Home / Romansa / Di Balik Romantisnya Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Di Balik Romantisnya Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

66 Chapters

Bab 41

Khandra pov Melihat wanita yang sejak lama aku kagumi membuat nostalgia di kala bangku kuliah menyambangi. Aku sebagai mahasiswa tingkat empat dari Fakultas Hukum secara tak sengaja mengenal sosok Dina, mahasiswi tingkat dua dari Fakultas Manajemen Bisnis. Di saat itu, aku memang hanya sebatas mengenal namanya. Aku tak begitu tahu kesukaan dan masalah-masalah yang melibatkan dirinya. Akan tetapi, aku selalu senang menatap sosoknya dari kejauhan. Apabila aku melihatnya dari dekat, aku juga tak segan untuk menyapa. Singkat cerita, aku yang terbiasa menatap dan mengaguminya dari kejauhan sesekali mengirimkan makanan ringan dengan menempelkannya di pintu loker miliknya. Tentu saja, saat itu, aku tak menyebutkan nama asliku secara jelas sebagai pengirim, mengingat aku tergolong sebagai salah satu mahasiswa senior dengan sikap pemalu. Namun dari sikap pemaluku ini, aku akhirnya menyadari satu hal. Hal itu berkaitan dengan hari dimana Dina memposting dirinya yang resmi dilamar ole
Read more

Bab 42

Di lain situasi, Reza dengan terpaksa pulang ke apartement Naffa. Memang ia sempat mengeluh dan marah pada sekretarisnya itu, tapi karena wanita tersebut masih mengancam bahwa dirinya akan memberikan klarifikasi terkait rumor yang beredar, ia mau tak mau menurut. "Besok Sabtu, kita jadi berkunjung ke rumah ortuku 'kan?" tanya Naffa sambil bergelayut manja di lengan Reza. Di saat yang sama, laki-laki yang sedang duduk bersantai di sofa merasa risih. "Jadi, Naf." Reza menjawab singkat tanpa melakukan kontak mata dengan selingkuhannya itu. "Terus, kita liburan ya di Tawang Mangu," sambung Naffa dengan senyuman lembut tersemat. Binar pada kedua matanya memancarkan kebahagiaan. Ia merasa senang dan menang atas permainan yang diciptakan oleh bosnya itu. "Tiga hari aja ya. Aku engga bisa lama-lama ninggalin kantor, dan kamu tahu 'kan kalau saham perusahaanku turun gara-gara kamu." Reza mencoba bernegosiasi dan menyalahkan. "Maaf, Rez, soal yang itu. Habisnya, kamu terus-meneru
Read more

Bab 43

Sesuai dengan waktu dan tempat yang sudah ditentukan, Reza dan Dina berjumpa di Praline Cafe, cafe yang terkenal dengan aneka roti, kue, dan racikan kopi original atau modern. Dina yang duduk berhadapan dengan Reza berulang kali menghindari kontak mata dengan suaminya. Di satu sisi, ia merasa gugup dengan apa yang akan diucapkan pada laki-laki yang hingga saat ini masih disayanginya meski merasa kecewa. "Din, kamu apa kabar? Engga ada yang sakit 'kan?" Reza membuka obrolan sambil berusaha meraih tangan istrinya. Namun, Dina yang memahami maksud dari suaminya itu segera menjauhkan tangan kanannya, memberi isyarat jika ia tak ingin disentuh oleh laki-laki yang membuat dirinya hancur dan merasa tak berarti. "Aku baik, Mas. Seperti yang kamu lihat sekarang," jawabnya dengan nada datar. Reza mengangguk dan kembali berujar, "Oh, bagus deh kalau gitu. Kamu juga makin manis setelah lama engga ketemu." Pujian itu tak membuat bibir merah Dina melengkung ke bawah, seperti di tahun lal
Read more

Bab 44

Reza pov Setelah selesai membicarakan tentang perceraian dengan Dina, aku memutuskan untuk kembali ke kantor. Suasana hatiku yang didominasi dengan rasa kecewa tak mempengaruhi moodku untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda, untungnya. Namun, di kala diriku sedang memantau perkembangan saham perusahaan, aku menerima berita tak sedap yang disampaikan oleh salah satu pegawaiku. "Permisi, Pak. Ini ada dua surat dari perwakilan Allegra Company dan Harris Enterprise," ucapnya padaku. "Siapa yang antar ini?" tanyaku pada lelaki yang usianya di bawah tiga puluh tahun itu. "Sekretaris dan atasannya tadi sempat mencari Bapak, tapi saya bilang bapak sedang tak ada di tempat. Maka dari itu, mereka menitipkan surat ini pada saya." Pegawaiku menanggapi. Lalu, aku memberikan isyarat untuk dirinya agar berlalu dari hadapanku. Seiring dengan menghilangnya pegawaiku, aku mulai membaca surat yang dikirimkan oleh Allegra Company, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang minuman dan
Read more

Bab 45

Sehari setelahnya, berkas-berkas yang dikumpulkan oleh Reza dan Dina untuk mengurus surat cerai telah diproses. Reza yang sudah menandatangani surat cerai itu meminta pada salah satu dari orang suruhannya untuk mengirimkan surat tersebut pada alamat dari toko kue Dina. Di saat yang sama, Naffa yang tengah menggenggam dokumen penting untuk diserahkan pada Reza menguping dan mengulas senyum senang. Ia tahu bahwa surat perceraian di antara Reza dan Dina sudah resmi dikeluarkan. Saat orang suruhan dari Reza berlalu keluar dari ruangan, ia melirik pada amplop cokelat tersebut dan menemui bosnya dengan binar mata yang menyiratkan kegembiraan. "Akhirnya, kamu nurut juga sama aku, Rez," ucapnya dengan percaya diri. Reza pun menatap sinis dan menanggapi, "Kalau bukan karena anak di kandunganmu, aku juga males buat ceraikan Dina. Kamu dan dia sangat berbeda, Naf." "Tapi, faktanya, aku yang hamil anak kamu, Rez. Bukan dia," Naffa menanggapi dengan senyuman bangga tersemat. Sangat jelas
Read more

Bab 46

Sementara itu, Reza dan Naffa baru saja tiba di rumah sederhana yang berlokasi di jalan Raya Sidorejo, Kota Tulungagung. "TOK..TOK.." Naffa mengetuk pintu perlahan dan berucap, "Ibu? Bapak? Naffa pulang." Kurang dari hitungan menit, pintu berbahan kayu mahoni itu berderit dan terbuka. Bersama dengan hal itu, sosok wanita paruh baya dengan jilbab menutupi kepalanya muncul. Riasan tipis yang dikenakan pada parasnya tak membuat kerutan di kulitnya tampak. "Baru sampe toh? Wah, ada Nak Reza juga," Ibu Halimah selaku ibu dari Naffa berbasa-basi dan mempersilakan anak beserta calon menantunya masuk dan duduk di ruang tamu yang berukuran kecil namun nyaman. "Iya, Bu. Maaf kalau mengganggu," Reza turut bersuara sambil mengatupkan kedua tangannya. Air mukanya menyiratkan rasa ragu dan takut jika keberadaannya mengganggu rutinitas dari calon mertuanya itu. "Engga ganggu kok, Nak Reza. Naf, kamu buatin kopi sama siapin pisang goreng di piring ya buat Reza. Pisangnya baru aja ibu gore
Read more

Bab 47

Di lain hari, tepatnya di hari Sabtu, Dina yang tak menjaga toko memutuskan untuk mempersiapkan diri dengan semampunya. Hal itu disebabkan oleh Khandra yang dalam hitungan kurang dari satu jam akan tiba di rumahnya untuk menjemput. "Duh, tinggal dua puluh menit lagi nih." Dina mengenakan foundation dan bedak sambil menatap pantulan dirinya di cermin. "Sabar, Nak." Amelia menenangkan sambil menatap putri kesayangannya yang sedang bersiap-siap. "Iya, tapi 'kan aku engga enak sama Khandra," keluh Dina yang mulai memoleskan lip gloss pada bibir mungilnya. "Khandra? seniormu yang pernah main ke sini itu, Din?" Amelia bertanya sambil menatap putrinya dengan kedua mata terpicing. "Iya, dia.." Saat Dina akan menanggapi ucapan sang mama, perkataannya disela oleh suara klakson mobil, "TIN..TIINN!" "Itu kayanya udah dateng," ucap Amelia semabari menerawang keluar jendela. "Aku pergi dulu ya, Ma. Mama hati-hati di rumah," Dina berpamitan sambil mengemasi bedak dan lipstik ke d
Read more

Bab 48

Reza Pov Aku tahu jelas siapa Dina dan sifat-sifat yang dimilikinya. Terutama, tentang circle pergaulannya yang didominasi dengan kaum hawa berkarier mandiri. Akan tetapi, aku tak pernah menduga bila wanita yang kalem dan lembut ini juga bisa dekat dengan teman laki-laki yang sama sekali tak pernah aku ketahui. "Lihat deh, Rez. Dina kayanya nyaman banget sama cowok ini. Aku rasa mereka baru jadian," Naffa kembali bersuara. Ucapannya itu secara tak langsung membuat cemburu di hati ini membara. Aku belum bisa menerima kenyataan jika Dina dekat dengan laki-laki lain selain aku. "Apa memang aku mudah tergantikan dengan yang lain, Din? Bahkan, kita berdua belum sepenuhnya pisah dan bercerai, tapi kamu udah berani jalan sama cowok lain." Aku berujar dalam hati dengan sorot mata yang menyiratkan rasa kecewa. Aku yang masih fokus menatap dua potret dari laki-laki yang tak aku kenal menyadari bahwa Naffa mulai bersandar pada bahuku dan berkata, "Rez, kamu engga usah galau ya. Dia 'k
Read more

Bab 49

Setibanya di kamar hotel, Reza dan Naffa pun menikmati kudapan ringan yang baru saja mereka beli dari pinggir jalan. Dengan bertukar cerita, mereka menikmati sate ayam dan dua buah jagung bakar yang masih hangat tersaji di atas kotak karton yang cukup tebal. "Temanmu tadi kok sendirian?" tanya Reza sambil melahap dan mengunyah sate ayam perlahan. "Suaminya mager, Rez. Aku tahu jelas karena Astrini sama suaminya udah pacaran dari jaman kuliah, sekitar semester enam," jelas Naffa sambil membaluri sate ayam dengan bumbu kacang secara menyeluruh. "Lumayan lama ya pacarannya." Reza menanggapi dengan kedua alis terangkat ke atas. Ia cukup terkesima dengan hubungan pacaran lama yang akhirnya berujung di pelaminan dan rumah tangga yang awet. "Lho, kamu sama Dina dulu pacarannya engga lama, Rez?" Naffa tiba-tiba merasa penasaran dengan hubungan awal yang direnda oleh Reza dan Dina. Hal itu memang sejak awal ingin ia korek, namun ia tak begitu punya banyak waktu dengan bosnya tentan
Read more

Bab 50

Sekitar satu minggu kemudian, Reza dan Dina memenuhi panggilan sidang yang sudah ditetapkan. Sidang perceraian tersebut diadakan di pagi hari, tepatnya di awal bulan Agustus, 2023. "Kamu yakin engga mau ditemenin sama Mama?" tanya Salmah pada putrinya yang sudah berganti pakaian dengan blouse berwarna merah bata yang dipadukan dengan rok putih panjang elegan, membuat pesonanya semakin terpancar. "Engga, Ma. Mama di rumah aja." Dina menanggapi sambil mengaitkan tali dari sepatu sandal yang melekat pada kedua kakinya perlahan. Setelahnya, ia menyampirkan tas berwarna cokelat tua dan berpamitan pada sang mama, "Ma, aku pergi dulu ya. Semoga sidang hari ini berjalan lancar, dan Mama engga perlu khawatir soal aku." "Hati-hati di jalan, Din. Semangat ya!" Salmah menanggapi sambil memberikan pelukan sekilas pada putri kesayangannya itu. Sekian menit kemudian, mobil sedan milik Khandra menjemput Dina, sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. "Udah siap dengan sidang hari ini, D
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status