Di ambang dinding ruang makan dan keluarga, Fajri berdiri dengan gagahnya. “Kok, sudah bangun?” tanya Simbah heran.Fajri tersenyum gusar. “Tiba-tiba bangun, terus langsung nangis, Bu.” “Putune Simbah sing ayu dhewek kenapa, toh,” ujar Simbah seraya bangkit dari duduk.Sebelum tubuh renta itu terangkat, Charlotte buru-buru berdiri. “Biar saya yang lihat, Bu.” Charlotte menahan punggung tangan keriput ibu mertua Fajri yang masih bertumpu di atas meja.Dengan hati-hati, Charlotte menyentuh puncak kepala dan tubuh bagian belakang adik bungsu Kinara. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. “Oh, ada yang popol ternyata,” ucapnya lembut.Simbah dan Kinara terkikik. “Oalah, Ayah sudah lama gak punya bayi. Jadi lupa cara momongnya,” ujar Simbah yang ditanggapi tawa kecil Kinara. Sementara Charlotte tak berani mengangkat wajahnya barang seinci pun. Tatapannya terus tertuju pada sosok mungil tersebut. “Gendong Simbah, yu, Nduk. Salin di kamar. Biar Ayahmu maem
Baca selengkapnya