All Chapters of Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif: Chapter 761 - Chapter 770

960 Chapters

Bab 761

Lampu menyala di dalam ruangan, suasananya sangat tenang.Di sofa terletak jaket pria, pintu kamar tidur sedikit terbuka, dan suara percakapan terdengar samar dari dalam.Raisa berjalan mendekat, mengulurkan tangan untuk mendorong pintu kamar, dan suara di dalam menjadi makin jelas."Kak Hasan, apa semuanya sudah diatur untuk pekerjaanmu di sana?""Hmm.""Kak Hasan, aku belum kasih tahu orangtuaku tentang kepulangan kita, rencananya aku ingin kasih kejutan. Terutama ibu, dia sering membicarakan kamu. Kalau tiba-tiba melihatmu pulang, pasti dia akan sangat senang ...."Lusi duduk di tepi tempat tidur, kedua kakinya berayun-ayun.Hasan sedang membungkuk di dekatnya, merapikan koper.Lusi terus bercerita, dan Hasan sesekali menjawab. Suasana awalnya sangat baik, tetapi karena kedatangan Raisa yang tiba-tiba, suara Lusi terhenti. Dia terdiam sejenak, lalu segera berdiri, dan terlihat agak panik, "Nona Raisa?"Punggung Hasan juga terdiam kaku sejenak, kemudian dia berbalik dan bertatap muka
Read more

Bab 762

Hasan tertegun sejenak, lalu berkata, "Aku pergi mengambil kunci mobil."Dia benar-benar kembali ke dalam untuk mengambil kunci mobil, juga mengambil jaket, dan saat keluar, dia melihat Raisa berdiri di sana sedang membuka kotak untuk melihat gelang tersebut.Begitu dia keluar, Raisa langsung menutup kotak itu dengan wajah angkuh, "Gelangnya biasa saja, tapi aku bisa memberikannya sebagai hadiah."Hasan menatapnya dengan mata yang suram, "Hmm. Itu barangmu, terserah apa yang mau kamu lakukan."Mereka berdua naik lift ke lantai bawah, dan sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara.Saat keluar dari pintu unit, angin malam menerpa mereka. Raisa hanya mengenakan pakaian tipis, dan merasakan dingin yang menyengat.Dia mengangkat tangan, menggosok-gosok lengannya.Hasan menyerahkan jaketnya, "Pakailah?"Raisa meliriknya dengan sinis, "Nggak mau."Begitu dia selesai berbicara, dia langsung menggigil.Hasan mengernyitkan dahi, melangkah maju, dan tanpa berbicara lagi, dia memakaikan jaket
Read more

Bab 763

Hasan benar-benar tidak bisa mendengarkan Raisa lagi; setiap kata yang diucapkan seolah-olah menusuk hatinya."Salahku, aku memang brengsek. Aku sensitif dan rendah diri, padahal aku sangat menyesal dan merindukanmu, tapi aku bahkan tidak berani meneleponmu." Hasan memeluknya, air mata menggenang di pelupuk matanya.Raisa bersandar dalam pelukannya, "Hasan, aku datang hari ini hanya untuk menanyakan satu hal. Apakah kamu benar-benar menyukaiku?"Hasan mengangguk dengan kuat, "Suka. Nggak ... Raisa, aku mencintaimu."Raisa menangis, "Hasan, aku benar-benar menyukaimu. Seumur hidupku, aku belum pernah menyukai seseorang seperti ini. Bahkan ketika aku menyukai Kak Yohan, nggak ada yang seperti ini. Hasan, maukah kamu berjanji untuk nggak membuatku sedih lagi? Aku bisa melepaskan segalanya, asal kamu sedikit lebih berani dan lebih mencintaiku, bisa 'kan?"Hasan menundukkan kepala, memberikan ciuman lembut di dahinya, "Raisa, aku bersumpah, hal seperti ini nggak akan terjadi lagi! Mulai sek
Read more

Bab 764

Raisa mengedipkan matanya, penuh harap.Hal yang dipikirkan itu, sudah dia persiapkan secara mental, jadi dia sama sekali tidak merasa takut.Dalam situasi seperti ini, Hasan juga agak kehilangan kontrol. Namun, dia lebih takut mengecewakan Raisa, jadi tanpa ragu, dia menunduk dan mencium bibir gadis itu.Mereka berciuman dengan penuh gairah, suasana mesra memenuhi ruangan.Tiba-tiba, suara dering telepon memecah suasana.Awalnya, tidak ada yang peduli.Namun, orang yang menelepon tampaknya tidak mengenal lelah. Setelah otomatis terputus, dia menelepon lagi.Hasan melepas sedikit pelukan Raisa, dan mengangkat tangan untuk mengambil ponselnya.Dia melihat layar sejenak, tapi tidak buru-buru menjawab, malah bertanya pada Raisa, "Ini dari Lusi."Raisa mengangkat alis, "Ya sudah, jawab saja."Hasan menekan tombol jawab, sekaligus mengaktifkan pengeras suaranya.Suara Lusi terdengar dari telepon, "Halo, Kak Hasan. Kamu di mana? Kenapa belum pulang?"Hasan mengernyit, "Ada apa?""Nggak ada .
Read more

Bab 765

"...." yang menjawab Hasan adalah suara napas Raisa yang teratur....Pagi hari berikutnya, saat Hasan membuka matanya, Raisa sudah bangun.Dia bersandar di pelukan Hasan, jari telunjuknya menelusuri wajah pria itu.Mata gadis itu dipenuhi cinta yang tulus, membuat hati Hasan bergetar. Tanpa bisa menahan diri, Hasan menunduk dan mencium keningnya, "Kenapa sudah bangun pagi-pagi?"Raisa mendongak, memberi kecupan ringan di bibirnya, "Bukankah kamu bilang, mau ajak aku pulang? Tiketku sudah dibeli?"Hasan terkejut, "Kamu mendengar semuanya tadi malam?""Dengar, tapi aku terlalu mengantuk, jadi aku tertidur."Hasan duduk dan mengambil ponselnya, "Aku akan segera membelikan tiket untukmu."Raisa ikut duduk, melihat tingkahnya. Lalu dia tertawa kecil dan bertanya, "Memangnya kamu tahu nomor KTP-ku? Kok bisa langsung membelikan tiket?"Hasan menggeleng, "Berapa nomor KTP-mu?"Raisa tersenyum sambil mengambil ponsel Hasan, mengisi nomor identitasnya di kolom informasi. "Nah, aku sudah simpan.
Read more

Bab 766

Sementara tiket Raisa dibeli secara mendadak, jadi dia tidak duduk bersama mereka. Bahkan mereka terpisahkan beberapa gerbong di tengah.Sebelum naik kereta, Raisa berkata kepada Lusi, "Kita tukar tempat, ya?"Lusi melihat Hasan yang berada tidak jauh, lalu tersenyum dan bertanya, "Kenapa harus tukar?""Karena aku ingin duduk bersama Hasan.""Tapi aku juga mau duduk sama Kak Hasan. Nona Raisa, kamu sudah menguasainya semalaman, apa hari ini mau menguasainya lagi?"Tanpa kehadiran Hasan, Lusi tidak lagi berpura-pura, dan langsung menantang Raisa.Raisa tidak terkejut, karena dia sudah tahu Lusi adalah orang yang suka berpura-pura baik ."Baiklah, biar Hasan yang bicara padamu." Raisa malas berdebat, langsung mencari Hasan.Namun, saat mereka kembali, Lusi sudah duduk di dekat jendela, bersandar di meja kecil, sambil memegang perutnya, tampak kesakitan.Hasan bertanya, "Ada apa?"Lusi mendongak dan berkata, "Entah apakah sarapannya nggak bersih, perutku sangat sakit sekarang.""Apakah sa
Read more

Bab 767

Selain Linda, ada juga Liana dan Reno.Josua jarang menggunakan media sosial, jadi dia tidak ada dalam grup.Liana melihat foto-foto ini dan mengirim pesan di grup.Raisa mengatakan bahwa dia sedang dalam perjalanan bersama Hasan ke rumah keluarganya.Reno mengirimkan emotikon mengejek, yaitu emoji mata melotot.Ratna mengirimkan pesan suara, "Kalau sudah sampai di rumah orang, harus tahu sopan santun, dan paham batasan. Kamu belum bertunangan dengan Hasan, jadi lebih baik jangan menginap di rumah orang, supaya nggak merepotkan. Cari hotel yang baik di dekat situ, biarkan Hasan menemanimu. Kalau ada apa-apa, hubungi kami, jangan sembarangan pergi!"Raisa menjawab, "Baik, Ibu."Setelah selesai dari rapat pagi, Satya melihat pesan itu, dan langsung mentransfer sejumlah uang.Hasan melihatnya dan tidak bisa menahan senyumnya.Suasana keluarga Reihano memang sangat hangat, tidak heran jika suasana seperti itu membentuk karakter Raisa yang ceria.Semua ini juga adalah sesuatu yang diidam-id
Read more

Bab 768

Sambil berbicara, dia mengeluarkan sebilah pisau pendek dari saku, melepaskan sarungnya, dan ujung pisau yang tajam berkilau dengan cahaya dingin. Tanpa keraguan, Josua menusukkan ujung pisau itu ke arah jantungnya."Kak Josua!" Sudar memanggil dengan suara serak sambil melangkah maju. Lukanya tertarik dan membuatnya kesakitan."Puff!" Suara tajam menembus daging.Pisau itu menusuk dada Josua, tetapi karena Yono menghentikannya tepat waktu, hanya setengahnya yang masuk, setengahnya lagi masih di luar.Awalnya dia menusuk tepat di posisi jantung, tetapi sekarang ujung pisau jadi sedikit melenceng, terhindar dari bagian vital.Yono menoleh kepada pria berambut putih, "Ayah, Josua nggak boleh mati."Orang tua itu minum teh dengan tenang, "Kenapa? Apa kamu juga merasa keluarga Jatmika tidak bisa berjalan tanpa dia?""Bukan begitu maksudku." Yono menggeleng, "Aku hanya khawatir dengan Bela ...."Orang tua itu tidak berbicara lagi.Yono melanjutkan, "Kelumpuhan ini sudah menjadi pukulan bera
Read more

Bab 769

Linda berendam di bak mandi selama setengah jam lebih, dan tubuhnya perlahan-lahan pulih."Tok tok tok."Terdengar ketukan di pintu, disusul dengan suara Liana dari luar, "Kak, bolehkah aku masuk?"Linda menoleh, "Ya, silakan masuk."Di dalam kamar mandi yang berkabut, Liana membawa sepotong buah dan meletakkannya di kursi di samping bak mandi, sambil mengamati keadaan Linda. Kemudian dia bertanya dengan hati-hati, "Kak?""Aku baik-baik saja." Linda memaksakan senyuman.Untuk membuat Liana merasa tenang, dia mengambil sepotong buah.Bak mandi itu penuh dengan busa. Ketika Linda merendamkan seluruh tubuhnya, memang tidak terlihat apa-apa. Tapi begitu dia mengangkat lengannya, Liana langsung melihat memar besar di lengannya."Apa yang terjadi?" Liana menggenggam tangan Linda, matanya langsung memerah menatap memar itu. "Kak, apa yang dilakukan orang-orang keluarga Jatmika itu padamu? Apa mereka memukulmu?""Nggak ...." Linda menggeleng. "Aku nggak sengaja terjatuh."Liana tidak percaya,
Read more

Bab 770

Sambil berbicara, dia bangkit dan berjalan ke tepi sofa, melepas jaketnya, lalu berbaring.Widia keluar tanpa berkata apa-apa.Dion menutup tirai ruangan, setelah cahaya redup, dia duduk di sebelah Yohan dan mulai melakukan terapi hipnosis.Setelah sepuluh menit, Yohan membuka matanya, tetapi tidak melihat apa-apa.Dion juga mengerutkan kening, tampak bingung.Yohan duduk tegak, memandang sekeliling dengan sedikit kekecewaan, "Gagal lagi?"Dion diam dan mengangguk dengan ekspresi sangat berat.Yohan merasakan sakit kepala yang parah.Sudah beberapa kali!Setiap sesi hipnosis berikutnya selalu gagal.Sejak saat itu, dia tidak pernah melihat orang yang ingin dilihatnya.Pertanyaan yang terpendam di hatinya terasa seperti batu besar yang menekan jiwanya, setiap hari makin berat dan hampir membuatnya hancur.Dia memijat pelipisnya dengan kedua tangan, "Kenapa bisa begini?"Dion memberinya segelas air dan dua butir obat penghilang rasa sakit.Tanpa berpikir panjang, Yohan langsung menelanny
Read more
PREV
1
...
7576777879
...
96
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status