Home / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Dikejar Lagi Oleh Suamiku: Chapter 111 - Chapter 120

166 Chapters

Bab 109 Kebohongan Sanur

Aku duduk di meja kafe dengan jari-jariku yanb mengetuk pelan permukaan kayu. Aku tahu ini bukan urusanku, tapi kebohongan itu terlalu besar untuk diabaikan sejak aku tahu kebohongan Sanur. Seharusnya aku tidak peduli, tapi ketika menyangkut Mas Birendra, aku selalu terjebak di antara prinsip dan perasaan.Siang ini aku sengaja memanggil Sanur untuk bertemu dan mengajak bicara agar dia jujur walau besar kemungkinan suaraku tak akan dia indahkan, tetapi aku tetap mencobanya.Aku melihat Sanur masuk dan matanya langsung tertuju padaku. Senyumnya canggung, tangannya menggenggam perutnya seolah menunjukkan jika dia yang berhak menjadi istri Mas Birendra."Halo Mahira, ada apa kamu menghubungiku?""Meminta bantuanku agar kamu bisa kembali ke rumah?" Sanur berkata sok baik di hadapanku."Tidak, Mbak Sanur. Aku juga tak berniat kembali ke sana," ucapku dengan santai."Lalu apa yang kamu ingin bicarakan denganku?" tanyanya kembali dengan bersidekap."Bagaimana dengan kehamilan, Mbak Sanur?" A
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 110 Mas Birendra Tak Mau Bercerai

Aku terbangun dengan sakit kepala menusuk. Rasanya seperti ada palu kecil yang mengetuk bagian belakang kepalaku berulang kali. Kuusap pelipisku demi mencoba meringankan rasa nyeri. Di sampingku, tempat tidur yang biasanya dipenuhi gerakan kecil Abisatya kini kosong. Rasa cemas tiba-tiba menjalari dadaku."Abi?" panggilku, setengah berbisik. Tidak ada jawaban."Tak mungkin dia berjalan sendiri," kataku dengan cemas.Aku bangkit dan langkahku berderap cepat menuju pintu kamar. Saat kubuka pintu, aroma masakan yang tak asing langsung menyambutku. Aku membeku di ambang pintu ruang makan. Di sana ada Mas Birendra berdiri di dapur, dia mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku. Dia tampak sibuk menuangkan sesuatu ke dalam mangkuk.Aku mengerutkan kening. Bagaimana dia bisa masuk? Aku yakin pintu apartemenku terkunci tadi malam."Selamat pagi," ucapnya ringan. Dia menoleh dengan wajahnya yang dihiasi senyuman kecil seolah tak ada yang salah.“Apa yang kamu lakukan di sini, Mas?” tan
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 111 Sanur Dan Wisnu

Di gedung rumah susun yang tak tampak mewah dengan penerangan minim dan spanduk bertuliskan 'Akan Dirobohkan' terpampang di setiap dinding gedung tersebut. Di sana ada dua wanita sedang bercakap-cakap serius seolah tak ingin ada yang tahu keberadaan mereka.Fatma dengan sorot mata tajam dan gerakan penuh percaya diri, duduk berhadapan dengan seorang wanita muda. Keduanya tampak puas. Di depan mereka ada dua cangkir kopi yang hampir habis, sementara tumpukan kertas tua tersebar di meja kayu."Polisi akhirnya menutup kasus itu, Yun. Tidak ada yang menyangka kecelakaan itu bukan murni kebetulan."Dia mengetukkan jari-jarinya ke meja dan wajahnya bercahaya dengan kemenangan. Fatma menyilangkan tangan di dada.senyum tipis menghiasi bibirnya.Ayunita duduk di seberang Fatma dengan tersenyum gugup sambil melirik ke sekeliling ruangan. Tempat yang selalu menjadi pertemuan mereka jika sedang membahas sesuatu."Aku masih tak percaya kita bisa melewati ini tanpa dicurigai. Sarayu ... benar-benar
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 112 Cukup Mas! Kamu Sudah Keterlaluan

Lelah itulah yang aku rasakan saat ini setelah seharian bekerja di rumah sakit. Pasien berdatangan dengan berbagai keluhan penyakitnya, tetapi meski tubuhku lelah dan capek berdiri setidaknya aku senang melayani mereka.Aku naik taksi menuju apartemen setelah menjemput Abisatya dari penitipan. Sejak bayi ini ada tinggal denganku, Mas Birendra sering datang ke sini dan bermain bersamanya di apartemen."Loh ayahnya nggak ke sini, Ibu Dokter?" Seorang penjaga apartemen menanyaiku saat aku menggendong Abisatya."Tidak, Pak. Lagi pergi keluar kota," jawabku menyunggingkan senyum."Semoga hubungan kalian membaik ya, Ibu Dokter," kata penjaga bertopi dengan memberiku senyuman hangatnya."Amin, Pak."Aku hanya dapat menjawab sekilas lalu segera menuju apartemenku dan menaiki lift agar cepat sampai. Sejenak aku melihat Abisatya dengan gemas, dia tampak lucu dan jarang sekali menangis kecuali jika sakit."Tunggu sebentar ya, Nak. Tinggal dua lantai lagi kita sampai," ujarku padanya sembari memb
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 113 Jangan Pernah Mencampuri Hidupku, Mas

Aku nyaris terjatuh saat Mas Birendra menarik lenganku keras-keras lalu menyeretku masuk ke apartemen. Aku berusaha melepaskan cengkeramannya, tetapi tenaganya terlalu kuat. Pintu apartemen terbanting keras saat Mas Birendra menutupnya dan aku berdiri dengan napas tersengal, dada terasa sesak karena amarah yang membuncah."Apa-apaan sih kamu, Mas?""Kamu mau membuat keributan di malam hari?" Aku marah padanya karena menerobos masuk ke apartemenku.“Kamu pikir aku bodoh, Mahira?” katanya sambil menatapku tajam, matanya menyala penuh emosi. “Kamu kira aku tidak lihat cara dia memandangmu?” Rupanya dia masih marah karena kejadian di lobby rumah sakit tadi.“Mas, tolonglah jangan bikin drama di malam hari!” Aku berusaha mengontrol nada suaraku, tapi getaran di ujung kalimat tak bisa kusamarkan. Aku melipat tangan di depan dada dan mencoba terlihat tegas.“Aku dan Dokter Arya tidak ada apa-apa. Kami cuma rekan kerja," imbuhku seraya mengatur napas.Percuma menjelaskan pada Mas Birendra yan
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 114 Memilih Bertahan Atau Berpisah

"Biar aku saja yang membukanya."Aku baru saja hendak kembali ke kamar ketika bel apartemenku berbunyi. Suara bel itu terdengar beberapa kali. Aku berjalan ke pintu membuka dengan hati-hati dan menemukan Dokter Arya dan Dokter Agustin berdiri di depan pintu."Dokter Arya ... Dokter Agustin?" Aku terkejut mendapati mereka berdiri di depan rumah dengan membawa dua bungkusan.“Mahira, kami hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja,” kata Dokter Arya dengan senyum hangat.“Iya, kami khawatir setelah kejadian kemarin di rumah sakit,” Dokter Agustin menambahkan, ekspresinya lembut."Maaf ya. Banyak yang memperhatikanmu dan ...." Dokter Agustin tak meneruskan perkataannya."Ya aku tahu, Dok. Tidak usah dipikirkan. Masuk saja yuk," ajakku pada mereka.Ya tentu saja kejadian Mas Birendra yang ribut di lobby rumah sakit akan menjadi pembicaraan semua orang di sana. Aku tak heran hingga kuanggap hal yang biasa saja. Toh nanti berakhir sendiri.Sebelum aku bisa mengundang mereka masuk, suara ber
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 115 Penyesalan Birendra Menikahi Sanur

"Apa benar kamu tidak akan menceraikan Mahira, Bi?"Sanur bertanya dengan wajah yang semakin gelap oleh kemarahan, berdiri bersedekap di depan suaminya. Matanya menyala penuh emosi dan tubuhnya sedikit condong ke depan seakan menantang Birendra."Iya. Aku akan tetap bersamanya, Sanur."“Apa maksudmu, Birendra?” suara Sanur bergetar, menekan amarah yang hampir meledak.Sanur pikir setelah menyingkirkan Mahira, dia akan bisa memiliki Birendra seutuhnya dan istri satu-satunya disematkan kepadanya, tetapi kini semua itu tinggal angan-angan.“Aku harus memperbaiki segalanya dengan Mahira,” ucapnya pelan, tanpa menatap Sanur.Birendra duduk di sofa dengan punggung tegak, kedua telapak tangannya saling menggenggam dan matanya tertunduk menatap lantai. Dia tampak lelah seperti menanggung beban berat yang sudah terlalu lama dipikulnya.“Kamu sudah gila, Birendra?!” teriak Sanur, langkahnya maju mendekat dengan dagu terangkat.“Kamu memilihku dan meninggalkan dia lalu sekarang kamu ingin kembal
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 115 Kecemburuan Birendra

Bertemu Fatma membuat Mahira merasakan ketegangan. Bukan hanya suasana hatinya melainkan juga di kepalanya yang kini berdenyut. Dia berhenti sejenak dan menumpang duduk di stand makanan untuk menelepon seseorang menjemputnya.Mahira segera merogoh ponselnya dan menghubungi Arya. Dia tak ingin menelepon Birendra, karena dia tahu jika saat bekerja pria itu akan mengabaikannya. Pekerjaan lebih penting daripada dia, itu yang selalu dikatakan Birendra."Aku hampir sampai. Keluarlah agar aku bisa menemukanmu."Beberapa menit kemudian sebuah mobil berhenti di depan Mahira yang duduk di bangku dekat pintu keluar pusat perbelanjaan. Arya keluar dengan ekspresi penuh perhatian. Dia segera mendekati Mahira."Mahira, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut sambil jongkok di hadapannya dan mencoba menatap matanya.Mahira mengangguk pelan meski wajahnya masih pucat. "Hanya sakit kepala. Maaf merepotkan anda, Dok."Arya membantu Mahira berdiri dengan hati-hati, satu tangannya memegang siku Mahira untu
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 116Wanita Berjaket Biru

Mas Birendra selalu saja mencari masalah. Dia melihatku diantar dokter Arya semalam dan dia seketika dia marah kepadaku. Jujur sebenarnya aku tak mau meminta bantuan pada dokter Arya, tetapi hanya pria itu yang dapat mengantarkanku. Aku enggan melihat Mas Birendra, berulang kali dia melanggar janjinya untuk memperbaiki hubungan kami. Nyatanya dia terus melakukannya seakan sudah menjadi kebiasaannya. Kini aku harus kembali ke rumahnya hanya untuk mengambil sisa barang-barangku, aku tak akan pernah kembali ke sini meski Mas Birendra mengancam mengambil Abisatya dari tanganku. "Non Mahira ..." "Non, kembali ke sini lagi?" Begitu aku membuka pagar, dua satpam penjaga rumah berseru senang melihatku seakan aku telah pergi lama padahal baru sebulan diriku meninggalkan rumah ini. "Saya cuma mau mengambil sisa barang, Pak. Saya tidak akan tinggal di sini lagi," kataku melihat wajah dua satpam tampak kecewa. "Jadi Non Mahira dan Mas Birendra akan---" Satpam Pak Gendut terlihat seka
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 117 Siapa Pelaku Tabrakan Itu

“Maya?” tanyaku, suaraku nyaris berbisik.Ternyata perempuan berjaket biru itu adalah Maya. Dia tampak kaget saat namanya kusebut. Mata bulatnya sedikit melebar, tetapi ada senyum kecil yang canggung muncul di wajahnya.“Loh Non Mahira ..." sapanya dengan merapatkan jaketnya."Non, apa kabar? Senangnya bisa berjumpa dengan Non Mahira di sini."“Aku baik.” Aku memiringkan kepala, memperhatikan jaket birunya yang kini tampak begitu mencolok. “Kamu… kenapa di sini, May? Sedang apa? Kamu sakit?"Aku melihat bahasa tubuh Maya menunjukkan kegugupan. Tangannya meremas ujung tas yang tergantung di pundaknya dan dia menundukkan pandangannya sesaat sebelum menjawab. Padahal aku tak bertanya hal serius.“Saya sakit kepala, Non. Tadi saya baru periksa di poliklinik,” katanya dengan suara pelan dan sedikit gemetar.Aku mengamati wajahnya lekat-lekat. Sorot matanya tidak tenang seakan ada sesuatu yang ingin dia sembunyikan. “Oh begitu … Apa kamu sudah merasa lebih baik?” tanyaku, mencoba terdengar
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status