Semua Bab Dikejar Lagi Oleh Suamiku: Bab 121 - Bab 130

160 Bab

Bab 118 Kelakuan Birendra

"Mahira!"Tubuhnya ditarik dengan paksa ke belakang, terhuyung-huyung lalu terbungkus dalam pelukan hangat. Dadanya naik turun dengan napas terengah sementara jantungnya berdegup keras.“Dokter Aryac...” gumam Mahira pelan, masih memejamkan mata."Mahira, ini aku."Suara berat itu membuat matanya terbuka lebar. Dia mendongak dan seketika tubuhnya menegang. Birendra berdiri di depannya, tatapan matanya dipenuhi kecemasan.“Mas Birendra?” Mahira bergumam, nyaris tak percaya. Jemarinya mencengkeram lengan jas pria itu memastikan dirinya tidak bermimpi.Dari sudut matanya, dia menangkap sosok Arya yang berdiri tak jauh, wajahnya suram. Arya menatap mereka dengan pandangan sulit diartikan seolah ada sesuatu yang berusaha dia sembunyikan.Mahira pikir yang memeluknya agar terhindar dari tabrakan adalah Arya, tetapi dirinya salah. Ada Birendra di sana dan sejak tadi memerhatikan interaksi antara Mahira juga Arya."Mahira, kau baik-baik saja?" tanya Birendra seraya menangkupkan kedua tanganny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

Bab 119 Dilema Mahira

Taksi yang ditumpangi Mahira berhenti di sebuah rumah berlantai dua. Selesai membayar ongkos, dia berhenti sejenak memandang area pemukiman para warga yang di dominasi oleh mahasiswa.Mahira kini berada di rumah kos sederhana dengan halaman luas yang dipenuhi tanaman pot. Dia berjalan lalu membuka pagar yang berderit. Tak ada penjaga dan hanya tampak beberapa mahasiswi di gazebo."Mau cari siapa, Bu?" tanya seorang gadis berkerudung abu-abu."Saya mau cari Maya. Mahasiswi kedokteran yang baru kos di sini," jawab Mahira menghampiri mereka."Oh kamarnya ada di sana, Bu. Ibu masuk saja sampai lorong itu. Nah di ujung nomer dua kamarnya," sahut gadis tersebut.Mahira segera mengucapkan terima kasih lalu berjalan menuju tempat yang sudah ditunjuk gadis tersebut. Dia melangkah pelan sembari melihat isi ruangan yang terlihat mewah untuk ukuran pemilik kos."Maya ..." Mahira mengetuk pintu kayu itu dengan pelan."Nona Mahira?" Maya membuka pintu dengan wajah penuh keterkejutan kemudian segera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya

Bab 120 Siapa Ayah Dari Bayi Sanur

Arya belum pulang setelah tadi hendak mengantarkan Mahira pulang. Dia memilih menemui Sanur sang sepupu di dalam kafe. Arya tahu Sanur tak menyukai kehadirannya yang tiba-tiba, tetapi dia harus membicarakan hal penting.Arya mengajak Sanur ke ruangan yang privat di kafe tersebut agar pembicaraan mereka nyaman apalagi saat ini Sanur tengah hamil yang membutuhkan ketenangan."Kamu apa kabar, Sanur?" tanya Arya baik-baik."Tentu saja dalam keadaan yang baik, Mas," sahutnya santai.Arya duduk di sofa menatap sepupunya dengan sorot mata serius. Di tangannya ada sebuah cangkir kopi yang hanya disentuhnya sekali. Sanur tampak duduk dengan santai di seberang Arya mengenakan gaun mahal, perhiasan yang mencolok dan raut wajah yang penuh percaya diri."Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu, Sanur."Arya menyilangkan kedua tangannya di depan dada, tubuhnya sedikit condong ke depan."Sanur, aku tidak akan berputar-putar. Tentu kamu tahu aku menemuimu di sini," ucapnya dengan nada tegas."Apa i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

Bab 121 Sudahi Pernikahan Ini, Mas

"Rupanya sudah malam. Tidak terasa waktu berjalan cepat."Aku melirik jam tangan. Sudah lewat pukul sepuluh malam dan aku ingin cepat pulang menemui Abisatya yang kemungkinan sedang terlelap di bawah pengawasan Suster Wati di apartemen. Aku tak ada rasa khawatir pasalnya Suster tersebut kenalan dari dokter Agustin.Aku berjalan pelan menyusuri lorong rumah sakit yang mulai agak sepi, hanya beberapa perawat dan penjaga pasien yang terlihat."Malam, Dok. Sudah mau pulang ya, Dok," sapa seorang perawat yang berpapasan denganku."Iya Kinar. Semangat ya untuk malam ini," kataku memberi penyemangat."Dokter juga. Istirahat dan cepat makan, Dok. Wajah dokter terlihat pucat tuh," celetuk perawat satunya."Iya terima kasih, Rin."Aku tetap memasang senyum tipis pada setiap kolega yang kulewati di lobi rumah sakit. Aku memakai kembali jas dokter karena lupa membawa jaket tadi pagi dan akan memanggil taksi.Mahira!" Aku menoleh. Dokter Arya dengan jas putihnya yang rapi, berjalan mendekat sambil
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Bab 122 Kebimbangan Birendra Mengambil Keputusan

Birendra memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Wajahnya tegang dengan kedua tangannya mencengkeram erat setir. Sesekali dia melirik ke arah Mahira yang terbaring tak sadarkan diri di kursi penumpang. Wajah Mahira pucat dan tetesan darah yang sudah mengering di bawah hidungnya."Mahira, bangun," gumamnya pelan, seakan berharap ucapannya bisa membangunkannya. Namun Mahira tetap diam, itu membuat dada Birendra semakin sesak."Maafkan aku, Mahira," gumamnya lagi sembari mengangkat ponselnya.["Mas, aku antar anakmu ke rumah. Biar Maya dan Bik Sum yang jaga."]Birendra terpaksa menitipkan Abisatya di apartemen Wisnu yang kebetulan bersebelahan dengan Mahira. Setelah menjawab singkat, Birendra kembali fokus menyetir dan berharap segera sampai.Setibanya di rumah sakit, Birendra segera menggendong tubuh Mahira yang lemas dan berlari masuk ke ruang gawat darurat. Beberapa perawat menyambut mereka, termasuk dokter Arya yang langsung mengenali sosok Mahira."Tolong istri s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 123 Kemantapan Hati Mahira

Berada di rumah sakit meski hanya semalam dengan aroma obat dan antiseptik yang menjadi temanku kini mulai membuatku muak. Pandanganku masih buram, tetapi aku tahu pasti bahwa ini bukan tempat yang kuinginkan di sini.Kejadian semalam melintas dalam pikiranku—suara Mas Birendra yang tinggi, tangannya yang mencengkeramku terlalu keras dan rasa tak berdaya yang membelenggu. Aku menggigit bibir bawah menahan gelombang emosi yang tiba-tiba menghantam."Lebih baik aku pulang saja daripada di sini," gumamku.Aku ingin segera bangun, tetapi sesuatu menghentikanku atau lebih tepatnya ... seseorang. Di samping tempat tidurku, seorang pria duduk tertidur dengan kepala bersandar di kursi. Kemeja putihnya sedikit kusut dan lengan jas dokternya terlipat rapi di meja kecil."Dokter Arya?" gumamku lagi dengan pelan dan suara yang parau. Hatiku penuh tanya. Bukankah seharusnya Mas Birendra berada di sini? Aku menggigit bibir mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.Aku menggerakkan tanganku menc
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Bab 124 Mahira Dalam Ancaman

“Berhenti di situ, Mahira!" Suara Fatma, mantan ibu mertua Birendra, menggema di halaman luar yang baru saja turun dari mobil. Wanita tua itu berdiri lalu menghampiri Mahira , wajahnya dingin seperti es.Mahira pikir dia bisa cepat pergi dari rumah ini, sayangnya ada dua orang yang menghadang langkahnya sedangkan sang ayah bersama Wisnu pergi sebentar untuk membeli sesuatu.Dalam dekapannya,Abisatya tertidur pulas, tangannya mungil memegang erat baju Mahira. Di belakangnya ada Sanur yang juga ikut-ikutan menghalangi kepergiannya. Tak ada celah untuk Mahira melangkah.“Kamu pikir kau bisa membawa Abisatya pergi begitu saja, Mahira?” Sanur berdiri dengan tatapan penuh kemenangan.Mahira menahan napas, mencoba tetap tenang. “Abisatya adalah tanggung jawabku. Aku punya surat dari almarhumah Sarayu yang menjadikan aku wali sahnya,” ujarnya dengan nada suara yang tegas dan berani.Fatma tertawa sinis, langkahnya mendekat. “Surat? Kamu pikir selembar kertas itu berarti apa? Kamu bukan ibu ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 125 Fatma Berulah

Rahmat Hasan duduk tegap di kursi kafe bersama Fatma Rahangnya mengeras, kedua tangannya bertaut erat di atas lutut. Dia menatap langsung ke arah Fatma yang duduk dengan tangan menyilang di depan dada dan wajahnya penuh keangkuhan.Tadi Hasan tak sengaja bertemu Fatma di jalan saat membeli kopi dan dia pun langsung mengajak wanita itu yang pernah menjadi istrinya berbicara. Hanya mereka berdua di ruangan yang tertutup."Jadi ..." suara Hasan terdengar tegas, "Kamu masih berkeras ingin merebut Abisatya dari Mahira?"Fatma tersenyum miring lalu tangannya terulur ke meja, menyesap teh di cangkir porselen. "Tentu saja. Mahira itu siapa? Hanya dokter biasa yang kebetulan menikah dengan Birendra. Aku yang lebih pantas mengurus cucuku.""Sejak dulu kamu tak pernah berubah, Fatma. Bagimu menyakiti seseorang adalah menyenangkan setelah kamu merebut semuanya," kata Hasan menatap datar ke arah Fatma."Aku memang begitu, Hasan. Tak ada yang bisa mengalahkan aku bahkan putrimu sendiri."Hasan meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 126 Ingatan Mahira

Mahira berdiri di dekat jendela ruang istirahat dokter. Matanya menatap kosong ke taman kecil di luar, tetapi pikirannya jauh melayang ke hari kecelakaan yang mengubah hidupnya setahun lalu.Tangan kanannya menyentuh luka bekas operasi di kepalanya, sentuhan ringan itu membawanya kembali ke kilasan memori yang baru-baru ini kembali—mobil melaju kencang, suara rem yang memekik, dan rasa sakit luar biasa."Ingatanku semakin jelas dan aku tahu ada sesuatu hal yang belum aku ketahui.""Aku harus mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut."Di saat Mahira dengan lamunannya terdengar langkah berat menghentak lantai di belakangnya. Arya datang dengan dua cangkir kopi. Diam-diam sejak keluar dari ruang operasi, Mahira yang saat itu membantunya tampak terdiam saja dan tak mendengar saat disapa."Kamu kelihatan seperti baru saja lihat hantu," katanya, meletakkan salah satu cangkir di meja. "Ada hal yang kamu mau cerita, Dokter Mahira?"Mahira menoleh perlahan dan wajahnya tampak lelah. Dia menar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 127 Awas Kamu, Mahira

Hari yang melelahkan bagi dirinya setelah mengurus pemakaman almh istri pertamanya Sarayu yang dirusak oleh seseorang. Batu nisannya dilepas dan rumput tercabut dari tanah. Birendra tidak tahu apa sebab seseorang itu berbuat jahat pada Sarayu.Birendra membuka pintu rumah dengan wajah letih sembari menghela napas panjangnya. Sepatunya hampir terinjak tumpukan mainan berserakan di ruang tamu. Sofa penuh dengan remah-remah makanan dan sebuah vas bunga tergeletak pecah di lantai."Alya bereskan mainanmu!" seru Birendra setengah berteriak memanggil anak sambungnya."Pada ke mana semua sih mereka ini?" Birendra kesal lalu melempar tasnya ke sembarang tempat.Rumah yang dulunya rapi dan bersih saat Mahira ada di sini kini layaknya gelas pecah. Semua barang ada di manapun hingga membuat Birendra harus berjalan pelan agar tidak terinjak mainan Alya."Alya ...""Sanur ..."Dari dalam kamar Birendra bisa mendengar suara tawa Alya dan Sanur muncul dari arah dapur dengan perut membuncit, membawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status