Pagi itu, mentari menyelinap melalui celah-celah tirai, memancarkan sinar lembut yang menerangi ruang makan.Di meja, aroma kopi yang hangat dan roti panggang yang baru keluar dari pemanggang menyatu dengan udara, menciptakan suasana yang tenang dan nyaman.Steve duduk di ujung meja, tatapannya sesekali terarah pada Nora yang sedang mengaduk teh dengan lamban, seolah-olah sedang merangkai kata-kata yang sulit diucapkan.Setelah sarapan, Steve meletakkan cangkir kopinya dengan hati-hati dan menatap Nora dengan serius."Nora, kamu tadi bilang ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan denganku. Apa itu?" tanyanya dengan nada lembut, namun penuh rasa ingin tahu.Nora menarik napas dalam-dalam, matanya yang biasanya bersinar ceria kini tampak redup. "Steve, aku sudah lama mempertimbangkan ini. Ada sesuatu yang perlu kamu ketahui," ucapnya pelan, suaranya hampir berbisik.Kecemasan merayapi hati Steve. "Apa itu, Nora? Kamu bisa memberitahuku apa saja."Setelah jeda yang panjang, Nora akhirnya m
Hening sore itu dipecahkan oleh langkah kaki Justin yang tergesa-gesa menghampirinya. Ada ketegangan yang jelas terlihat dari raut wajahnya, seperti awan gelap yang menyelubungi langit yang cerah."Luna, aku perlu bicara denganmu," kata Justin tanpa basa-basi, suaranya mengandung nada urgensi yang tak bisa disembunyikan.Luna menatap suaminya, meletakkan cangkir teh dengan lembut di atas meja. "Ada apa, Justin? Sepertinya kau sangat gelisah."Justin menghela napas panjang sebelum duduk di samping Luna. "Nora sedang hamil," ucapnya singkat namun penuh penekanan.Luna menaikan alisnya menatap suaminya itu dengan sikapnya yang tenang. "Benarkah? Itu berita besar. Tapi kenapa kau terlihat begitu khawatir? bukankah itu berita yang membahagiakan? Aku sebentar lagi akan memiliki seorang cucu dari anakku.” Justin menghela napasnya, tampak ragu sebelum melanjutkan. "Aku meragukan bahwa anak yang dikandung Nora adalah anak Steve, Luna. Begitu saja kau tidak mengerti.” Luna mengerutkan keningn
Di ruang tamu yang berkilauan dengan sinar matahari senja, Justin merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak setelah mendengar pengakuan Luna. Ia terdiam, mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Luna, yang berdiri tegak dengan tangan terlipat di dada, menatapnya dengan mata penuh keyakinan dan ketegasan."Apakah aku mendengar dengan benar, Luna? Kau sudah tahu siapa sebenarnya Nora?" Justin bertanya, suaranya penuh ketidakpercayaan dan kebingungan.Luna mengangguk pelan, tanpa sedikit pun goyah dalam tatapannya. "Ya, Justin. Aku sudah tahu."Justin menggelengkan kepalanya, masih tidak percaya. "Dari mana kau tahu semuanya? Dan kenapa kau diam saja padahal tahu Nora adalah wanita malam?"Luna menghela napas panjang, suaranya tetap tenang saat menjawab. "Justin, itu semua tidak penting bagiku. Yang penting adalah Steve bahagia. Aku telah melihat kebahagiaan di matanya sejak Nora hadir dalam hidupnya. Apa lagi yang harus aku pusingkan?""Bagaimana bisa kau mengatakan itu tidak pen
Luna berusaha menenangkan Steve yang tampak emosi, wajahnya merah padam, dan tangannya terkepal erat.Di sudut ruangan, suara jam dinding berdetak perlahan, seolah mengikuti detak jantung yang semakin cepat."Steve, tenanglah," bisik Luna lembut, matanya yang tenang mencoba meredam bara api di mata putranya. "Aku tahu kau marah, tapi emosi tidak akan menyelesaikan apa pun."Steve menggelengkan kepalanya, menggigit bibirnya seolah menahan amarah yang membara di dadanya. "Justin benar-benar tidak punya hati," ucapnya serak."Bagaimana bisa dia meminta Nora menggugurkan kandungannya? Apa dia tidak sadar betapa berharganya nyawa itu?"Luna menarik napas dalam-dalam, mencoba meresapi perasaan putranya yang bergolak. "Justin memang selalu mencari cara untuk memisahkan kalian," jawabnya pelan. "Tapi ingatlah, cinta yang sejati tidak akan mudah goyah oleh angin sepoi-sepoi."Steve menatap ibunya, mata birunya berkilat penuh tekad. "Aku tidak akan pernah melepaskan Nora, Bu," katanya dengan su
Steve mengambil tangan Nora, menggenggamnya erat seolah ingin memberikan kekuatan.“Justin dan Helena memiliki rencana untuk menguasai perusahaan Ibu. Mereka berpikir bahwa jika aku menikahi Helena, mereka akan mendapatkan akses mudah ke dalam perusahaan. Justin selalu menganggapku sebagai penghalang.”Nora mengangguk pelan, mencerna setiap kata yang diucapkan oleh suaminya. “Jadi itu alasan sebenarnya dia selalu mencoba memisahkan kita?” tanyanya, suaranya bergetar dengan campuran antara marah dan sedih.“Ya, itulah alasannya, sayang,” jawab Steve dengan tegas. “Tapi tidak ada yang bisa memisahkan kita. Aku mencintaimu, dan tidak ada yang bisa mengubah itu. Kita akan menghadapi semua ini bersama.”Nora menatap suaminya, matanya berkilau dengan air mata yang belum jatuh. “Steve, aku takut. Aku takut akan semua intrik dan kebencian yang mereka bawa. Aku hanya ingin kita bisa hidup tenang, membesarkan anak kita dengan damai.”Steve menarik napas dalam-dalam, lalu memeluk Nora dengan erat
Saat fajar menyingsing dengan lembut, memberikan semburat keemasan pada gedung-gedung tinggi di pusat kota, Steve memasuki kantornya dengan langkah berat.Hatinya diliputi kebingungan, sebuah perasaan yang telah menjadi sahabat setianya selama beberapa minggu terakhir.Dengan napas panjang, ia melangkah menuju ruangannya, berharap hari ini membawa sedikit kejelasan.Brandon, asisten setianya, sudah duduk di meja kerjanya, dengan senyum yang selalu siap menyambut. Namun, Brandon segera menyadari bahwa senyumannya tak mampu menembus awan mendung yang menyelubungi wajah Steve."Selamat pagi, Tuan Steve," sapa Brandon ceria. "Anda terlihat seperti ada yang mengganggu pikiranmu. Ada yang bisa kubantu?"Steve menghela napas panjang sebelum menjawab, "Ikut aku ke ruanganku," titahnya sembari melangkahkan kaki ke dalam.Ia lalu menghela napas panjang setelah duduk di kursi pimpinan sembari menatap Brandon yang berdiri di depannya."Sebenarnya, aku butuh bantuanmu untuk mengartikan sesuatu. In
Malam itu, rembulan bersinar pucat di langit kota, menerangi trotoar dengan kilau lembutnya yang memantul dari jendela-jendela restoran mewah.Nora dan Steve baru saja tiba, menyusuri lorong panjang berlapis marmer yang mengarah ke ruang makan utama.Dinding-dindingnya dihiasi lukisan-lukisan klasik yang menggambarkan kisah cinta abadi, seolah menyambut mereka dengan pelukan hangat.Cahaya lilin yang berkelap-kelip menambah suasana romantis, memancarkan bayangan menari di meja-meja yang ditata rapi dengan peralatan makan perak.Steve menarik kursi untuk Nora, menunggu sampai dia duduk dengan anggun sebelum mengambil tempatnya sendiri. Malam ini, ia bertekad menebus kesalahan yang telah melukai hati wanita yang sangat dicintainya.Di matanya, Nora adalah permata yang paling berharga, kilauannya tak tergantikan oleh apapun. Saat mereka menatap menu, Steve berkata dengan nada penuh penyesalan, “Aku ingin menebus kesalahanku, Nora. Aku tahu aku telah membuatmu kecewa, dan aku sangat menye
Malam itu, Steve dan Nora melangkah kembali ke rumah mereka, dihantui bayang-bayang cemoohan yang baru saja mereka alami.Langit malam yang seharusnya memancarkan ketenangan justru terasa seperti kanvas hitam yang penuh dengan beban emosi Steve yang menggebu-gebu.Setiap langkahnya menggema di trotoar, seakan-akan mengekspresikan kemarahan yang bergejolak di dadanya.Pintu rumah terbuka dengan lembut, namun ketegangan terasa begitu pekat di udara. Nora, dengan ketenangan yang dimilikinya, menatap Steve dengan lembut, berusaha meredakan badai dalam hatinya.“Steve,” suaranya lembut seperti bisikan angin malam, “jangan masukkan ke dalam hati ucapan Jemmy tadi. Itu hanya kata-kata kosong yang tidak ada artinya.”Steve berhenti sejenak, memandang Nora dengan mata yang masih berkilat oleh amarah. “Harusnya aku yang mengatakan itu padamu, Nora. Yang dihina sedemikian rupa oleh Jemmy adalah kamu, bukan aku.” Kata-katanya keluar dengan nada tegas, namun di baliknya terselip rasa sakit yang me
Sinar matahari Yunani yang lembut menyelinap melalui tirai kamar mereka, membangunkan Nora dan Steve dari tidur yang tenang.Mereka berdua bangun dengan senyum di wajah, merasakan kehangatan pagi dan kebahagiaan yang memenuhi hati mereka.Steve, dengan tatapan penuh cinta, menatap Nora yang masih berbaring di tempat tidur. "Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?" tanyanya dengan suara lembut.Nora tersenyum, mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Steve. "Tidurku nyenyak, suamiku. Bangun di tempat yang indah ini bersamamu adalah kebahagiaan tersendiri."Steve mengangkat Nora dari tempat tidur dengan lembut, lalu memimpin menuju kamar mandi. "Bagaimana kalau kita memulai hari ini dengan mandi bersama?" katanya sambil tersenyum nakal.Nora tersipu, tapi tak bisa menolak pesona Steve. Dia mengikuti suaminya, merasa antusias untuk mengawali hari dengan cara yang intim dan penuh cinta.Di bawah pancuran air hangat, mereka berbagi momen keintiman yang penuh kasih. Air mengalir melewati t
Di bawah langit Yunani yang biru cerah, di mana langit bertemu laut dalam nuansa biru yang tak terlukiskan, Nora berdiri di tepi pantai dengan mata berbinar, menikmati setiap detik momen yang berharga ini.Angin laut berbisik lembut, mengibaskan rambutnya yang panjang dan halus. Steve, yang berdiri di sampingnya, memandangnya dengan senyum penuh kasih sayang."Nora," katanya lembut, suaranya membawa nada penuh kehangatan yang hanya bisa muncul dari cinta yang mendalam. "Selamat ulang tahun. Aku ingin kamu tahu betapa berartinya kamu bagiku."Nora menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta Steve. Dia terdiam sejenak, merasakan kebahagiaan yang menggelora dalam hatinya, seperti ombak yang memecah di pantai."Steve, ini terlalu indah. Aku tak pernah membayangkan bisa berada di sini, di Yunani. Ini seperti mimpi."Steve tersenyum, menarik Nora lebih dekat dalam pelukannya. "Aku ingin memberikanmu segalanya, Nora. Semua yang bisa membuatmu bahagia. Karena itu adalah yang paling pe
“Woah!”Di bawah langit yang memerah saat matahari mulai tenggelam, Nora dan Steve akhirnya tiba di The Wharf Skyline Views.Tempat itu memancarkan keindahan yang memukau, seolah-olah alam dan kemewahan berpadu dalam harmoni yang sempurna.Pemandangan laut yang luas terbentang, dengan perahu-perahu yang tampak kecil dari kejauhan, membingkai pemandangan kota yang gemerlap di malam hari.“Steve … tempat ini indah sekali.”Dekorasi di dalam ruangan privat yang mereka tempati tidak kalah memukau. Lilin-lilin yang berkerlap-kerlip menghiasi setiap sudut, dan bunga-bunga segar yang tertata rapi menambah kehangatan suasana.Aroma bunga yang lembut bercampur dengan udara laut yang segar, menciptakan suasana yang begitu menenangkan.Nora mengagumi keindahan dekorasi tersebut, menyadari bahwa semua ini telah diatur dengan sangat hati-hati.“Kau menyukainya, hm?” tanya Steve dengan tangan melingkar di pinggang Nora.Wanita itu mengangguk antusias. “Ya. Aku sangat menyukainya, Steve!”Brandon, s
Dua hari kemudian, suasana di ruang rapat pimpinan di kantor Steve terasa tegang namun penuh harapan.Para eksekutif dan pemegang saham utama telah berkumpul untuk membahas masa depan EIF Group, perusahaan yang sahamnya terguncang setelah skandal yang melibatkan Jemmy, mantan pemegang saham mayoritas.Steve, duduk di ujung meja dengan Brandon di sisinya, memulai pertemuan dengan nada serius."Kita semua tahu kondisi saham EIF Group saat ini sangat tidak stabil," ujarnya, memandang para pemegang saham yang hadir. "Jemmy telah meninggalkan perusahaan dalam situasi yang sulit, dan para investor menantikan solusi dari kita."Mike, kepala bagian keuangan, mengangguk setuju. "Benar, saham perusahaan terus menurun karena tidak ada yang memegang kendali. Para investor berharap penuh pada Anda, Tuan Steve, untuk mengambil alih dan membawa perusahaan kembali stabil."Steve mengangguk, wajahnya menunjukkan ketegasan. "Saya siap mengambil alih saham tersebut, tapi dengan syarat saya mendapatkan 7
Di sebuah restoran yang penuh dengan nuansa keanggunan dan keindahan, Steve memandang istrinya, Nora, yang sedang melamun sejak tadi.Matanya terfokus pada sesuatu yang jauh, seolah pikirannya berkelana ke tempat yang tak dapat dijangkau oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.Steve, yang selalu peka terhadap perasaan Nora, memanggilnya dengan lembut, "Sayang, ada yang mengusik pikiranmu?"Nora tersadar dari lamunannya, menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak ada, Steve. Aku hanya menikmati suasana restoran ini. Tempat ini benar-benar indah dan nyaman," jawabnya dengan suara lembut, mencoba mengalihkan perhatian Steve.Meskipun tersenyum, hati Nora sedikit terganggu. Ada sesuatu yang ia harapkan dari Steve, sesuatu yang seharusnya datang sebentar lagi."Apakah kau sedang memberiku kejutan di sini?" tanyanya dengan nada penuh harap, matanya bersinar dengan ekspektasi.Steve terkekeh pelan, menyadari harapan di mata istrinya. "Kejutan, huh? Tidak ada, Sayang. Aku hanya ingin membawamu ma
"Biarkan kuasa hukumku yang menjelaskan. Kau tinggal tanda tangan saja surat cerai itu untuk diproses di pengadilan,” kata Luna dengan nada tegas.Justin menoleh ke arah Federick yang sudah siap menjelaskan alasan Luna ingin menggugat cerai Justin. Pria itu tersenyum miring, lantas membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja berlapis kaca."Jadi, kau ingin berpisah denganku karena Steve sudah tahu semuanya tentang masa lalu kita? Bukankah kau sendiri yang memutuskan untuk selingkuh denganku? Kau sendiri yang bilang jika Frank terlalu sibuk sampai melupakanmu?" tanya Justin, suaranya terdengar penuh ejekan.Luna menghela napas panjang. “Saat itu aku memang bodoh dan egois. Dan mencintaimu adalah hal yang paling aku sesali seumur hidupku. Kau pikir aku bahagia menikah denganmu?“Tentu saja tidak, Justin! Kau hanya ingin mencari keuntungan dariku. Seharusnya aku mendengarkan permintaan anakku untuk tidak menikah lagi. Tapi, karena aku terlena oleh bujuk rayumu, aku mengabaikan anakku se
Jacob, anak kedua Justin, duduk di sofa empuk di depan ayahnya. Matanya terpaku pada layar televisi yang menayangkan berita tentang rencana Steve untuk mengambil alih saham EIF Group. Wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang dalam.“Kau terlalu lambat bergerak, Ayah. Pria itu sudah semakin bersinar, apalagi jika dia benar-benar mengambil alih EIF Group. Namanya akan semakin besar dan tentunya semakin sulit untuk dikuasai,” ujar Jacob dengan nada tajam.Justin menoleh, menatap anak keduanya dengan pandangan penuh penyesalan dan frustrasi. “Steve memang sulit dijangkau, Jacob. Bahkan dia bisa tahu pergerakan musuhnya meski dia sedang berada di ujung dunia. Otaknya terlalu jenius, sama seperti mendiang ayahnya.”Jacob menghela napas panjang, matanya masih terpaku pada layar televisi. “Ya. Tapi, soal cinta, dia sangat lemah. Kau bisa memanfaatkan istrinya untuk menjatuhkan Steve dan mendapatkan apa yang kau mau. Bukan malah menjodohkan dia dengan Helena.”Justin menghela napas kasar menden
Rapat hari itu berlangsung di ruang konferensi megah yang terletak di lantai tertinggi gedung EIF Group. Dari jendela besar yang mengelilingi ruangan, terlihat pemandangan kota yang sibuk, namun suasana di dalam ruangan jauh lebih tegang dan serius.Steve dan Brandon, berpakaian rapi dalam setelan formal, berjalan masuk dengan langkah mantap. Mereka disambut oleh jajaran pemilik saham EIF Group yang sudah menunggu dengan penuh harap.Ketika semua sudah mengambil tempat, John, salah satu pemilik saham senior, membuka rapat dengan nada yang tegas namun penuh kekhawatiran."Terima kasih atas kehadiran kalian, Tuan Steve. Seperti yang sudah Anda ketahui, situasi EIF Group saat ini cukup sulit karena pemilik utamanya, Jemmy, telah dipenjara. Namun, kami tidak ingin membubarkan bisnis ini. Kami percaya bahwa dengan manajemen yang tepat, EIF Group masih memiliki potensi besar untuk berkembang."Brandon mengangguk, sementara Steve tetap tenang, menunggu penjelasan lebih lanjut. John melanjutk
Satu bulan kemudian ….Steve menatap layar televisinya di ruang kerja. Menatapnya dengan tatapan tajamnya sembari melipat tangan di dadanya.‘Pada hari ini, Jemmy, seorang pengusaha terkemuka yang dikenal karena kepemilikan perusahaan besar di sektor teknologi, telah ditangkap oleh Unit Khusus Kepolisian atas tuduhan serius termasuk penggelapan dana, perdagangan narkoba, dan operasi bisnis ilegal.’‘Penangkapan dramatis terjadi di apartemen mewah milik Jemmy di pusat kota Washington. Dalam serangkaian penggerebekan yang cermat, petugas berhasil mengamankan bukti yang menghubungkan Jemmy dengan serangkaian kegiatan ilegal yang melibatkan dana perusahaan yang tidak sah, serta jaringan perdagangan narkoba yang luas.’ ‘Kami telah melakukan penyelidikan intensif terhadap Jemmy selama beberapa bulan terakhir, dan hari ini kami berhasil menangkapnya dengan bukti yang cukup kuat untuk menuntutnya di pengadilan. ‘Selain itu, kami juga menemukan barang bukti berupa narkoba dan dokumen-dokumen