihan selain menuruti Sean. Padahal Stella ingin sekali mencoba kursi economy class. Lepas dari itu semua alasan Sean menerima permintaan Stella untuk naik pesawat komersial adalah karena jarak Yogyakarta dan Jakarta sangat dekat. Jadi tidak masalah Sean harus menaha diri selama
Keesokan hari saat pagi menyapa, Stella sudah lebih dulu bangun dari Sean. Hari ini Stella akan kembali masuk kuliah seperti biasa. Namun, sebelum bersiap-siap Stella ingin bermain dengan Alaska. Sungguh, dia merindukan Alaska yang dulunya sering melolong tiap kali bertemu dengannya.“Alaska…” Stella berjalan menghampiri rumah Alaska yang ada di halaman belakang. Sebenarnya Sean biasa menyebutnya kandang tapi bagi Stella tempat tinggal Alaska seperti rumah bukan kandang. Bayangkan saja Alaska tidur di ruang ber AC, ditambah dengan ranjang empuk mahal persis sama seperti ranjang manusia. Well, Sean memperilakukan Alaska benar-benar sangat luar biasa.“Nyonya.” Pengawal yang menjaga Alaska menundukan kepalanya kala melihat Stella mendekat ke arahnya.“Alaska…” Stella menundukan tubuhnya, merentangkan kedua tangan memanggil Alaska penuh dengan kasih sayang.Alaska yang melihat Stella datang. Langsung berlari dan masuk ke dalam pelukan Stella. Stella terduduk di tanah kala tubuhnya tidak