Beranda / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 111 Sanur Dan Wisnu

Share

Bab 111 Sanur Dan Wisnu

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 17:12:40

Di gedung rumah susun yang tak tampak mewah dengan penerangan minim dan spanduk bertuliskan 'Akan Dirobohkan' terpampang di setiap dinding gedung tersebut. Di sana ada dua wanita sedang bercakap-cakap serius seolah tak ingin ada yang tahu keberadaan mereka.

Fatma dengan sorot mata tajam dan gerakan penuh percaya diri, duduk berhadapan dengan seorang wanita muda. Keduanya tampak puas. Di depan mereka ada dua cangkir kopi yang hampir habis, sementara tumpukan kertas tua tersebar di meja kayu.

"Polisi akhirnya menutup kasus itu, Yun. Tidak ada yang menyangka kecelakaan itu bukan murni kebetulan."

Dia mengetukkan jari-jarinya ke meja dan wajahnya bercahaya dengan kemenangan. Fatma menyilangkan tangan di dada.senyum tipis menghiasi bibirnya.

Ayunita duduk di seberang Fatma dengan tersenyum gugup sambil melirik ke sekeliling ruangan. Tempat yang selalu menjadi pertemuan mereka jika sedang membahas sesuatu.

"Aku masih tak percaya kita bisa melewati ini tanpa dicurigai. Sarayu ... benar-benar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 112 Cukup Mas! Kamu Sudah Keterlaluan

    Lelah itulah yang aku rasakan saat ini setelah seharian bekerja di rumah sakit. Pasien berdatangan dengan berbagai keluhan penyakitnya, tetapi meski tubuhku lelah dan capek berdiri setidaknya aku senang melayani mereka.Aku naik taksi menuju apartemen setelah menjemput Abisatya dari penitipan. Sejak bayi ini ada tinggal denganku, Mas Birendra sering datang ke sini dan bermain bersamanya di apartemen."Loh ayahnya nggak ke sini, Ibu Dokter?" Seorang penjaga apartemen menanyaiku saat aku menggendong Abisatya."Tidak, Pak. Lagi pergi keluar kota," jawabku menyunggingkan senyum."Semoga hubungan kalian membaik ya, Ibu Dokter," kata penjaga bertopi dengan memberiku senyuman hangatnya."Amin, Pak."Aku hanya dapat menjawab sekilas lalu segera menuju apartemenku dan menaiki lift agar cepat sampai. Sejenak aku melihat Abisatya dengan gemas, dia tampak lucu dan jarang sekali menangis kecuali jika sakit."Tunggu sebentar ya, Nak. Tinggal dua lantai lagi kita sampai," ujarku padanya sembari memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 113 Jangan Pernah Mencampuri Hidupku, Mas

    Aku nyaris terjatuh saat Mas Birendra menarik lenganku keras-keras lalu menyeretku masuk ke apartemen. Aku berusaha melepaskan cengkeramannya, tetapi tenaganya terlalu kuat. Pintu apartemen terbanting keras saat Mas Birendra menutupnya dan aku berdiri dengan napas tersengal, dada terasa sesak karena amarah yang membuncah."Apa-apaan sih kamu, Mas?""Kamu mau membuat keributan di malam hari?" Aku marah padanya karena menerobos masuk ke apartemenku.“Kamu pikir aku bodoh, Mahira?” katanya sambil menatapku tajam, matanya menyala penuh emosi. “Kamu kira aku tidak lihat cara dia memandangmu?” Rupanya dia masih marah karena kejadian di lobby rumah sakit tadi.“Mas, tolonglah jangan bikin drama di malam hari!” Aku berusaha mengontrol nada suaraku, tapi getaran di ujung kalimat tak bisa kusamarkan. Aku melipat tangan di depan dada dan mencoba terlihat tegas.“Aku dan Dokter Arya tidak ada apa-apa. Kami cuma rekan kerja," imbuhku seraya mengatur napas.Percuma menjelaskan pada Mas Birendra yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 114 Memilih Bertahan Atau Berpisah

    "Biar aku saja yang membukanya."Aku baru saja hendak kembali ke kamar ketika bel apartemenku berbunyi. Suara bel itu terdengar beberapa kali. Aku berjalan ke pintu membuka dengan hati-hati dan menemukan Dokter Arya dan Dokter Agustin berdiri di depan pintu."Dokter Arya ... Dokter Agustin?" Aku terkejut mendapati mereka berdiri di depan rumah dengan membawa dua bungkusan.“Mahira, kami hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja,” kata Dokter Arya dengan senyum hangat.“Iya, kami khawatir setelah kejadian kemarin di rumah sakit,” Dokter Agustin menambahkan, ekspresinya lembut."Maaf ya. Banyak yang memperhatikanmu dan ...." Dokter Agustin tak meneruskan perkataannya."Ya aku tahu, Dok. Tidak usah dipikirkan. Masuk saja yuk," ajakku pada mereka.Ya tentu saja kejadian Mas Birendra yang ribut di lobby rumah sakit akan menjadi pembicaraan semua orang di sana. Aku tak heran hingga kuanggap hal yang biasa saja. Toh nanti berakhir sendiri.Sebelum aku bisa mengundang mereka masuk, suara ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 115 Penyesalan Birendra Menikahi Sanur

    "Apa benar kamu tidak akan menceraikan Mahira, Bi?"Sanur bertanya dengan wajah yang semakin gelap oleh kemarahan, berdiri bersedekap di depan suaminya. Matanya menyala penuh emosi dan tubuhnya sedikit condong ke depan seakan menantang Birendra."Iya. Aku akan tetap bersamanya, Sanur."“Apa maksudmu, Birendra?” suara Sanur bergetar, menekan amarah yang hampir meledak.Sanur pikir setelah menyingkirkan Mahira, dia akan bisa memiliki Birendra seutuhnya dan istri satu-satunya disematkan kepadanya, tetapi kini semua itu tinggal angan-angan.“Aku harus memperbaiki segalanya dengan Mahira,” ucapnya pelan, tanpa menatap Sanur.Birendra duduk di sofa dengan punggung tegak, kedua telapak tangannya saling menggenggam dan matanya tertunduk menatap lantai. Dia tampak lelah seperti menanggung beban berat yang sudah terlalu lama dipikulnya.“Kamu sudah gila, Birendra?!” teriak Sanur, langkahnya maju mendekat dengan dagu terangkat.“Kamu memilihku dan meninggalkan dia lalu sekarang kamu ingin kembal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 115 Kecemburuan Birendra

    Bertemu Fatma membuat Mahira merasakan ketegangan. Bukan hanya suasana hatinya melainkan juga di kepalanya yang kini berdenyut. Dia berhenti sejenak dan menumpang duduk di stand makanan untuk menelepon seseorang menjemputnya.Mahira segera merogoh ponselnya dan menghubungi Arya. Dia tak ingin menelepon Birendra, karena dia tahu jika saat bekerja pria itu akan mengabaikannya. Pekerjaan lebih penting daripada dia, itu yang selalu dikatakan Birendra."Aku hampir sampai. Keluarlah agar aku bisa menemukanmu."Beberapa menit kemudian sebuah mobil berhenti di depan Mahira yang duduk di bangku dekat pintu keluar pusat perbelanjaan. Arya keluar dengan ekspresi penuh perhatian. Dia segera mendekati Mahira."Mahira, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut sambil jongkok di hadapannya dan mencoba menatap matanya.Mahira mengangguk pelan meski wajahnya masih pucat. "Hanya sakit kepala. Maaf merepotkan anda, Dok."Arya membantu Mahira berdiri dengan hati-hati, satu tangannya memegang siku Mahira untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 116Wanita Berjaket Biru

    Mas Birendra selalu saja mencari masalah. Dia melihatku diantar dokter Arya semalam dan dia seketika dia marah kepadaku. Jujur sebenarnya aku tak mau meminta bantuan pada dokter Arya, tetapi hanya pria itu yang dapat mengantarkanku. Aku enggan melihat Mas Birendra, berulang kali dia melanggar janjinya untuk memperbaiki hubungan kami. Nyatanya dia terus melakukannya seakan sudah menjadi kebiasaannya. Kini aku harus kembali ke rumahnya hanya untuk mengambil sisa barang-barangku, aku tak akan pernah kembali ke sini meski Mas Birendra mengancam mengambil Abisatya dari tanganku. "Non Mahira ..." "Non, kembali ke sini lagi?" Begitu aku membuka pagar, dua satpam penjaga rumah berseru senang melihatku seakan aku telah pergi lama padahal baru sebulan diriku meninggalkan rumah ini. "Saya cuma mau mengambil sisa barang, Pak. Saya tidak akan tinggal di sini lagi," kataku melihat wajah dua satpam tampak kecewa. "Jadi Non Mahira dan Mas Birendra akan---" Satpam Pak Gendut terlihat seka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 117 Siapa Pelaku Tabrakan Itu

    “Maya?” tanyaku, suaraku nyaris berbisik.Ternyata perempuan berjaket biru itu adalah Maya. Dia tampak kaget saat namanya kusebut. Mata bulatnya sedikit melebar, tetapi ada senyum kecil yang canggung muncul di wajahnya.“Loh Non Mahira ..." sapanya dengan merapatkan jaketnya."Non, apa kabar? Senangnya bisa berjumpa dengan Non Mahira di sini."“Aku baik.” Aku memiringkan kepala, memperhatikan jaket birunya yang kini tampak begitu mencolok. “Kamu… kenapa di sini, May? Sedang apa? Kamu sakit?"Aku melihat bahasa tubuh Maya menunjukkan kegugupan. Tangannya meremas ujung tas yang tergantung di pundaknya dan dia menundukkan pandangannya sesaat sebelum menjawab. Padahal aku tak bertanya hal serius.“Saya sakit kepala, Non. Tadi saya baru periksa di poliklinik,” katanya dengan suara pelan dan sedikit gemetar.Aku mengamati wajahnya lekat-lekat. Sorot matanya tidak tenang seakan ada sesuatu yang ingin dia sembunyikan. “Oh begitu … Apa kamu sudah merasa lebih baik?” tanyaku, mencoba terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 118 Kelakuan Birendra

    "Mahira!"Tubuhnya ditarik dengan paksa ke belakang, terhuyung-huyung lalu terbungkus dalam pelukan hangat. Dadanya naik turun dengan napas terengah sementara jantungnya berdegup keras.“Dokter Aryac...” gumam Mahira pelan, masih memejamkan mata."Mahira, ini aku."Suara berat itu membuat matanya terbuka lebar. Dia mendongak dan seketika tubuhnya menegang. Birendra berdiri di depannya, tatapan matanya dipenuhi kecemasan.“Mas Birendra?” Mahira bergumam, nyaris tak percaya. Jemarinya mencengkeram lengan jas pria itu memastikan dirinya tidak bermimpi.Dari sudut matanya, dia menangkap sosok Arya yang berdiri tak jauh, wajahnya suram. Arya menatap mereka dengan pandangan sulit diartikan seolah ada sesuatu yang berusaha dia sembunyikan.Mahira pikir yang memeluknya agar terhindar dari tabrakan adalah Arya, tetapi dirinya salah. Ada Birendra di sana dan sejak tadi memerhatikan interaksi antara Mahira juga Arya."Mahira, kau baik-baik saja?" tanya Birendra seraya menangkupkan kedua tanganny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 171 Perpisahan Yang Bahagia

    "Takdir itu tak bisa diubah dan akan menghampiri setiap insan manusia.""Ini sudah takdir ayahmu. Jangan merasa bersalah.""Allah menempatkan ayahmu di sisi-Nya."Kerabat ayah dan teman-teman sesama TKI datang ke pemakaman ayah. Mereka menguatkan aku di hari yang paling menyedihkan. Andai mereka tahu, aku tak bisa kuat seperti yang mereka katakan.Saat kabar itu datang—bahwa Ayahku dan Ayah Dani meninggal bersamaan dalam kecelakaan itu, rasanya seperti seseorang mencabut seluruh napas dari paru-paruku. Dan seakan belum cukup, Ibu Tari... koma. Antara hidup dan mati layaknya menggantungkan harapan kami di benang yang nyaris putus.Aku mengunci diri di kamar. Dua hari. Dua malam. Aku tidak bicara. Tidak makan. Bahkan air mataku pun seakan berhenti mengalir. Yang tersisa hanya kebisuan dan rasa marah—pada dunia, pada semesta dan juga pada takdir."Kenapa Ayah harus semobil dengan mereka?""Sebenarnya Ayah mau ke mana?"Aku tak menyangka jika ayah semobil dengan kedua orang tua Mas Birend

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 170 Inilah Takdir Yang Harus Aku Terima

    ["Mahira, kamu bisa ke rumah sore ini? Ada yang mau aku bicarakan denganmu."]"Rumah ayah Dani atau ke rumahnya Mas di jalan Cempaka?"["Datanglah ke jalan Cempaka."]Pagi ini aku mendapat notif pesan dari Mas Birendra. Dia menyuruhku untuk datang ke rumahnya. Katanya ada yang sesuatu yang hendak dia bicarakan. Aku langsung membalas pesannya dan mengiyakan permintaannya.Setelah menyelesaikan tugasku, aku segera melangkah pergi menemui Mas Birendra di rumahnya. Aku mengambil kunci mobil. Sudah dua bulan ini aku belajar lagi menyetir setelah pernah mengalami trauma."Selamat sore, Mbak Hira. Lama tidak ke sini.""Senang bisa melihat Mbak Hira lagi."Sesampainya di depan pintu gerbang rumah Mas Birendra, aku disambut hangat para pekerja di sini. Dulu sebelum Mas Birendra menikah dengan Sarayu, aku sering ke sini bersama ibu Tari hanya untuk beberes dan menyetok makanan, karena tempat kerja Mas Birendra lebih dekat daripada di rumah utama."Ah iya Pak. Hira juga kangen sama kalian," sapa

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 169 Takdir Yang Berbeda

    Aku berdiri di depan lift dengan jantung berdegup kencang. Wanita itu tersenyum, tetapi bukan ditujukan padaku melainkan pada dua sosok di belakangku. Aku menoleh dan melihat seorang pria bersama gadis remaja.Dia dengan langkah anggun. Tubuh ini menegang karena orang yang aku kenal ada di hadapanku sekarang. Ibu Fatma mengangkat tangan, melambai dengan semangat pada dua sosok yang juga membalas lambaian tangannya."Ibu Fatma!" seruku disertai langkah maju dengan penuh harap.Wanita itu berhenti dan alisnya berkerut. Tatapannya kosong seolah aku hanyalah orang asing di matanya dan menatapku dengan penuh kebingungan."Maaf, apakah kita saling mengenal?" tanyanya dengan suara tenang, tapi ada kehati-hatian di matanya.Dadaku seketika terasa sesak. Aku mengerjap dan mencari jawaban di wajahnya lalu berharap ada secercah pengakuan. Namun tidak ada dan ku tersenyum kaku, berharap dia sedang bercanda."Ibu tidak ingat aku?" suaraku terdengar ragu.Wanita itu menghela napas, menggigit bibirn

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 168 Apa Yang Terjadi Di Tahun Ini

    Aku melangkah masuk ke ruang lobi rumah sakit dengan sedikit rasa gugup. Saat kakiku berjalan lebih jauh, aku merasa ada sesuatu yang aneh. Dua kali aku dihidupkan kembali oleh semesta.Semua yang ada di gedung rumah sakit ini terlihat sama. Tak ada perubahan sama sekali. Aku menghela napas sembari terus berjalan menuju ruang UGD, tempat aku akan bertugas.Mataku menyapu ruangan yang penuh dengan staf dan dokter. Beberapa dari mereka tersenyum ramah, sementara yang lain sibuk dengan tugas masing-masing. Dua perawat senior mendekat, wajahnya lembut, menyodorkan tangan untuk berjabat. Aku kenal dengan mereka."Selamat datang di rumah sakit ini, Dokter Mahira.""Senang rasanya bisa berkenalan dengan anak dokter Dani.""Terima kasih Sus Mariani dan Sus Siska," sahutku seraya berjabat tangan dan mengetahui nama mereka dari name tag.Satu per satu staf memperkenalkan diri. Beberapa bersalaman dengan tatapan penasaran, mungkin mendengar kabar tentang aku dan pemilik rumah sakit ini. Namun ti

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 167 Mesin Waktu

    Aku menggeliat di atas kasur dan tubuhku masih enggan untuk bangun. Matahari pagi menerobos melalui celah jendela hingga menyilaukan pandanganku yang masih setengah terpejam. Saat aku hendak menarik selimut kembali ada suara ketukan dari luar kamar terdengar, diiringi panggilan namaku."Mahira, ayo bangun Nak." Terdengar suara dari luar pintu, memanggilku dengan nada tegas. Aku tak memerhatikan siapa yang berada di luar pintu kamarku.“Iya... sebentar lagi.” Aku mendesah pelan dan menjawab dengan suara serak.Namun suara dari luar kembali terdengar, kali ini dengan nada yang lebih mendesak seperti ada sesuatu yang serius karena aku mendengar namaku dipanggil lagi."Mahira ... kamu baik-baik saja, bukan?""Bangunlah ... kita ditunggu ayah Dani dan ibu Tari di rumahnya."Mataku terbuka lebar. Jantungku berdegup lebih cepat. Ada sesuatu dalam nada suara itu yang membuatku terkejut. Aku bangkit dengan enggan lalu menyibak selimut dan turun dari tempat tidur. Begitu aku membuka pintu kamar

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 166 Selamat Jalan Mahira

    "Biar Abisatya bersama kami, Pak. Bapak ke ruang rawat dokter Mahira saja."Setelah mendapat telepon dari Agustin dan menitipkan Abisatya bersama dokter anak yang dikenalnya Birendra segera berlari menembus koridor rumah sakit yang panjang dan sunyi. Nafasnya tersengal disertai wajahnya dipenuhi kegelisahan. Sesekali dia menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangan."Aku mohon Mahira, bertahanlah."Pandangannya lurus ke depan dan penuh tekad. Sesampainya di depan ruangan rawat inap, Birendra berhenti sejenak, menunduk dan menahan napas mencoba menenangkan degup jantungnya yang tak terkendali.Begitu Birendra membuka pintu, dia melihat Mahira dikelilingi para dokter yang sibuk dengan wajah mereka dipenuhi ketegangan. Di balik tirai yang setengah terbuka, tubuh Mahira terlihat lemah dan tak berdaya. Matanya terpejam dan wajahnya pucat, sementara mesin-mesin medis di sekelilingnya berdengung cepat. Birendra mengepalkan kedua tangannya berusaha menahan diri agar tidak panik."Berik

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 165 Bertahanlah, Mahira

    "Sebentar lagi kita akan sampai menemui ibu, Nak.""Ayah berharap ibumu segera sadar."Birendra memegang erat tubuh kecil Abisatya yang sedang tertidur dalam gendongannya. Balita berusia dua tahun itu tampak damai, wajahnya bersandar di dada Birendra. Setiap harinya Birendra membawa Abisatya ke rumah sakit untuk mengunjungi Mahira. Harapan akan keajaiban tidak pernah surut dari hati Birendra, meski waktu terus berlalu dan kondisi Mahira tak juga menunjukkan perubahan."Selamat pagi, Pak Birendra," sapa satpam melihat Birendra berjalan menuju lobby."Selamat pagi juga, Pak," balas Birendra menyunggingkan senyum.Sejak Mahira dinyatakan koma, mau tak mau Birendra mengambil alih urusan rumah sakit dibantu oleh sahabat ayahnya sementara pekerjaan yang dibangunnya sendiri ditangani oleh Rudi.Setiap hari Birendra mengambil alih tugas Mahira sebagai direktur pelaksana rumah sakit dan mengerjakan semuanya di ruang rawat inap hingga rumah sakit menjadi rumah kedua bagi Birendra."Pak Hasan ti

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 164 Memilih Jalan Yang Tepat

    "Selamat pagi dunia.""Terima kasih untuk berkat-Mu hari ini, Allah."Cahaya pagi menyelinap masuk melalui jendela rumah sakit, menerangi lorong-lorong yang mulai sibuk dengan aktivitas para dokter dan perawat. Di antara mereka, seorang pria dengan jas dokter yang baru saja dikenakan kembali setelah sekian lama berjalan dengan langkah penuh harapan sembari bergumam sendiri.Wajahnya masih sedikit pucat, tetapi terlihat di matanya berbinar. Dia menarik napas dalam-dalam seolah ingin meresapi udara rumah sakit yang begitu familiar, tempat yang pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya sebelum semuanya berubah."Dokter Arya, senang berjumpa dengan anda lagi," kata seorang perawat yang kebetulan berpapasan dengannya."Saya juga senang berjumpa dengan kalian lagi," balas Arya seraya tersenyum."Selamat bertugas kembali, Dok," ucap salah satu perawat wanita."Terima kasih suster Wina."Arya melanjutkan kembali langkah kakinya menuju ruang berkumpulnya para dokter sebelum bertugas di pagi i

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 163 Kapan Kamu Bangun, Mahira?

    "Ayo Mahira ....""Kamu pasti bisa melewati ini semuanya. Berjuanglah."Di ruang operasi yang dipenuhi suara mesin pemantau detak jantung dan alat-alat medis, Dokter Gatot berkeringat di balik masker bedahnya. Tangannya yang bersarung tangan lateks bergerak cepat, berusaha menghentikan pendarahan hebat di otak Mahira. Para perawat dan petugas anestesi bekerja dengan cekatan, saling bertukar pandang setiap kali tekanan darah pasien turun drastis.“Tekanan darahnya anjlok lagi, Dok!” seru seorang perawat, suaranya tegang.Dokter Gatot mengatupkan rahangnya dengan napasnya yang tertahan. “Tambahkan satu ampul epinefrin. Kita harus stabilkan dia dulu.”"Baik, Dok."Jarum jam terus berdetak, tapi keadaan Mahira tak juga membaik. Sudah tiga jam lamanya Dokter Gatot yang menggantikan Arya mengoperasi Mahira, keadaan di ruang operasi sungguh mendebarkan."Dokter Mahira, jangan menyerah. Anda harus berjuang demi dokter Arya!" seru perawat Raka mendampingi dokter Gatot.Para dokter dan perawat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status