Home / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 110 Mas Birendra Tak Mau Bercerai

Share

Bab 110 Mas Birendra Tak Mau Bercerai

last update Last Updated: 2024-12-02 17:25:21

Aku terbangun dengan sakit kepala menusuk. Rasanya seperti ada palu kecil yang mengetuk bagian belakang kepalaku berulang kali. Kuusap pelipisku demi mencoba meringankan rasa nyeri. Di sampingku, tempat tidur yang biasanya dipenuhi gerakan kecil Abisatya kini kosong. Rasa cemas tiba-tiba menjalari dadaku.

"Abi?" panggilku, setengah berbisik. Tidak ada jawaban.

"Tak mungkin dia berjalan sendiri," kataku dengan cemas.

Aku bangkit dan langkahku berderap cepat menuju pintu kamar. Saat kubuka pintu, aroma masakan yang tak asing langsung menyambutku. Aku membeku di ambang pintu ruang makan. Di sana ada Mas Birendra berdiri di dapur, dia mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku. Dia tampak sibuk menuangkan sesuatu ke dalam mangkuk.

Aku mengerutkan kening. Bagaimana dia bisa masuk? Aku yakin pintu apartemenku terkunci tadi malam.

"Selamat pagi," ucapnya ringan. Dia menoleh dengan wajahnya yang dihiasi senyuman kecil seolah tak ada yang salah.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Mas?” tan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 111 Sanur Dan Wisnu

    Di gedung rumah susun yang tak tampak mewah dengan penerangan minim dan spanduk bertuliskan 'Akan Dirobohkan' terpampang di setiap dinding gedung tersebut. Di sana ada dua wanita sedang bercakap-cakap serius seolah tak ingin ada yang tahu keberadaan mereka.Fatma dengan sorot mata tajam dan gerakan penuh percaya diri, duduk berhadapan dengan seorang wanita muda. Keduanya tampak puas. Di depan mereka ada dua cangkir kopi yang hampir habis, sementara tumpukan kertas tua tersebar di meja kayu."Polisi akhirnya menutup kasus itu, Yun. Tidak ada yang menyangka kecelakaan itu bukan murni kebetulan."Dia mengetukkan jari-jarinya ke meja dan wajahnya bercahaya dengan kemenangan. Fatma menyilangkan tangan di dada.senyum tipis menghiasi bibirnya.Ayunita duduk di seberang Fatma dengan tersenyum gugup sambil melirik ke sekeliling ruangan. Tempat yang selalu menjadi pertemuan mereka jika sedang membahas sesuatu."Aku masih tak percaya kita bisa melewati ini tanpa dicurigai. Sarayu ... benar-benar

    Last Updated : 2024-12-03
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 112 Cukup Mas! Kamu Sudah Keterlaluan

    Lelah itulah yang aku rasakan saat ini setelah seharian bekerja di rumah sakit. Pasien berdatangan dengan berbagai keluhan penyakitnya, tetapi meski tubuhku lelah dan capek berdiri setidaknya aku senang melayani mereka.Aku naik taksi menuju apartemen setelah menjemput Abisatya dari penitipan. Sejak bayi ini ada tinggal denganku, Mas Birendra sering datang ke sini dan bermain bersamanya di apartemen."Loh ayahnya nggak ke sini, Ibu Dokter?" Seorang penjaga apartemen menanyaiku saat aku menggendong Abisatya."Tidak, Pak. Lagi pergi keluar kota," jawabku menyunggingkan senyum."Semoga hubungan kalian membaik ya, Ibu Dokter," kata penjaga bertopi dengan memberiku senyuman hangatnya."Amin, Pak."Aku hanya dapat menjawab sekilas lalu segera menuju apartemenku dan menaiki lift agar cepat sampai. Sejenak aku melihat Abisatya dengan gemas, dia tampak lucu dan jarang sekali menangis kecuali jika sakit."Tunggu sebentar ya, Nak. Tinggal dua lantai lagi kita sampai," ujarku padanya sembari memb

    Last Updated : 2024-12-04
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 113 Jangan Pernah Mencampuri Hidupku, Mas

    Aku nyaris terjatuh saat Mas Birendra menarik lenganku keras-keras lalu menyeretku masuk ke apartemen. Aku berusaha melepaskan cengkeramannya, tetapi tenaganya terlalu kuat. Pintu apartemen terbanting keras saat Mas Birendra menutupnya dan aku berdiri dengan napas tersengal, dada terasa sesak karena amarah yang membuncah."Apa-apaan sih kamu, Mas?""Kamu mau membuat keributan di malam hari?" Aku marah padanya karena menerobos masuk ke apartemenku.“Kamu pikir aku bodoh, Mahira?” katanya sambil menatapku tajam, matanya menyala penuh emosi. “Kamu kira aku tidak lihat cara dia memandangmu?” Rupanya dia masih marah karena kejadian di lobby rumah sakit tadi.“Mas, tolonglah jangan bikin drama di malam hari!” Aku berusaha mengontrol nada suaraku, tapi getaran di ujung kalimat tak bisa kusamarkan. Aku melipat tangan di depan dada dan mencoba terlihat tegas.“Aku dan Dokter Arya tidak ada apa-apa. Kami cuma rekan kerja," imbuhku seraya mengatur napas.Percuma menjelaskan pada Mas Birendra yan

    Last Updated : 2024-12-05
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 114 Memilih Bertahan Atau Berpisah

    "Biar aku saja yang membukanya."Aku baru saja hendak kembali ke kamar ketika bel apartemenku berbunyi. Suara bel itu terdengar beberapa kali. Aku berjalan ke pintu membuka dengan hati-hati dan menemukan Dokter Arya dan Dokter Agustin berdiri di depan pintu."Dokter Arya ... Dokter Agustin?" Aku terkejut mendapati mereka berdiri di depan rumah dengan membawa dua bungkusan.“Mahira, kami hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja,” kata Dokter Arya dengan senyum hangat.“Iya, kami khawatir setelah kejadian kemarin di rumah sakit,” Dokter Agustin menambahkan, ekspresinya lembut."Maaf ya. Banyak yang memperhatikanmu dan ...." Dokter Agustin tak meneruskan perkataannya."Ya aku tahu, Dok. Tidak usah dipikirkan. Masuk saja yuk," ajakku pada mereka.Ya tentu saja kejadian Mas Birendra yang ribut di lobby rumah sakit akan menjadi pembicaraan semua orang di sana. Aku tak heran hingga kuanggap hal yang biasa saja. Toh nanti berakhir sendiri.Sebelum aku bisa mengundang mereka masuk, suara ber

    Last Updated : 2024-12-06
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 115 Penyesalan Birendra Menikahi Sanur

    "Apa benar kamu tidak akan menceraikan Mahira, Bi?"Sanur bertanya dengan wajah yang semakin gelap oleh kemarahan, berdiri bersedekap di depan suaminya. Matanya menyala penuh emosi dan tubuhnya sedikit condong ke depan seakan menantang Birendra."Iya. Aku akan tetap bersamanya, Sanur."“Apa maksudmu, Birendra?” suara Sanur bergetar, menekan amarah yang hampir meledak.Sanur pikir setelah menyingkirkan Mahira, dia akan bisa memiliki Birendra seutuhnya dan istri satu-satunya disematkan kepadanya, tetapi kini semua itu tinggal angan-angan.“Aku harus memperbaiki segalanya dengan Mahira,” ucapnya pelan, tanpa menatap Sanur.Birendra duduk di sofa dengan punggung tegak, kedua telapak tangannya saling menggenggam dan matanya tertunduk menatap lantai. Dia tampak lelah seperti menanggung beban berat yang sudah terlalu lama dipikulnya.“Kamu sudah gila, Birendra?!” teriak Sanur, langkahnya maju mendekat dengan dagu terangkat.“Kamu memilihku dan meninggalkan dia lalu sekarang kamu ingin kembal

    Last Updated : 2024-12-07
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 115 Kecemburuan Birendra

    Bertemu Fatma membuat Mahira merasakan ketegangan. Bukan hanya suasana hatinya melainkan juga di kepalanya yang kini berdenyut. Dia berhenti sejenak dan menumpang duduk di stand makanan untuk menelepon seseorang menjemputnya.Mahira segera merogoh ponselnya dan menghubungi Arya. Dia tak ingin menelepon Birendra, karena dia tahu jika saat bekerja pria itu akan mengabaikannya. Pekerjaan lebih penting daripada dia, itu yang selalu dikatakan Birendra."Aku hampir sampai. Keluarlah agar aku bisa menemukanmu."Beberapa menit kemudian sebuah mobil berhenti di depan Mahira yang duduk di bangku dekat pintu keluar pusat perbelanjaan. Arya keluar dengan ekspresi penuh perhatian. Dia segera mendekati Mahira."Mahira, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut sambil jongkok di hadapannya dan mencoba menatap matanya.Mahira mengangguk pelan meski wajahnya masih pucat. "Hanya sakit kepala. Maaf merepotkan anda, Dok."Arya membantu Mahira berdiri dengan hati-hati, satu tangannya memegang siku Mahira untu

    Last Updated : 2024-12-08
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 116Wanita Berjaket Biru

    Mas Birendra selalu saja mencari masalah. Dia melihatku diantar dokter Arya semalam dan dia seketika dia marah kepadaku. Jujur sebenarnya aku tak mau meminta bantuan pada dokter Arya, tetapi hanya pria itu yang dapat mengantarkanku. Aku enggan melihat Mas Birendra, berulang kali dia melanggar janjinya untuk memperbaiki hubungan kami. Nyatanya dia terus melakukannya seakan sudah menjadi kebiasaannya. Kini aku harus kembali ke rumahnya hanya untuk mengambil sisa barang-barangku, aku tak akan pernah kembali ke sini meski Mas Birendra mengancam mengambil Abisatya dari tanganku. "Non Mahira ..." "Non, kembali ke sini lagi?" Begitu aku membuka pagar, dua satpam penjaga rumah berseru senang melihatku seakan aku telah pergi lama padahal baru sebulan diriku meninggalkan rumah ini. "Saya cuma mau mengambil sisa barang, Pak. Saya tidak akan tinggal di sini lagi," kataku melihat wajah dua satpam tampak kecewa. "Jadi Non Mahira dan Mas Birendra akan---" Satpam Pak Gendut terlihat seka

    Last Updated : 2024-12-09
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 117 Siapa Pelaku Tabrakan Itu

    “Maya?” tanyaku, suaraku nyaris berbisik.Ternyata perempuan berjaket biru itu adalah Maya. Dia tampak kaget saat namanya kusebut. Mata bulatnya sedikit melebar, tetapi ada senyum kecil yang canggung muncul di wajahnya.“Loh Non Mahira ..." sapanya dengan merapatkan jaketnya."Non, apa kabar? Senangnya bisa berjumpa dengan Non Mahira di sini."“Aku baik.” Aku memiringkan kepala, memperhatikan jaket birunya yang kini tampak begitu mencolok. “Kamu… kenapa di sini, May? Sedang apa? Kamu sakit?"Aku melihat bahasa tubuh Maya menunjukkan kegugupan. Tangannya meremas ujung tas yang tergantung di pundaknya dan dia menundukkan pandangannya sesaat sebelum menjawab. Padahal aku tak bertanya hal serius.“Saya sakit kepala, Non. Tadi saya baru periksa di poliklinik,” katanya dengan suara pelan dan sedikit gemetar.Aku mengamati wajahnya lekat-lekat. Sorot matanya tidak tenang seakan ada sesuatu yang ingin dia sembunyikan. “Oh begitu … Apa kamu sudah merasa lebih baik?” tanyaku, mencoba terdengar

    Last Updated : 2024-12-10

Latest chapter

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 164 Memilih Jalan Yang Tepat

    "Selamat pagi dunia.""Terima kasih untuk berkat-Mu hari ini, Allah."Cahaya pagi menyelinap masuk melalui jendela rumah sakit, menerangi lorong-lorong yang mulai sibuk dengan aktivitas para dokter dan perawat. Di antara mereka, seorang pria dengan jas dokter yang baru saja dikenakan kembali setelah sekian lama berjalan dengan langkah penuh harapan sembari bergumam sendiri.Wajahnya masih sedikit pucat, tetapi terlihat di matanya berbinar. Dia menarik napas dalam-dalam seolah ingin meresapi udara rumah sakit yang begitu familiar, tempat yang pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya sebelum semuanya berubah."Dokter Arya, senang berjumpa dengan anda lagi," kata seorang perawat yang kebetulan berpapasan dengannya."Saya juga senang berjumpa dengan kalian lagi," balas Arya seraya tersenyum."Selamat bertugas kembali, Dok," ucap salah satu perawat wanita."Terima kasih suster Wina."Arya melanjutkan kembali langkah kakinya menuju ruang berkumpulnya para dokter sebelum bertugas di pagi i

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 163 Kapan Kamu Bangun, Mahira?

    "Ayo Mahira ....""Kamu pasti bisa melewati ini semuanya. Berjuanglah."Di ruang operasi yang dipenuhi suara mesin pemantau detak jantung dan alat-alat medis, Dokter Gatot berkeringat di balik masker bedahnya. Tangannya yang bersarung tangan lateks bergerak cepat, berusaha menghentikan pendarahan hebat di otak Mahira. Para perawat dan petugas anestesi bekerja dengan cekatan, saling bertukar pandang setiap kali tekanan darah pasien turun drastis.“Tekanan darahnya anjlok lagi, Dok!” seru seorang perawat, suaranya tegang.Dokter Gatot mengatupkan rahangnya dengan napasnya yang tertahan. “Tambahkan satu ampul epinefrin. Kita harus stabilkan dia dulu.”"Baik, Dok."Jarum jam terus berdetak, tapi keadaan Mahira tak juga membaik. Sudah tiga jam lamanya Dokter Gatot yang menggantikan Arya mengoperasi Mahira, keadaan di ruang operasi sungguh mendebarkan."Dokter Mahira, jangan menyerah. Anda harus berjuang demi dokter Arya!" seru perawat Raka mendampingi dokter Gatot.Para dokter dan perawat

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 162 Apa Ini Akhir

    Mahira membuka pintu kamar rawat inap dengan pelan agar tak menganggu ketenangan pasien di ruangan. Mahira berjalan mendekati ranjang yang berada di dekat jendela. Di sana tampak Arya terbaring diam dan tubuhnya tak bergerak sedikit pun, tertelan oleh ketenangan alat medis yang terus berbunyi terus menerus. Mahira menatapnya sejenak, ada rasa rindu dan sedih tercampur dalam tatapan matanya yang berkaca-kaca.Mahira berdiri dalam diam seakan takut mengganggu tidur Arya yang terlalu panjang. Wajahnya yang dulu penuh semangat kini tampak pucat, bekas air mata masih terlihat di sudut matanya. Setelah sekian lama berdiri di sisi tempat tidur Arya, Mahira mengulurkan tangan, menyentuh jemari Arya yang dingin dan tak merespons."Halo Dokter Arya ....""Tiga hari lagi memasuki tahun baru dan sudah empat bulan anda tidur. Apa anda tidak ingin bangun?""Banyak kawan-kawan yang menantimu membuka mata."Mahira berjalan ke jendela dan menutup tirainya karena malam telah tiba. Kemudian Mahira kemba

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 161 Pilihan Mahira

    Mahira perlahan membuka mata dan penglihatan yang buram. Ruangan putih yang asing menyambutnya, dengan bau karbol yang khas. Dia mencoba duduk, tetapi seketika rasa nyeri menusuk di kepalanya membuatnya meringis. Tangan kanannya bergerak memegang pelipis, sementara matanya menyipit menahan sakit yang kian terasa."Jangan banyak bergerak dulu, Hira," kata suara berat dan tenang milik Dokter Agustin terdengar di sebelahnya. Dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada disertai sorot matanya yang lembut."Kamu baru saja pingsan. Mahira. Untung Birendra segera membawamu ke sini.""Kenapa dengan saya, Dok?" tanya Mahira berusaha untuk bicara."Kondisimu semakin parah, Hira. Hematomamu sudah terlalu besar dan kita harus melakukan operasi secepatnya. Tidak bisa kamu biarkan seperti ini terus."Mahira terdiam, dadanya terasa sesak mendengar kata-kata itu. Bibirnya mengatup rapat seraya matanya menatap lurus ke depan dan berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk. Sambil menarik napas dalam-d

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 160 Kebahagian Birendra

    Di balik jeruji besi yang dingin, Maya duduk bersandar pada dinding yang lembap. Wajahnya pucat, matanya sembab dan bahunya sedikit bergetar, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dada.Hidupnya telah berubah. Dia bukan lagi Maya seorang mahasiswi kedokteran atau adik asuh kesayangan sang nona. Dia telah mengecewakan sang nona juga ibunya yang malu kepada dirinya."2012 ada yang menemuimu. Keluarlah." Seorang sipir wanita membuka jeruji besi tempat Maya berada sekarang."Siapa yang mau menemui saya, Bu?" tanya Maya. Hampir dua bulan tak seorang pun sudi menjenguknya."Kamu akan tahu nanti."Maya didampingi dua sipir wanita dengan tangan yang terborgol. Langkah-langkah halus terdengar mendekat ke ruang pertemuan dan tak lama kemudian seorang wanita berdiri di hadapannya. Mahira.Wanita itu tetap anggun meskipun ada kelelahan yang terlihat di matanya. Dengan ekspresi tenang, tetapi sarat kekecewaan, Mahira menatap Maya dalam-dalam. Maya menundukkan kepala seraya jari-jarinya saling men

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 159 Maukah Kau Berkorban Untuknya, Mahira?

    "Apa yang ingin kamu bicarakan, Mas?" Mahira menatap Birendra dengan pandangan serius. "Ini tentang kita, Hira. Tentang pernikahan yang telah kita jalani," kata Birendra. Birendra duduk di ruang tamu seraya menghadap Mahira yang duduk di seberangnya. Tatapannya berat seolah menimbang setiap kata yang akan dia ucapkan. Kedua tangannya berada di pangkuan dan jemarinya saling mengait erat, sesekali bergerak gelisah. Mahira menatap Birendra dengan lembut, wajahnya tenang walau ada sedikit kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang dia coba sembunyikan sejak tadi saat Birendra memanggilnya. "Aku siap mendengarnya, Mas. Katakan saja," sahut Mahira ingin mengetahui keputusan yang diambil Birendra. Dia sudah tahu Birendra hendak membicarakan perceraian. "Aku tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan ini, Hira. Kamu tahu sendiri pernikahan kita bukan didasari oleh cinta di hatiku. Aku hanya menganggapmu sebagai adik bukan seorang istri," ucap Birendra mengungkapkan isi hati

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 158 Bangunlah Arya

    Sanur berdiri di terminal keberangkatan memandang pesawat yang akan membawanya dan putrinya, Alya, meninggalkan Indonesia. Hatinya terasa berat, tetapi dia yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia sudah berpamitan dengan Mahira juga Birendra dan mereka mengerti alasannya pergi. Namun ada satu orang yang tak diberi tahu, Sanur tak bisa membiarkan Wisnu ikut terikat dalam kehidupannya yang penuh luka. Dia merasa dirinya tak pantas bagi Wisnu. “Semua akan baik-baik saja,” bisiknya pada diri sendiri meskipun hatinya masih bimbang sembari menggandeng tangan kecil Alya. "Ibu, kita akan ke mana? Kenapa naik pesawat?" Alya gadis kecil berjaket dan bertopi itu tampak bingung. "Kita akan ke Amerika, Nak. Kita akan memulai kehidupan yang baru di sana," jawab Sanur memberi pengertian pada Alya. "Apa Paman Wisnu dan Kakek Rahmat ikut juga bersama kita?" tanyanya lagi. "Hanya kita berdua, Nak." Sanur melihat kesedihan di wajah Alya. Dua bulan bersama Wisnu dan Rahmat ayah Mahir

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 157 Bertahanlah, Dokter Arya

    Tanpa disadari oleh Fatma, seorang polisi diam-diam berjalan di belakangnya. Polisi tersebut mendekati Fatma dengan sigap dan sebelum dia bisa melakukan sesuatu yang lebih berbahaya, polisi berhasil melumpuhkannya."Sudahi permainan anda, Ibu Fatma!""Tidak ... aku tak berakhir seperti ini!" Fatma berteriak tidak terima.Pistol yang dia genggam jatuh dengan bunyi keras ke lantai beton. Bayi Abisatya yang hampir terlepas dari genggamannya langsung diselamatkan oleh seorang petugas polisi dan dengan hati-hati diserahkan kembali kepada Mahira.Mahira meraih Abisatya dengan tangan gemetar, dan begitu dia mendekap putranya, air mata mengalir deras di pipinya. Rasa syukur dan kebahagiaan meluap-luap di hatinya setelah berhari-hari terjebak dalam mimpi buruk ini."Ibu di sini, Sayang. Kamu aman sekarang," kata Mahira memeluk erat Abisatya."Jangan menangis lagi. Kita pulang ya sekarang," imbuh Mahira sembari mencium wajah Abisatya yang sudah berhenti menangis.Birendra dengan cepat menghampi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 156 Serahkan Dirimu, Fatma

    Mahira berdiri terpaku, tangan gemetar saat menatap pisau di hadapannya. Fatma menunggunya membuat keputusan, tetapi bagaimana mungkin ia bisa memilih? Di satu sisi ada Abisatya, putranya yang bahkan belum bisa berbicara. Di sisi lain, ada Sanur, yang meski bukan siapa-siapa baginya secara pribadi, tetaplah seseorang yang berharga bagi Wisnu."Kenapa anda begitu menginginkan kematianku, Bibi Fatma?" tanya Mahira sengaja untuk mengalihkan pembicaraan.Fatma mendengkus kesal, dia menatap Mahira dengan tatapan kebencian. Tidak ada rasa iba pada Mahira yang notebene adalah keponakannya. Rasa bencinya telah mengakar di hatinya."Karena dengan kematianmu, aku bisa mewarisi harta ibumu. Semua yang dia miliki seharusnya jatuh kepadaku bukan kepada ibumu. Sejak kecil aku diabaikan dan tak seorang pun menyayangiku hanya karena ibumu memiliki penyakit jantung," ucap Fatma sinis."Bukankah anda telah mengambil semuanya? Kenapa anda masih menginginkan kematianku?" ulang Mahira."Wajahmu mengingatk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status