Home / Romansa / Jodohku Ternyata Mantan Suamiku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Jodohku Ternyata Mantan Suamiku: Chapter 61 - Chapter 70

105 Chapters

Bab 61: Makan Siang Romantis

Dalam keheningan yang hangat dan beraroma kopi dari ruangannya yang luas, Steve menatap keluar jendela besar yang memperlihatkan gemerlap kota metropolitan di bawahnya.Langit biru dengan awan putih yang lembut seolah menjadi cermin bagi pikiran-pikiran yang berkecamuk di benaknya. Ia menghela napas panjang, menyadari betapa rapuhnya kebahagiaan yang selama ini ia pertahankan dengan susah payah."Brandon, masuklah," panggil Steve dengan suara yang lembut namun tegas.Suaranya bergema di ruang kerja yang megah, penuh dengan rak-rak buku klasik dan lukisan-lukisan berbingkai emas.Pintu kayu yang tebal dan berukir halus terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Brandon, asisten pribadi yang setia. Wajahnya yang selalu tenang dan penuh pengertian memberikan sedikit rasa lega pada Steve."Ya, Tuan Steve?" jawab Brandon sambil menutup pintu di belakangnya. Pandangannya penuh perhatian, menyadari bahwa sesuatu yang penting akan segera dibicarakan.Steve merapikan dasinya dengan gerakan yang se
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Bab 62: Akan Menghalangi Niat Buruk Shopia

Malam merangkak dengan keheningan yang menyelimuti langit penuh bintang. Di dalam mobil yang meluncur perlahan menuju tujuan yang penuh ketegangan, Nora duduk dengan gelisah, jari-jarinya bermain di ujung kerudung yang melambai lembut di bahunya.Di sebelahnya, Steve, suaminya yang setia, memegang kemudi dengan tenang, namun sorot matanya memancarkan kegelisahan yang sama."Nora, kau yakin aku harus melakukan ini?" suara Steve terdengar pelan, hampir seperti bisikan.Nora menoleh sekilas, memberikan senyum menenangkan. "Ya, Steve. Aku berhak mendapatkan jawaban. Aku ingin tahu semuanya tentang siapa diriku dari Shopia.”Mereka berhenti di depan sebuah rumah kecil yang tampak asing dan dingin. Rumah itu milik Shopia, wanita yang selama ini Nora panggil sebagai ibu.Dengan hati yang berdebar-debar, Nora melangkah keluar dari mobil, diikuti oleh Steve yang setia mendampinginya.Nora berjalan menuju pintu dengan langkah mantap, namun ada keraguan yang jelas terpancar di wajahnya. Ketika p
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Bab 63: Mungkin Lain Kali saja

Di sebuah kota yang dikelilingi oleh kabut kegelapan, Shopia merasa terjebak dalam benang-benang takdir yang rumit.Dalam sebuah ruangan yang remang-remang, dengan suara gemuruh hujan di luar, ia menggenggam ponselnya erat-erat.“Steve sudah berhasil membuatku marah dan emosi! Aku harus menghubungi Helena. Biar saja lelaki naif itu kehilangan Nora!”Wajahnya penuh dengan ekspresi kemarahan dan keputusasaan yang terpancar dari matanya yang berkaca-kaca.Dengan jantung yang berdegup kencang, Shopia menekan nomor telepon Helena. Suara dering yang berdenting-dentingan memberi tekanan psikologis pada pikirannya yang sudah kacau.Setelah beberapa detik yang terasa berabad-abad, seseorang akhirnya mengangkat telepon."Helena," gumam Shopia dengan suara yang penuh dengan kekesalan. "Aku tak bisa lagi menahan amarahku. Steve dan Nora telah mengungkapkan kebenaran yang tak terbayangkan. Aku bukanlah ibu kandung Nora! Dan kau tahu? Ternyata Steve selama ini mencari tahu tentang itu!”Di ujung te
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

64: Emosi yang Mendidih

Pagi itu, mentari menyelinap melalui celah-celah tirai, memancarkan sinar lembut yang menerangi ruang makan.Di meja, aroma kopi yang hangat dan roti panggang yang baru keluar dari pemanggang menyatu dengan udara, menciptakan suasana yang tenang dan nyaman.Steve duduk di ujung meja, tatapannya sesekali terarah pada Nora yang sedang mengaduk teh dengan lamban, seolah-olah sedang merangkai kata-kata yang sulit diucapkan.Setelah sarapan, Steve meletakkan cangkir kopinya dengan hati-hati dan menatap Nora dengan serius."Nora, kamu tadi bilang ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan denganku. Apa itu?" tanyanya dengan nada lembut, namun penuh rasa ingin tahu.Nora menarik napas dalam-dalam, matanya yang biasanya bersinar ceria kini tampak redup. "Steve, aku sudah lama mempertimbangkan ini. Ada sesuatu yang perlu kamu ketahui," ucapnya pelan, suaranya hampir berbisik.Kecemasan merayapi hati Steve. "Apa itu, Nora? Kamu bisa memberitahuku apa saja."Setelah jeda yang panjang, Nora akhirnya m
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

65: Luna Lebih Tahu dari Justin

Hening sore itu dipecahkan oleh langkah kaki Justin yang tergesa-gesa menghampirinya. Ada ketegangan yang jelas terlihat dari raut wajahnya, seperti awan gelap yang menyelubungi langit yang cerah."Luna, aku perlu bicara denganmu," kata Justin tanpa basa-basi, suaranya mengandung nada urgensi yang tak bisa disembunyikan.Luna menatap suaminya, meletakkan cangkir teh dengan lembut di atas meja. "Ada apa, Justin? Sepertinya kau sangat gelisah."Justin menghela napas panjang sebelum duduk di samping Luna. "Nora sedang hamil," ucapnya singkat namun penuh penekanan.Luna menaikan alisnya menatap suaminya itu dengan sikapnya yang tenang. "Benarkah? Itu berita besar. Tapi kenapa kau terlihat begitu khawatir? bukankah itu berita yang membahagiakan? Aku sebentar lagi akan memiliki seorang cucu dari anakku.” Justin menghela napasnya, tampak ragu sebelum melanjutkan. "Aku meragukan bahwa anak yang dikandung Nora adalah anak Steve, Luna. Begitu saja kau tidak mengerti.” Luna mengerutkan keningn
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 66: Berhak Memberinya Pelajaran

Di ruang tamu yang berkilauan dengan sinar matahari senja, Justin merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak setelah mendengar pengakuan Luna. Ia terdiam, mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Luna, yang berdiri tegak dengan tangan terlipat di dada, menatapnya dengan mata penuh keyakinan dan ketegasan."Apakah aku mendengar dengan benar, Luna? Kau sudah tahu siapa sebenarnya Nora?" Justin bertanya, suaranya penuh ketidakpercayaan dan kebingungan.Luna mengangguk pelan, tanpa sedikit pun goyah dalam tatapannya. "Ya, Justin. Aku sudah tahu."Justin menggelengkan kepalanya, masih tidak percaya. "Dari mana kau tahu semuanya? Dan kenapa kau diam saja padahal tahu Nora adalah wanita malam?"Luna menghela napas panjang, suaranya tetap tenang saat menjawab. "Justin, itu semua tidak penting bagiku. Yang penting adalah Steve bahagia. Aku telah melihat kebahagiaan di matanya sejak Nora hadir dalam hidupnya. Apa lagi yang harus aku pusingkan?""Bagaimana bisa kau mengatakan itu tidak pen
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Bab 67: Tahu Maksud dan Tujuan Mereka

Luna berusaha menenangkan Steve yang tampak emosi, wajahnya merah padam, dan tangannya terkepal erat.Di sudut ruangan, suara jam dinding berdetak perlahan, seolah mengikuti detak jantung yang semakin cepat."Steve, tenanglah," bisik Luna lembut, matanya yang tenang mencoba meredam bara api di mata putranya. "Aku tahu kau marah, tapi emosi tidak akan menyelesaikan apa pun."Steve menggelengkan kepalanya, menggigit bibirnya seolah menahan amarah yang membara di dadanya. "Justin benar-benar tidak punya hati," ucapnya serak."Bagaimana bisa dia meminta Nora menggugurkan kandungannya? Apa dia tidak sadar betapa berharganya nyawa itu?"Luna menarik napas dalam-dalam, mencoba meresapi perasaan putranya yang bergolak. "Justin memang selalu mencari cara untuk memisahkan kalian," jawabnya pelan. "Tapi ingatlah, cinta yang sejati tidak akan mudah goyah oleh angin sepoi-sepoi."Steve menatap ibunya, mata birunya berkilat penuh tekad. "Aku tidak akan pernah melepaskan Nora, Bu," katanya dengan su
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 68: Steve masih Trauma

Steve mengambil tangan Nora, menggenggamnya erat seolah ingin memberikan kekuatan.“Justin dan Helena memiliki rencana untuk menguasai perusahaan Ibu. Mereka berpikir bahwa jika aku menikahi Helena, mereka akan mendapatkan akses mudah ke dalam perusahaan. Justin selalu menganggapku sebagai penghalang.”Nora mengangguk pelan, mencerna setiap kata yang diucapkan oleh suaminya. “Jadi itu alasan sebenarnya dia selalu mencoba memisahkan kita?” tanyanya, suaranya bergetar dengan campuran antara marah dan sedih.“Ya, itulah alasannya, sayang,” jawab Steve dengan tegas. “Tapi tidak ada yang bisa memisahkan kita. Aku mencintaimu, dan tidak ada yang bisa mengubah itu. Kita akan menghadapi semua ini bersama.”Nora menatap suaminya, matanya berkilau dengan air mata yang belum jatuh. “Steve, aku takut. Aku takut akan semua intrik dan kebencian yang mereka bawa. Aku hanya ingin kita bisa hidup tenang, membesarkan anak kita dengan damai.”Steve menarik napas dalam-dalam, lalu memeluk Nora dengan erat
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

Bab 69: Menemukan Rasa Lega

Saat fajar menyingsing dengan lembut, memberikan semburat keemasan pada gedung-gedung tinggi di pusat kota, Steve memasuki kantornya dengan langkah berat.Hatinya diliputi kebingungan, sebuah perasaan yang telah menjadi sahabat setianya selama beberapa minggu terakhir.Dengan napas panjang, ia melangkah menuju ruangannya, berharap hari ini membawa sedikit kejelasan.Brandon, asisten setianya, sudah duduk di meja kerjanya, dengan senyum yang selalu siap menyambut. Namun, Brandon segera menyadari bahwa senyumannya tak mampu menembus awan mendung yang menyelubungi wajah Steve."Selamat pagi, Tuan Steve," sapa Brandon ceria. "Anda terlihat seperti ada yang mengganggu pikiranmu. Ada yang bisa kubantu?"Steve menghela napas panjang sebelum menjawab, "Ikut aku ke ruanganku," titahnya sembari melangkahkan kaki ke dalam.Ia lalu menghela napas panjang setelah duduk di kursi pimpinan sembari menatap Brandon yang berdiri di depannya."Sebenarnya, aku butuh bantuanmu untuk mengartikan sesuatu. In
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more

Bab 70: Hinaan yang Menyakitkan

Malam itu, rembulan bersinar pucat di langit kota, menerangi trotoar dengan kilau lembutnya yang memantul dari jendela-jendela restoran mewah.Nora dan Steve baru saja tiba, menyusuri lorong panjang berlapis marmer yang mengarah ke ruang makan utama.Dinding-dindingnya dihiasi lukisan-lukisan klasik yang menggambarkan kisah cinta abadi, seolah menyambut mereka dengan pelukan hangat.Cahaya lilin yang berkelap-kelip menambah suasana romantis, memancarkan bayangan menari di meja-meja yang ditata rapi dengan peralatan makan perak.Steve menarik kursi untuk Nora, menunggu sampai dia duduk dengan anggun sebelum mengambil tempatnya sendiri. Malam ini, ia bertekad menebus kesalahan yang telah melukai hati wanita yang sangat dicintainya.Di matanya, Nora adalah permata yang paling berharga, kilauannya tak tergantikan oleh apapun. Saat mereka menatap menu, Steve berkata dengan nada penuh penyesalan, “Aku ingin menebus kesalahanku, Nora. Aku tahu aku telah membuatmu kecewa, dan aku sangat menye
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status