Home / Romansa / Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri: Chapter 161 - Chapter 170

349 Chapters

Prioritas?

Alana terdiam, merasakan dadanya yang sesak dan sakit. Hampir saja dia menitihkan air mata, namun …-"Kenapa hanya diam?! Ambil tasmu dan berhenti melamun," tegur Raka, mengerutkan kening pada istrinya. Sejak tadi pelayan toko terus memanggil Alana akan tetapi istrinya sama sekali tak menyahut, hanya diam bak manekin. Sial, jangan-jangan istrinya kelelahan. Alana sedang hamil, dan dari yang Raka tahu wanita yang sedang hamil sangat mudah lelah dan jenuh. Alana tersentak, menoleh ke arah sebelah lalu buru-buru mengambil tas yang sudah dikemas rapi tersebut. Alana tersenyum kikuk pada pelayan, merasa malu dengan kebodohannya sendiri. Dia mengira Raka memanggilnya untuk menyerahkan tas ini pada Raisa. Ya Tuhan! Ternyata karena Alana bengong dan tak sadar jika peyalan sedang memanggilnya. "Aku sudah selesai jadi aku duluan, Raka," ucap Alana selanjutnya pada Raka, "terimakasih untuk tasnya," lanjut Alana sembari tersenyum tipis, lalu segera beranjak dari sana. Sebelum benar-benar pe
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Aroma Gosong

Pada akhirnya Alana belanja ditemani oleh Raka, dan dia pulang bersama Raka. Sedangkan Zahra, nyonya-nya tersebut dibawa oleh Zein. Setelah di mansion, Alana rasanya ingin bertanya pada Raka kenapa bisa bersama Enda saat di pusat perbelanjaan dan untuk apa dia di sana, akan tetapi pertanyaan tersebut ia urungkan karena Zahra dan Zein ternyata pulang ke mansion. 'Untuk apa Zein membawa Marcus ke sini?' batin Raka, menatap sinis dan kesal pada Marcus yang tengah duduk di sebuah kursi–outdoor samping, bersama yang lainnya. Marcus terlihat merakit sebuah robot, membantu Nail yang terlihat duduk di sebelah pria itu. "Alana," seru Zahra senang ketika melihat Alana di sana. "Hai, Nyonya," sapa Alana balik, kembali memanggil Alana nyonya karena ada banyak orang di sini. Dia hanya berani memanggil nama Zahra secara langsung saat mereka berdua saja. "Alana, panggil Zahra saja," tegur Zahra tak enak. Selain karena mereka bersantai, juga karena Alana sekarang merupakan istri dari Raka–yang m
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Jangan Menyentuhku dalam Kemarahan

Setelah Zein dan Zahra pulang, Alana memilih pergi ke kamar. Dia sudah tidak punya kegiatan dan dia berniat istirahat. Lucas mungkin akan pulang larut malam sehingga Nail dan Aiden ikut kembali dengan orangtuanya. Andai mereka di sini, Alana tak akan kesepian. Namun, bagaimana dia akan menghentikan Zahra membawa Nail dan Aiden? Zahra adalah ibunya dan dia lebih berhak dibandingkan Alana. "Nyonya telah punya anak yang bisa diajak bermain. Tuan muda Nail dan Tuan Aiden juga sangat baik, mereka sangat menyenangkan. Pasti Nyonya tak akan kesepian meskipun Tuan Zein tidak pulang seharian," gumam Alana yang akan berbaring di ranjang. Namun, niatan tersebut ia urungkan ketika melihat sebuah lampu hias yang mirip dengan lampu yang pecah kemarin, berada di atas nakas–sebelah ranjang. Alana duduk di pinggir ranjang, meraih lampu hias tersebut sembari tersenyum lembut. Pasti ini dari Raka. "Tuan sangat aneh." Alana bergumam pelan, hanya melihat lampu ini, rasanya Alana sangat bahagia.
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Ditaklukan oleh Kecemburuan

"Tolong jangan melakukannya karena kemarahan." Alana menatap memohon pada Raka. Meskipun dia senang suaminya menginginkannya, akan tetapi dia sedih karena Raka ingin karena tersulut emosi. "Jika kau menurut, aku tidak akan kasar," balas Raka, melayangkan tatapan penuh peringatan supaya Alana tak menolak. Dia melakukan karena marah? Bisa dikatakan begitu. Namun, dia sudah lama ingin hanya saja menahan diri karena Alana hamil dan mungkin membencinya karena Raka merampas mahkotanya. Sekarang Raka punya alasan, menjadikan amarah supaya bisa mendapatkan yang dia inginkan. Alana menganggukkan kepala. Sejujurnya dia merasa sangat murah karena membiarkan Raka menyentuhnya tanpa ada rasa dan diliputi oleh kemarahan. Akan tetapi Alana cukup senang, merasa jika Raka menginginkannya. Pria ini adalah orang yang merampas mahkotanya secara keji. Tetapi setelah itu pria ini mendesak untuk menikahinya. Setelah menikah, Alana sering bertanya-tanya di kepalanya. Mereka sudah menikah tetapi Raka tak p
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Kegalauan yang Membunuh

"Ta-tapi semua orang tahu jika kamu menyimpan perasaan pada Nyonya Zahra," cicit Alana, takut jika ini hanya ilusi semata. Raka terdiam sejenak setelah mendengar penuturan dari Alana. Itu benar! Semua orang tahu dia pernah menyukai Zahra, dan dia bahkan pernah memerintah Alana supaya bersikap sangat baik pada Zahra selama Alana menjadi sekretaris Zahra–menegaskan pada Alana jika Zahra adalah perempuan yang spesial untuknya. "Itu benar," ucap Raka datar, "tetapi sekarang tidak lagi," lanjutnya. Alana menganggukkan kepala, tersenyum hambar dan memilih larut dalam pikiran sendiri. Dia sangat senang Raka mengutarakan perasaan padanya, dia berdebar kencang dan rasanya seperti terbang di langit. Namun, ketika dia menyinggung Zahra, kenapa Raka berubah datar? Jawaban pria ini juga tak memuaskan. Apa memang benar jika Raka hanya menciptakan ilusi, perkataannya tentang rasa sukanya pada Alana hanyalah bullshit?! "Kau tidak senang." Raka meletakkan handuk dan pengering rambut di tempat yan
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more

Bekalku yang Sia Sia

Sedangkan Alana, dia menatap terkejut bercampur gugup. Namun, dia bertanya-tanya, Raka kenapa? Sejujurnya Alana merinding, was-was dengan sikap aneh Raka. Namun, meskipun begitu Alana tak menolak untuk disuapi oleh Raka. Dia membiarkannya dan menerimanya. 'Apa karena ada Tuan Lucas, oleh sebab itu Tuan Raka bersikap seperti ini padaku? Tetapi apa hubungannya sikap Tuan Raka yang seperti ini dengan Tuan Lucas. Hah, Pria sangat membingungkan.' batin Alana, memperhatikan Raka yang menyuapinya dengan serius. ***"Tuan Lucas kenapa yah menjadi baik sekali padaku?" gumam Alana, di mana saat ini dia sedang di dalam perpustakaan mini yang Lucas buatkan untuknya–kamar Alana yang dulu. "Tadi pagi dia menyuapiku makan dan … saat berangkat bekerja, dia mengecup keningku. Dia memperlakukanku selayaknya seorang suami yang mencintai istrinya." Alana menutup buku yang dia baca, "apa benar dia mencintaiku atau ini bagian ilusi?" Alana benar-benar bingung. Semisal Raka memang mencintainya maka Ala
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Jangan Salah Paham

Raka seketika itu juga menatap ke arah Alana. Wajahnya yang penuh kemarahan serta api cemburu langsung padam, berganti dengan raut muka riang. Akan tetapi ada perasaan bersalah yang memancar di matanya. "Kau membawaku makan siang?" ucap Raka. Nadanya berubah lembut, tangannya yang mencekal kuat lengan Kina berakhir membelai pipi istrinya. "Aku berniat untuk pulang, Tuan," jawab Alana lirih dan pelan, dia terlanjur sakit hati karena Raka memarahinya di depan banyak orang. Raka menggelengkan kepala. "Makan sianglah denganku baru kau ku antar pulang," ucapnya yang kini telah memeluk pinggang Alana secara mesra. Raka tersenyum manis, membawa istrinya dari sana–tanpa mengatakan apapun pada Marcus. Enda mengepalkan tangan kasar, langsung berlari untuk mengejar Raka dan Alana. Sial! Dia tidak akan membiarkan Alana makan siang berdua dengan Raka. Enda! Hanya Enda yang boleh makan siang dengan pria itu. Raka miliknya! "Kak Raka, kamu sudah berjanji makan siang denganku dan putriku. Bagaim
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Makanan yang Setengah

"Dia sudah tidak punya suami, putrinya sedang sakit parah dan putranya mogok bicara semenjak perceraian Enda dengan suaminya," jelas Raka yang sama sekali tak ingin istrinya salah paham mengenai hal tadi. Alana tersenyum simpul padanya, "aku tidak salah paham, Raka." "Baguslah." Raka berkata dongkol, dia memang tak ingin Alana salah paham. Akan tetapi kenapa rasanya menyebalkan melihat respon Alana yang datar begini? Dia ingin melihat Alana cemburu, pertanda jika istrinya merasakan perasaan yang sama dengannya. "Ada yang kurang dengan masakanmu," ucap Raka tiba-tiba. Alana seketika menatap panik pada Raka, alisnya terangkat dan matanya melebar. Benarkah ada yang kurang dari masakannya? Sungguh, Alana memasak dengan sangat hati-hati dan penuh cinta. Ini hidangan untuk suaminya, Alana begitu mempersiapkannya. Tak ada yang Alana lewatkan. Tetapi … mungkinkah rasanya yang kurang bagi Raka? Tidak pas di lidah suaminya? "Coba saja kau menyuapiku, mungkin rasanya akan jauh lebih nikmat.
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Apa Aku Tak Terlihat Tuan

'Mungkin sama dengan makanan ini, aku akan dicampakkan dengan mudah olehnya.' batin Alana, merasakan sesak di dalam sana. Perih! Ketika ingin menutup bekal, Alana kembali menatap bekal yang dia buat. Tangisannya kembali pecah, air matanya berjatuhan dengan deras–tak tega melihat hasil masakannya menjadi sia-sia begini. Demi Tuhan! Saat dia memasak ini, senyumannya tak henti pudar. Dia membayangkan wajah bahagia Raka ketika menyantap hasil masakannya ini. Dia senang karena Raka memilih makan siang denganya dibandingkan Enda. Tetapi semuanya ilusi! Raka pada akhirnya meninggalkannya di sini. Alana menggembungkan pipi dan mengepakkan tangan, berusaha menahan isakan serta tangisannya. "Untuk apa aku menangis? Cu-cuma makanan doang," gumamnya menguatkan diri. "Aku terlalu lebay," lanjutnya, meraih kotak bekal lalu berjalan ke arah tempat sampah. "Orang lama selalu menang," ucapnya pelan, menatap kotak bekal tersebut dengan perasaan tak rela. Apa dia makan saja sisanya? Sungguh
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Suami Sempurna Alana

"Jangan pergi begitu saja, seakan-akan aku tak ada," ucap Alana kembali, membiarkan Raka memeluknya tanpa membalas pelukan pria itu, "sikapmu yang seperti ini menjelaskan seperti apa posisiku bagimu. Tak penting dan bukan apa-apa, iya kan, Tuan? Aku tidak penting kan?""Kau sangat penting, Alana." Raka berkata lembut, mengecup kening istrinya lalu kembali menghapus air mata Alana. Dia berupaya meminta maaf pada perempuan ini. Dia memang salah. "Aku akan makan lagi. Kau masih bersedia menyuapiku?" Alana menggelengkan kepala. "Aku ingin pulang." "Tunggu setelah aku makan."Alana menganggukkan kepala pelan, langsung memalingkan wajah ketika Raka berniat mencium bibirnya. Dia juga menempelkan telapak tangan di bibir suaminya, mendorongnya pelan supaya Raka menjauh darinya. Raka menghela napas, memilih membawa Alana untuk duduk di sofa kemudian dia lanjut makan. Meskipun makanan ini sempat masuk dalam tempat sampah, Raka tak peduli–tetap memakannya dengan lahap. Sedangkan Alana, diam-
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
35
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status