Raisa mengedipkan matanya, penuh harap.Hal yang dipikirkan itu, sudah dia persiapkan secara mental, jadi dia sama sekali tidak merasa takut.Dalam situasi seperti ini, Hasan juga agak kehilangan kontrol. Namun, dia lebih takut mengecewakan Raisa, jadi tanpa ragu, dia menunduk dan mencium bibir gadis itu.Mereka berciuman dengan penuh gairah, suasana mesra memenuhi ruangan.Tiba-tiba, suara dering telepon memecah suasana.Awalnya, tidak ada yang peduli.Namun, orang yang menelepon tampaknya tidak mengenal lelah. Setelah otomatis terputus, dia menelepon lagi.Hasan melepas sedikit pelukan Raisa, dan mengangkat tangan untuk mengambil ponselnya.Dia melihat layar sejenak, tapi tidak buru-buru menjawab, malah bertanya pada Raisa, "Ini dari Lusi."Raisa mengangkat alis, "Ya sudah, jawab saja."Hasan menekan tombol jawab, sekaligus mengaktifkan pengeras suaranya.Suara Lusi terdengar dari telepon, "Halo, Kak Hasan. Kamu di mana? Kenapa belum pulang?"Hasan mengernyit, "Ada apa?""Nggak ada .
Read more