Home / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 115 Penyesalan Birendra Menikahi Sanur

Share

Bab 115 Penyesalan Birendra Menikahi Sanur

last update Huling Na-update: 2024-12-07 23:18:32

"Apa benar kamu tidak akan menceraikan Mahira, Bi?"

Sanur bertanya dengan wajah yang semakin gelap oleh kemarahan, berdiri bersedekap di depan suaminya. Matanya menyala penuh emosi dan tubuhnya sedikit condong ke depan seakan menantang Birendra.

"Iya. Aku akan tetap bersamanya, Sanur."

“Apa maksudmu, Birendra?” suara Sanur bergetar, menekan amarah yang hampir meledak.

Sanur pikir setelah menyingkirkan Mahira, dia akan bisa memiliki Birendra seutuhnya dan istri satu-satunya disematkan kepadanya, tetapi kini semua itu tinggal angan-angan.

“Aku harus memperbaiki segalanya dengan Mahira,” ucapnya pelan, tanpa menatap Sanur.

Birendra duduk di sofa dengan punggung tegak, kedua telapak tangannya saling menggenggam dan matanya tertunduk menatap lantai. Dia tampak lelah seperti menanggung beban berat yang sudah terlalu lama dipikulnya.

“Kamu sudah gila, Birendra?!” teriak Sanur, langkahnya maju mendekat dengan dagu terangkat.

“Kamu memilihku dan meninggalkan dia lalu sekarang kamu ingin kembal
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 115 Kecemburuan Birendra

    Bertemu Fatma membuat Mahira merasakan ketegangan. Bukan hanya suasana hatinya melainkan juga di kepalanya yang kini berdenyut. Dia berhenti sejenak dan menumpang duduk di stand makanan untuk menelepon seseorang menjemputnya.Mahira segera merogoh ponselnya dan menghubungi Arya. Dia tak ingin menelepon Birendra, karena dia tahu jika saat bekerja pria itu akan mengabaikannya. Pekerjaan lebih penting daripada dia, itu yang selalu dikatakan Birendra."Aku hampir sampai. Keluarlah agar aku bisa menemukanmu."Beberapa menit kemudian sebuah mobil berhenti di depan Mahira yang duduk di bangku dekat pintu keluar pusat perbelanjaan. Arya keluar dengan ekspresi penuh perhatian. Dia segera mendekati Mahira."Mahira, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut sambil jongkok di hadapannya dan mencoba menatap matanya.Mahira mengangguk pelan meski wajahnya masih pucat. "Hanya sakit kepala. Maaf merepotkan anda, Dok."Arya membantu Mahira berdiri dengan hati-hati, satu tangannya memegang siku Mahira untu

    Huling Na-update : 2024-12-08
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 116Wanita Berjaket Biru

    Mas Birendra selalu saja mencari masalah. Dia melihatku diantar dokter Arya semalam dan dia seketika dia marah kepadaku. Jujur sebenarnya aku tak mau meminta bantuan pada dokter Arya, tetapi hanya pria itu yang dapat mengantarkanku. Aku enggan melihat Mas Birendra, berulang kali dia melanggar janjinya untuk memperbaiki hubungan kami. Nyatanya dia terus melakukannya seakan sudah menjadi kebiasaannya. Kini aku harus kembali ke rumahnya hanya untuk mengambil sisa barang-barangku, aku tak akan pernah kembali ke sini meski Mas Birendra mengancam mengambil Abisatya dari tanganku. "Non Mahira ..." "Non, kembali ke sini lagi?" Begitu aku membuka pagar, dua satpam penjaga rumah berseru senang melihatku seakan aku telah pergi lama padahal baru sebulan diriku meninggalkan rumah ini. "Saya cuma mau mengambil sisa barang, Pak. Saya tidak akan tinggal di sini lagi," kataku melihat wajah dua satpam tampak kecewa. "Jadi Non Mahira dan Mas Birendra akan---" Satpam Pak Gendut terlihat seka

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 117 Siapa Pelaku Tabrakan Itu

    “Maya?” tanyaku, suaraku nyaris berbisik.Ternyata perempuan berjaket biru itu adalah Maya. Dia tampak kaget saat namanya kusebut. Mata bulatnya sedikit melebar, tetapi ada senyum kecil yang canggung muncul di wajahnya.“Loh Non Mahira ..." sapanya dengan merapatkan jaketnya."Non, apa kabar? Senangnya bisa berjumpa dengan Non Mahira di sini."“Aku baik.” Aku memiringkan kepala, memperhatikan jaket birunya yang kini tampak begitu mencolok. “Kamu… kenapa di sini, May? Sedang apa? Kamu sakit?"Aku melihat bahasa tubuh Maya menunjukkan kegugupan. Tangannya meremas ujung tas yang tergantung di pundaknya dan dia menundukkan pandangannya sesaat sebelum menjawab. Padahal aku tak bertanya hal serius.“Saya sakit kepala, Non. Tadi saya baru periksa di poliklinik,” katanya dengan suara pelan dan sedikit gemetar.Aku mengamati wajahnya lekat-lekat. Sorot matanya tidak tenang seakan ada sesuatu yang ingin dia sembunyikan. “Oh begitu … Apa kamu sudah merasa lebih baik?” tanyaku, mencoba terdengar

    Huling Na-update : 2024-12-10
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 118 Kelakuan Birendra

    "Mahira!"Tubuhnya ditarik dengan paksa ke belakang, terhuyung-huyung lalu terbungkus dalam pelukan hangat. Dadanya naik turun dengan napas terengah sementara jantungnya berdegup keras.“Dokter Aryac...” gumam Mahira pelan, masih memejamkan mata."Mahira, ini aku."Suara berat itu membuat matanya terbuka lebar. Dia mendongak dan seketika tubuhnya menegang. Birendra berdiri di depannya, tatapan matanya dipenuhi kecemasan.“Mas Birendra?” Mahira bergumam, nyaris tak percaya. Jemarinya mencengkeram lengan jas pria itu memastikan dirinya tidak bermimpi.Dari sudut matanya, dia menangkap sosok Arya yang berdiri tak jauh, wajahnya suram. Arya menatap mereka dengan pandangan sulit diartikan seolah ada sesuatu yang berusaha dia sembunyikan.Mahira pikir yang memeluknya agar terhindar dari tabrakan adalah Arya, tetapi dirinya salah. Ada Birendra di sana dan sejak tadi memerhatikan interaksi antara Mahira juga Arya."Mahira, kau baik-baik saja?" tanya Birendra seraya menangkupkan kedua tanganny

    Huling Na-update : 2024-12-11
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 119 Dilema Mahira

    Taksi yang ditumpangi Mahira berhenti di sebuah rumah berlantai dua. Selesai membayar ongkos, dia berhenti sejenak memandang area pemukiman para warga yang di dominasi oleh mahasiswa.Mahira kini berada di rumah kos sederhana dengan halaman luas yang dipenuhi tanaman pot. Dia berjalan lalu membuka pagar yang berderit. Tak ada penjaga dan hanya tampak beberapa mahasiswi di gazebo."Mau cari siapa, Bu?" tanya seorang gadis berkerudung abu-abu."Saya mau cari Maya. Mahasiswi kedokteran yang baru kos di sini," jawab Mahira menghampiri mereka."Oh kamarnya ada di sana, Bu. Ibu masuk saja sampai lorong itu. Nah di ujung nomer dua kamarnya," sahut gadis tersebut.Mahira segera mengucapkan terima kasih lalu berjalan menuju tempat yang sudah ditunjuk gadis tersebut. Dia melangkah pelan sembari melihat isi ruangan yang terlihat mewah untuk ukuran pemilik kos."Maya ..." Mahira mengetuk pintu kayu itu dengan pelan."Nona Mahira?" Maya membuka pintu dengan wajah penuh keterkejutan kemudian segera

    Huling Na-update : 2024-12-13
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 120 Siapa Ayah Dari Bayi Sanur

    Arya belum pulang setelah tadi hendak mengantarkan Mahira pulang. Dia memilih menemui Sanur sang sepupu di dalam kafe. Arya tahu Sanur tak menyukai kehadirannya yang tiba-tiba, tetapi dia harus membicarakan hal penting.Arya mengajak Sanur ke ruangan yang privat di kafe tersebut agar pembicaraan mereka nyaman apalagi saat ini Sanur tengah hamil yang membutuhkan ketenangan."Kamu apa kabar, Sanur?" tanya Arya baik-baik."Tentu saja dalam keadaan yang baik, Mas," sahutnya santai.Arya duduk di sofa menatap sepupunya dengan sorot mata serius. Di tangannya ada sebuah cangkir kopi yang hanya disentuhnya sekali. Sanur tampak duduk dengan santai di seberang Arya mengenakan gaun mahal, perhiasan yang mencolok dan raut wajah yang penuh percaya diri."Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu, Sanur."Arya menyilangkan kedua tangannya di depan dada, tubuhnya sedikit condong ke depan."Sanur, aku tidak akan berputar-putar. Tentu kamu tahu aku menemuimu di sini," ucapnya dengan nada tegas."Apa i

    Huling Na-update : 2024-12-14
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 121 Sudahi Pernikahan Ini, Mas

    "Rupanya sudah malam. Tidak terasa waktu berjalan cepat."Aku melirik jam tangan. Sudah lewat pukul sepuluh malam dan aku ingin cepat pulang menemui Abisatya yang kemungkinan sedang terlelap di bawah pengawasan Suster Wati di apartemen. Aku tak ada rasa khawatir pasalnya Suster tersebut kenalan dari dokter Agustin.Aku berjalan pelan menyusuri lorong rumah sakit yang mulai agak sepi, hanya beberapa perawat dan penjaga pasien yang terlihat."Malam, Dok. Sudah mau pulang ya, Dok," sapa seorang perawat yang berpapasan denganku."Iya Kinar. Semangat ya untuk malam ini," kataku memberi penyemangat."Dokter juga. Istirahat dan cepat makan, Dok. Wajah dokter terlihat pucat tuh," celetuk perawat satunya."Iya terima kasih, Rin."Aku tetap memasang senyum tipis pada setiap kolega yang kulewati di lobi rumah sakit. Aku memakai kembali jas dokter karena lupa membawa jaket tadi pagi dan akan memanggil taksi.Mahira!" Aku menoleh. Dokter Arya dengan jas putihnya yang rapi, berjalan mendekat sambil

    Huling Na-update : 2024-12-15
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 122 Kebimbangan Birendra Mengambil Keputusan

    Birendra memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Wajahnya tegang dengan kedua tangannya mencengkeram erat setir. Sesekali dia melirik ke arah Mahira yang terbaring tak sadarkan diri di kursi penumpang. Wajah Mahira pucat dan tetesan darah yang sudah mengering di bawah hidungnya."Mahira, bangun," gumamnya pelan, seakan berharap ucapannya bisa membangunkannya. Namun Mahira tetap diam, itu membuat dada Birendra semakin sesak."Maafkan aku, Mahira," gumamnya lagi sembari mengangkat ponselnya.["Mas, aku antar anakmu ke rumah. Biar Maya dan Bik Sum yang jaga."]Birendra terpaksa menitipkan Abisatya di apartemen Wisnu yang kebetulan bersebelahan dengan Mahira. Setelah menjawab singkat, Birendra kembali fokus menyetir dan berharap segera sampai.Setibanya di rumah sakit, Birendra segera menggendong tubuh Mahira yang lemas dan berlari masuk ke ruang gawat darurat. Beberapa perawat menyambut mereka, termasuk dokter Arya yang langsung mengenali sosok Mahira."Tolong istri s

    Huling Na-update : 2024-12-17

Pinakabagong kabanata

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 164 Memilih Jalan Yang Tepat

    "Selamat pagi dunia.""Terima kasih untuk berkat-Mu hari ini, Allah."Cahaya pagi menyelinap masuk melalui jendela rumah sakit, menerangi lorong-lorong yang mulai sibuk dengan aktivitas para dokter dan perawat. Di antara mereka, seorang pria dengan jas dokter yang baru saja dikenakan kembali setelah sekian lama berjalan dengan langkah penuh harapan sembari bergumam sendiri.Wajahnya masih sedikit pucat, tetapi terlihat di matanya berbinar. Dia menarik napas dalam-dalam seolah ingin meresapi udara rumah sakit yang begitu familiar, tempat yang pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya sebelum semuanya berubah."Dokter Arya, senang berjumpa dengan anda lagi," kata seorang perawat yang kebetulan berpapasan dengannya."Saya juga senang berjumpa dengan kalian lagi," balas Arya seraya tersenyum."Selamat bertugas kembali, Dok," ucap salah satu perawat wanita."Terima kasih suster Wina."Arya melanjutkan kembali langkah kakinya menuju ruang berkumpulnya para dokter sebelum bertugas di pagi i

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 163 Kapan Kamu Bangun, Mahira?

    "Ayo Mahira ....""Kamu pasti bisa melewati ini semuanya. Berjuanglah."Di ruang operasi yang dipenuhi suara mesin pemantau detak jantung dan alat-alat medis, Dokter Gatot berkeringat di balik masker bedahnya. Tangannya yang bersarung tangan lateks bergerak cepat, berusaha menghentikan pendarahan hebat di otak Mahira. Para perawat dan petugas anestesi bekerja dengan cekatan, saling bertukar pandang setiap kali tekanan darah pasien turun drastis.“Tekanan darahnya anjlok lagi, Dok!” seru seorang perawat, suaranya tegang.Dokter Gatot mengatupkan rahangnya dengan napasnya yang tertahan. “Tambahkan satu ampul epinefrin. Kita harus stabilkan dia dulu.”"Baik, Dok."Jarum jam terus berdetak, tapi keadaan Mahira tak juga membaik. Sudah tiga jam lamanya Dokter Gatot yang menggantikan Arya mengoperasi Mahira, keadaan di ruang operasi sungguh mendebarkan."Dokter Mahira, jangan menyerah. Anda harus berjuang demi dokter Arya!" seru perawat Raka mendampingi dokter Gatot.Para dokter dan perawat

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 162 Apa Ini Akhir

    Mahira membuka pintu kamar rawat inap dengan pelan agar tak menganggu ketenangan pasien di ruangan. Mahira berjalan mendekati ranjang yang berada di dekat jendela. Di sana tampak Arya terbaring diam dan tubuhnya tak bergerak sedikit pun, tertelan oleh ketenangan alat medis yang terus berbunyi terus menerus. Mahira menatapnya sejenak, ada rasa rindu dan sedih tercampur dalam tatapan matanya yang berkaca-kaca.Mahira berdiri dalam diam seakan takut mengganggu tidur Arya yang terlalu panjang. Wajahnya yang dulu penuh semangat kini tampak pucat, bekas air mata masih terlihat di sudut matanya. Setelah sekian lama berdiri di sisi tempat tidur Arya, Mahira mengulurkan tangan, menyentuh jemari Arya yang dingin dan tak merespons."Halo Dokter Arya ....""Tiga hari lagi memasuki tahun baru dan sudah empat bulan anda tidur. Apa anda tidak ingin bangun?""Banyak kawan-kawan yang menantimu membuka mata."Mahira berjalan ke jendela dan menutup tirainya karena malam telah tiba. Kemudian Mahira kemba

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 161 Pilihan Mahira

    Mahira perlahan membuka mata dan penglihatan yang buram. Ruangan putih yang asing menyambutnya, dengan bau karbol yang khas. Dia mencoba duduk, tetapi seketika rasa nyeri menusuk di kepalanya membuatnya meringis. Tangan kanannya bergerak memegang pelipis, sementara matanya menyipit menahan sakit yang kian terasa."Jangan banyak bergerak dulu, Hira," kata suara berat dan tenang milik Dokter Agustin terdengar di sebelahnya. Dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada disertai sorot matanya yang lembut."Kamu baru saja pingsan. Mahira. Untung Birendra segera membawamu ke sini.""Kenapa dengan saya, Dok?" tanya Mahira berusaha untuk bicara."Kondisimu semakin parah, Hira. Hematomamu sudah terlalu besar dan kita harus melakukan operasi secepatnya. Tidak bisa kamu biarkan seperti ini terus."Mahira terdiam, dadanya terasa sesak mendengar kata-kata itu. Bibirnya mengatup rapat seraya matanya menatap lurus ke depan dan berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk. Sambil menarik napas dalam-d

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 160 Kebahagian Birendra

    Di balik jeruji besi yang dingin, Maya duduk bersandar pada dinding yang lembap. Wajahnya pucat, matanya sembab dan bahunya sedikit bergetar, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dada.Hidupnya telah berubah. Dia bukan lagi Maya seorang mahasiswi kedokteran atau adik asuh kesayangan sang nona. Dia telah mengecewakan sang nona juga ibunya yang malu kepada dirinya."2012 ada yang menemuimu. Keluarlah." Seorang sipir wanita membuka jeruji besi tempat Maya berada sekarang."Siapa yang mau menemui saya, Bu?" tanya Maya. Hampir dua bulan tak seorang pun sudi menjenguknya."Kamu akan tahu nanti."Maya didampingi dua sipir wanita dengan tangan yang terborgol. Langkah-langkah halus terdengar mendekat ke ruang pertemuan dan tak lama kemudian seorang wanita berdiri di hadapannya. Mahira.Wanita itu tetap anggun meskipun ada kelelahan yang terlihat di matanya. Dengan ekspresi tenang, tetapi sarat kekecewaan, Mahira menatap Maya dalam-dalam. Maya menundukkan kepala seraya jari-jarinya saling men

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 159 Maukah Kau Berkorban Untuknya, Mahira?

    "Apa yang ingin kamu bicarakan, Mas?" Mahira menatap Birendra dengan pandangan serius. "Ini tentang kita, Hira. Tentang pernikahan yang telah kita jalani," kata Birendra. Birendra duduk di ruang tamu seraya menghadap Mahira yang duduk di seberangnya. Tatapannya berat seolah menimbang setiap kata yang akan dia ucapkan. Kedua tangannya berada di pangkuan dan jemarinya saling mengait erat, sesekali bergerak gelisah. Mahira menatap Birendra dengan lembut, wajahnya tenang walau ada sedikit kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang dia coba sembunyikan sejak tadi saat Birendra memanggilnya. "Aku siap mendengarnya, Mas. Katakan saja," sahut Mahira ingin mengetahui keputusan yang diambil Birendra. Dia sudah tahu Birendra hendak membicarakan perceraian. "Aku tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan ini, Hira. Kamu tahu sendiri pernikahan kita bukan didasari oleh cinta di hatiku. Aku hanya menganggapmu sebagai adik bukan seorang istri," ucap Birendra mengungkapkan isi hati

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 158 Bangunlah Arya

    Sanur berdiri di terminal keberangkatan memandang pesawat yang akan membawanya dan putrinya, Alya, meninggalkan Indonesia. Hatinya terasa berat, tetapi dia yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia sudah berpamitan dengan Mahira juga Birendra dan mereka mengerti alasannya pergi. Namun ada satu orang yang tak diberi tahu, Sanur tak bisa membiarkan Wisnu ikut terikat dalam kehidupannya yang penuh luka. Dia merasa dirinya tak pantas bagi Wisnu. “Semua akan baik-baik saja,” bisiknya pada diri sendiri meskipun hatinya masih bimbang sembari menggandeng tangan kecil Alya. "Ibu, kita akan ke mana? Kenapa naik pesawat?" Alya gadis kecil berjaket dan bertopi itu tampak bingung. "Kita akan ke Amerika, Nak. Kita akan memulai kehidupan yang baru di sana," jawab Sanur memberi pengertian pada Alya. "Apa Paman Wisnu dan Kakek Rahmat ikut juga bersama kita?" tanyanya lagi. "Hanya kita berdua, Nak." Sanur melihat kesedihan di wajah Alya. Dua bulan bersama Wisnu dan Rahmat ayah Mahir

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 157 Bertahanlah, Dokter Arya

    Tanpa disadari oleh Fatma, seorang polisi diam-diam berjalan di belakangnya. Polisi tersebut mendekati Fatma dengan sigap dan sebelum dia bisa melakukan sesuatu yang lebih berbahaya, polisi berhasil melumpuhkannya."Sudahi permainan anda, Ibu Fatma!""Tidak ... aku tak berakhir seperti ini!" Fatma berteriak tidak terima.Pistol yang dia genggam jatuh dengan bunyi keras ke lantai beton. Bayi Abisatya yang hampir terlepas dari genggamannya langsung diselamatkan oleh seorang petugas polisi dan dengan hati-hati diserahkan kembali kepada Mahira.Mahira meraih Abisatya dengan tangan gemetar, dan begitu dia mendekap putranya, air mata mengalir deras di pipinya. Rasa syukur dan kebahagiaan meluap-luap di hatinya setelah berhari-hari terjebak dalam mimpi buruk ini."Ibu di sini, Sayang. Kamu aman sekarang," kata Mahira memeluk erat Abisatya."Jangan menangis lagi. Kita pulang ya sekarang," imbuh Mahira sembari mencium wajah Abisatya yang sudah berhenti menangis.Birendra dengan cepat menghampi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 156 Serahkan Dirimu, Fatma

    Mahira berdiri terpaku, tangan gemetar saat menatap pisau di hadapannya. Fatma menunggunya membuat keputusan, tetapi bagaimana mungkin ia bisa memilih? Di satu sisi ada Abisatya, putranya yang bahkan belum bisa berbicara. Di sisi lain, ada Sanur, yang meski bukan siapa-siapa baginya secara pribadi, tetaplah seseorang yang berharga bagi Wisnu."Kenapa anda begitu menginginkan kematianku, Bibi Fatma?" tanya Mahira sengaja untuk mengalihkan pembicaraan.Fatma mendengkus kesal, dia menatap Mahira dengan tatapan kebencian. Tidak ada rasa iba pada Mahira yang notebene adalah keponakannya. Rasa bencinya telah mengakar di hatinya."Karena dengan kematianmu, aku bisa mewarisi harta ibumu. Semua yang dia miliki seharusnya jatuh kepadaku bukan kepada ibumu. Sejak kecil aku diabaikan dan tak seorang pun menyayangiku hanya karena ibumu memiliki penyakit jantung," ucap Fatma sinis."Bukankah anda telah mengambil semuanya? Kenapa anda masih menginginkan kematianku?" ulang Mahira."Wajahmu mengingatk

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status