Semua Bab Istri Kampungan Kesayangan Presdir : Bab 61 - Bab 70
87 Bab
Halangan
Bima mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hamdan masih mengikuti dari belakang namun tak ada niat untuk menyalip. Hal itu tentu saja membuat pertanyaan muncul di hati Bima.Dalam hati dia pun bertanya-tanya, “Apa jangan-jangan dia hanya ingin mengetahui dimana tempat tinggalku?”“Sayang, apa nggak sebaiknya kita berhenti saja tanyakan apa maunya? Dari pada kejar-kejaran nggak jelas kayak gini juga, ‘kan?” tanya Santi.Bima menarik nafas panjang karena istrinya tersebut masih saja berpikir bahwa semua orang itu adalah orang baik. Mana mungkin dia mempertaruhkan keselamatan Santi sementara dia tidak tahu apa yang diinginkan oleh Hamdan sebenarnya.“Nanti lihat situasi aman dulu, ya!” sahut Bima.“Owh, oke!” Dalam hati Santi sebenarnya sudah merasa kalau dirinya berada dalam bahaya, namun dia harus tetap bersikap sewajarnya seolah tidak tahu apa-apa.Tekadnya makin kuat untuk belajar cara membela diri, jika bisa sekalian melindungi Bima, itu adalah bonus. Orang tidak akan perna
Baca selengkapnya
Ke Makam
Beberapa menit berlatih cukup membuat Santi berkeringat, padahal dia tidak mengeluarkan tenaga sama sekali. Dia hanya berdiri sambil fokus pada satu titik, meskipun masih belum tepat sasaran.Tubuhnya seperti belum siap menerima pelatihan semacam itu, mungkin lebih tepatnya mental yang masih belum matang. Rasa takut untuk melukai orang lain itu masih menguasai hatinya.Santi yang selama ini begitu polos, untuk membunuh hewan saja dia tak tega. Sekarang dia dihadapkan pada sebuah keharusan untuk membunuh orang yang akan menyakitinya.“Kamu jangan pernah berpikir belas kasihan akan membuat semua orang jahat di dunia ini akan sadar, San! Kamu bahkan tahu kalau ada orang yang tidak mau berubah di akhir hayatnya, kan?” tanya Adam yang tahu kegundahan Santi.“Aku tahu, Pa.” Santi memejamkan matanya dan kembali fokus pada satu titik.Santi kembali gagal. Hal itu memang hal yang wajar bagi seorang pemula. Tapi itu bukan satu hal yang ingin dilihat Adam.“Santi, apa kamu akan membiarkan Bima d
Baca selengkapnya
Makan Nasi Padang
"Pa, emangnya sampai saat ini orang itu masih saja menyimpan dendam?" tanya Santi."Entahlah. Pada dasarnya Papa juga nggak habis pikir, kenapa malah dia yang menyimpan perasaan benci itu. Padahal dia sudah terbebas dari hukum karena divonis mengidap kelainan jiwa saat pemeriksaan." Adam melihat ke arah Hamdan sebelum masuk ke dalam mobil.Setelah itu dia mengajak Santi untuk segera masuk agar bisa segera pulang ke rumah.Sepanjang jalan mereka tidak banyak bicara. Santi sendiri takut untuk memulai pembicaraan karena melihat raut wajah mertuanya tersebut terlihat sedang tidak baik-baik saja."Aku memang nggak begitu mengerti tentang cara pikir semua orang. Memangnya nggak bisa apa mereka berdamai saja?" batin Santi."Kamu lapar nggak, San?" Pertanyaan Adam membiarkan lamunan Santi."Sedikit, Pa," jawabnya singkat."Kalau gitu lebih baik kita mampir makan dulu sebelum pulang. Aku nggak mau sampai kena omel suamimu yang bawel karena mengajakmu pergi tapi tidak memberimu makan," kata Ada
Baca selengkapnya
Susu Sapi
Santi sudah berada di kamarnya setelah Adam keluar dari kamar mandi untuk kesekian kalinya. Dia merasa kasihan dan juga bersalah pada papa mertuanya itu. Wajahnya tampak kusut dan beberapa kali menghela nafas panjang.“Kamu kenapa nggak bilang apa-apa sama aku?” tanya Santi pada Bima.Bima menoleh dan bertanya, “Bilang apa?”“Emangnya kamu nggak mau marahin aku tau gimana gitu?” tanya Santi lirih. Bima tersenyum tipis dan mendekati istrinya itu. Dia mengelus kepala Santi pelan.“Asal kamu tahu, aku malah pernah memberi Papa susu sapi, padahal sejak dulu Papa memang tidak bisa minum susu sapi. Katanya dari bayi Papa diberi susu kedelai dan sampai besar tetap seperti itu.”Santi bingung dengan cerita dari Bima. “Memangnya Papa itu bayi apa?” tanyanya tak percaya.“Kalau kamu nggak percaya, cobain aja besok kamu kasih Papa susu sapi, pasti nanti langsung muntah,” ujar Bima. Dulu memang sempat ada yang tidak percaya kalau alergi susu sapi bisa sampai dewasa, tapi nyatanya Adam memang demi
Baca selengkapnya
Kerabat Jauh
Semua orang yang hadir di pertemuan itu sampai terkejut ketika mendengar suara gaduh tersebut. Apalagi ketika mendengar suara Edi yang mengomel tidak karuan."Dasar nggak punya sopan santun sama sekali dengan orang yang lebih tua! Apa ibumu nggak mengajari cara menghormati orang yang lebih tua?" omel Edi sambil mencoba bangun.Santi langsung mencekal tangan Bima yang sudah bersiap melayangkan tinjunya lagi karena emosi. Hati Bima seperti sedang ditimpuk dengan batu besar, sesak dan sakit.Bisa-bisanya orang lain menghina dua orang wanita yang berarti dalam hidupnya. Edi sempat menawar Santi seharga jutaan rupiah sebelum tinju pertamanya tadi melayang. Dan kini dengan santainya dia menyalahkan ibunya tidak bisa mendidik anak. Hati siapa yang tidak sakit mendengarnya?Bima berusaha menarik paksa tangan yang dicekal oleh Santi, namun sulit. Tenaga Santi seperti bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya."Tahan, Mas!" seru Santi."Lepasin aku, San! Orang seperti dia ini tidak pantas
Baca selengkapnya
Kecolongan
Santi segera berpegangan pada tangan Bima yang duduk di sampingnya. Begitu pula dengan Mona yang refleks memegang Santi karena dia takut gelap.“Maaf, tapi aku takut gelap!” ujar Mona dengan suara bergetar.“Nggak apa-apa, aku nyalain ponsel dulu aja biar sedikit terang, ya?” Santi mencoba menenangkan Mona.Diambilnya ponsel Bima yang tadi sempat disitanya dan segera dinyalakan lampu senternya. Cahaya lampu itu dibarengi dengan ponsel milik tamu yang lainnya.Beberapa saat terdengar suara gaduh orang berlarian entah ke arah mana, tapi yang jelas setelah itu lampu kembali menyala. Para tamu yang diundang bernafas lega karena tidak perlu menunggu lama lagi.“Restoran sebesar ini kenapa nggak persiapan emergency yang memadai sih?” gerutu salah seorang yang hadir.“Iya. Harusnya kan bisa lah ya, menyiapkan hal seperti itu demi kenyamanan bersama, jangan hanya harga sewanya aja yang mahal tapi sarananya kurang memadai,” imbuh yang lainnya.Santi tak mempedulikan ocehan demi ocehan yang ter
Baca selengkapnya
Aku Tidak Membunuhnya
“Papa …” Bima menjawab panggilan tersebut dengan hati-hati.“Dimana Santi sekarang?” tanya Adam tanpa banyak basa basi.“Itu, dia … aku sedang mencarinya sekarang, Pa!” jawab Bima.“Dasar bodoh! Sudah berapa kali Papa bilang kalau jangan sampai lengah! Karir bisnismu itu sedang bagus-bagusnya, pasti banyak orang sedang merencanakan sesuatu untuk menjatuhkanmu! Kamu jangan sampai melupakan keselamatan Santi. Dia bisa saja menjadi incaran mereka yang berniat buruk sama Santi!” Adam emosi mendengar jawaban Bima.“Aku minta maaf, Pa!” ujar Bima sambil mengepalkan tangannya.“Maafmu nggak guna! Septa berkali-kali menelepon kalau Santi dibawa oleh orang yang mengenakan seragam pelayan! Ahhh, wanita bodoh itu benar-benar!” Adam emosi sendiri karena mendengar laporan dari Septa.Santi memang dibawa oleh orang asing dan caranya sangat rapi. Seorang pelayan terlihat pincang saat berjalan dan meminta bantuan Santi untuk mengantarnya keluar resto. Septa yang sejak awal mengawasi berpikir bahwa p
Baca selengkapnya
Belajar Dari Kesalahan
Adam tersenyum puas mendengar jawaban Santi. Sepertinya didikannya selama ini membuahkan hasil, hanya perlu sedikit gertakan saja agar semua itu muncul dari dalam dirinya sendiri.Santi belajar banyak hal dari kejadian yang baru saja dialaminya. Dia bertekad akan segera menjadi sosok wanita yang layak bersanding dengan Bima. Namun ada satu ketakutan yang masih hinggap di pikirannya.“Pa …” Santi memanggil Adam dengan ragu-ragu.“Kenapa?” tanya Adam lembut. Pandangannya sudah kembali hangat, tidak seperti saat emosi tadi.“Apa aku boleh membunuh orang?” tanya Santi.“Kamu bicara apa, San?!” Bima tersentak kaget mendengar ucapan Santi.“Tentu saja boleh!” jawab Adam tegas. Bima sampai dibuat terperanjat kaget mendengarnya. “Selama kamu melakukannya dengan alasan yang tepat, Papa akan mendukungnya,” imbuhnya kemudian sehingga Bima kembali bernafas lega.“Berarti jika suatu waktu aku berada dalam keadaan yang mengharuskanku untuk membunuh, Papa akan menjadi penolongku?” tanya Bima memasti
Baca selengkapnya
Buka Puasa
"Papa … itu …" Santi menutup mulutnya saking terkejutnya karena itu adalah pertama kalinya dia memegang pistol. Tembakannya meleset mengenai papan yang lain."Hahaha … nggak apa-apa! Ini pertama kalinya dan kamu hampir mengenai sasaran. Untungnya di sana tidak ada orang, kalau ada mungkin saja …" Adam sengaja menggantung kalimatnya.Santi langsung menelan saliva berulang kali. Dia paham maksud dari Adam mengatakan hal tersebut."Baiklah, aku paham. Untuk latihan menembak tidak hanya membutuhkan keseriusan tapi juga fokus dan tetap tenang." Santi mengambil kesimpulan tersebut tapi malah membuat Adam tertawa."Bukan seperti itu maksud Papa. Kalau tadi ada orang disana mungkin kamu malah bisa tepat sasaran, karena bisa saja langsung kena kepalanya …" kata Adam dengan seringaiannya.Santi yang mendengar hal itu langsung merinding. Diusap kedua lengannya yang terasa meremang.Dia tak bisa membayangkan jika sampai hal tersebut terjadi tepat di depan matanya. Tekadnya memang sudah bulat untu
Baca selengkapnya
Aku Ikut
Hawa dingin yang semula memenuhi ruang kamar mandi tersebut akhirnya berubah menjadi panas. Peluh keringat membasahi tubuh keduanya akibat olahraga malam yang menggairahkan.Bima tidak melewatkan satu inci pun kulit istrinya yang telah menjadi candu baginya. Bibir dan tangannya mengeksplor ke segala arah pada tubuh toples yang menggodanya."Angkat kakimu, Sayang!" Bima mengarahkan salah satu kaki Santi akan menapak pada bahunya.Dengan bertumpu pada lututnya, Bima mulai memainkan keahlian di lidahnya. Diciumnya lutut Santi dan perlahan lidahnya menjulur bermain-main semakin naik hingga berakhir di pangkal yang menjadi tujuan utamanya."Aku paling suka aroma bagian sini," gumamnya sambil menciumnya."Hmmm …" lenguhan mulai terdengar tak beraturan ketika Santi merasakan adanya tusukan hangat di inti tubuhnya.Bima memang paling pandai membuat istrinya merasa terbang. Santi sampai tidak bisa menguasai keseimbangan dalam berdiri.Hampir saja dia terjatuh kalau tidak segera ditahan oleh B
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status