Tiga hari dirawat, selama itupun Eril tak menunjukkan batang hidungnya. Hari ini adalah hari terakhir Sofia di rumah sakit. Tubuhnya sudah fit dan bugar, walaupun ia masih tertatih untuk berjalan. Sofia tak sabar untuk mengunjungi makam anaknya, ia hanya menatap video yang diberikan Rahman saat Rahman menjenguknya di ruang NICU saat itu. "Anakku sayang!" Lirih Sofia seraya mengusap layar ponsel milik sang ayah. "Sabar ya, Sayang. anakmu sudah bahagia di alam sana. Di sana ia minum susu banyak sekali sampai kekenyangan," hibur Rahman yang membuat Sofia semakin menangis tergugu. "Sayang, jangan begini! Hidup kamu harus berjalan, Nak!" Sri mendekati Sofia, ia lalu memeluk putrinya dengan sayang. "Jika memilih, biar aku saja yang pergi dari pada anakku, Bu," isaknya memprihatinkan. "Tidak, Sayang. Jika kamu yang pergi, anak kamu lebih hancur, Nak. Dia sangat membutuhkan ibunya, dan semua itu tak mudah. Sudahlah, Nak! Jangan terus meratapi nasib. Nyebut, Nak. Inii sudah takdir
Read more