Linda berendam di bak mandi selama setengah jam lebih, dan tubuhnya perlahan-lahan pulih."Tok tok tok."Terdengar ketukan di pintu, disusul dengan suara Liana dari luar, "Kak, bolehkah aku masuk?"Linda menoleh, "Ya, silakan masuk."Di dalam kamar mandi yang berkabut, Liana membawa sepotong buah dan meletakkannya di kursi di samping bak mandi, sambil mengamati keadaan Linda. Kemudian dia bertanya dengan hati-hati, "Kak?""Aku baik-baik saja." Linda memaksakan senyuman.Untuk membuat Liana merasa tenang, dia mengambil sepotong buah.Bak mandi itu penuh dengan busa. Ketika Linda merendamkan seluruh tubuhnya, memang tidak terlihat apa-apa. Tapi begitu dia mengangkat lengannya, Liana langsung melihat memar besar di lengannya."Apa yang terjadi?" Liana menggenggam tangan Linda, matanya langsung memerah menatap memar itu. "Kak, apa yang dilakukan orang-orang keluarga Jatmika itu padamu? Apa mereka memukulmu?""Nggak ...." Linda menggeleng. "Aku nggak sengaja terjatuh."Liana tidak percaya,
Sambil berbicara, dia bangkit dan berjalan ke tepi sofa, melepas jaketnya, lalu berbaring.Widia keluar tanpa berkata apa-apa.Dion menutup tirai ruangan, setelah cahaya redup, dia duduk di sebelah Yohan dan mulai melakukan terapi hipnosis.Setelah sepuluh menit, Yohan membuka matanya, tetapi tidak melihat apa-apa.Dion juga mengerutkan kening, tampak bingung.Yohan duduk tegak, memandang sekeliling dengan sedikit kekecewaan, "Gagal lagi?"Dion diam dan mengangguk dengan ekspresi sangat berat.Yohan merasakan sakit kepala yang parah.Sudah beberapa kali!Setiap sesi hipnosis berikutnya selalu gagal.Sejak saat itu, dia tidak pernah melihat orang yang ingin dilihatnya.Pertanyaan yang terpendam di hatinya terasa seperti batu besar yang menekan jiwanya, setiap hari makin berat dan hampir membuatnya hancur.Dia memijat pelipisnya dengan kedua tangan, "Kenapa bisa begini?"Dion memberinya segelas air dan dua butir obat penghilang rasa sakit.Tanpa berpikir panjang, Yohan langsung menelanny
Yohan berbaring, dengan suara tenang, "Ibu, sebenarnya aku ini anak siapa?"Inilah masalah di hati Yohan.Di hadapan siapa pun, dia selalu berusaha menyembunyikan kegelisahan ini. Sekarang, dia hanya ingin mendapatkan kepastian tentang masalah ini. Jika sudah jelas, dia tidak akan punya penyesalan lagi.Sherina mengulurkan tangan, jarinya mengusap lembut pipinya, "Yohan, kamu adalah anakku."Yohan mengernyit, "Siapa ayahku?""...." Sherina tidak tahu tentang hal ini.Dia menghindar dari topik itu dan mengalihkan pembicaraan. "Itu nggak penting.""Nggak ...." Yohan duduk tegak, emosinya tiba-tiba memuncak, "Ini sangat penting bagiku! Ibu, tolong kasih tahu aku, sebenarnya aku ini anak siapa? Apa kamu nggak setia saat bersama Ferdi?"Sherina agak kaget, tetapi dia segera tersadar lagi, dan berusaha menenangkannya, "Yohan, itu semua sudah berlalu, kita nggak perlu membicarakannya lagi, ya?""Nggak mau!" Yohan tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan Sherina. Lalu dia berdiri, selimut tipi
Sherina tidak puas, tapi melihat ekspresi Dion, dia tidak berani tinggal lebih lama. Setelah ragu sejenak, akhirnya dia pergi.Dion menutup pintu, menguncinya, lalu cepat-cepat menyalakan dua batang dupa, mulai melakukan hipnosis yang lebih dalam pada Yohan......Keesokan paginya.Liana terbangun dan mendapati tempat tidur di sebelahnya kosong, hanya ada dirinya sendiri, tidak ada sosok Yohan.Dia bangkit dan berkeliling di kamar tidur, tidak menemukan tanda-tanda bahwa Yohan sudah pulang.Liana mengernyit, apa dia memang tidak pulang semalam?Dengan ragu, dia turun ke bawah. Terdengar suara di dapur, dan dia bisa mencium wangi masakan.Tepat saat itu, Linda keluar membawa sarapan, "Sudah bangun? Bagus, cuci tangan dan makan sarapan."Liana baru mau pergi ke ruang makan, ketika bel pintu berbunyi.Dia membuka pintu, dan melihat ada kurir di luar. "Apakah Liana tinggal di sini? Ada paket untuknya.""Aku Liana." Liana melihat paketnya dengan mata berbinar, menandatangani slip paket, dan
"Berdasarkan data yang aku temukan, merek Tiff ini didirikan beberapa tahun lalu. Saat itu, Yasinta masih berkuliah dan akan segera lulus. Pasangan Liza dan Malik kemudian menginvestasikan sejumlah uang untuk mendukung usahanya. Pada awal peluncurannya, merek ini melakukan kampanye iklan yang sangat gencar. Mereka bahkan membayar seorang bintang kelas menengah untuk menjadi duta merek. Namun, meskipun telah menggelontorkan banyak uang, hasilnya tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Merek Tiff bisa dibilang langsung mencapai puncak kejayaannya saat pertama kali diluncurkan, tapi kemudian mengalami penurunan drastis dan akhirnya gulung tikar.""Seri parfum lainnya sudah tidak bisa dibeli lagi, tetapi entah kenapa, seri parfum yang aku sebutkan ini masih terus diproduksi."Liana berkata juga, "Sebenarnya aku juga menemukan ini setelah melihat banyak aplikasi. Penjualannya hampir nol, mungkin akan segera menghilang."Makin banyak analisis yang mereka lakukan, makin mereka merasa a
Liza melemparkan ponselnya padanya, "Sayang, kapan kita bisa pergi ke Maladewa?""Ngapain ke Maladewa?" Malik tidak terlalu tertarik."Melihat laut, berlibur. Apa kamu sudah lupa, setelah menikah kamu janji mau membawaku ke Maladewa untuk bulan madu.""Kita sudah jadi pasangan tua, buat apa bulan madu?" Malik merasa geli.Liza menepuk pipinya ringan, "Itu karena kamu terus sibuk bekerja, jadi tertunda sampai sekarang! Aku nggak peduli. Bulan depan, apa pun yang terjadi kamu harus pergi ke Maladewa bersamaku. Kita juga bisa mampir ke negara Fronia untuk melihat anak kita.""Maladewa dan negara Fronia itu jauh sekali. Mampirnya jauh sekali, ya?""Aku nggak peduli. Aku kangen anak, aku ingin melihatnya.""Baiklah, baiklah. Apa pun yang kamu katakan." Meskipun Malik setuju, terlihat jelas dia hanya basa-basi."Jadi kita sepakat, ya? Kamu nggak boleh berubah pikiran nanti." Liza mengingatkan berkali-kali, lalu kembali lagi membahas tentang gaunnya. "Gaun yang aku pakai hari ini nggak masala
"Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan dengan Bu Malik. Di sini agak ramai, bisa kita pindah ke tempat lain?""Apa yang ingin kamu katakan, aku nggak tertarik. Aku masih ada urusan." Liza tidak ingin sendirian dengan Linda.Dia berusaha pergi, tetapi Linda memegang pergelangan tangannya, tidak membiarkannya pergi.Liza menoleh, "Kamu mau apa?"Linda tampak tenang, "Bu Malik, yang ingin aku bicarakan berkaitan dengan keponakanmu. Apa kamu benar-benar nggak ingin mendengar?""Yasinta?" Liza tetap peduli dengan keponakannya. "Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?"Linda melepaskan tangannya, "Aku sudah reservasi di kafe dekat sini. Kalau Bu Malik ada waktu, bisakah mampir ke sana?"Liza merasa Linda tidak akan melakukan hal yang aneh. Setelah ragu sejenak, akhirnya dia berkata, "Baiklah."...Setibanya di kafe, Linda memesan dua cangkir kopi.Setelah pelayan pergi, Liza langsung membuka pembicaraan, "Apa yang ingin kamu katakan? Sekarang sudah bisa bicara.""Aku nggak terburu-buru."
Liza memelototinya, "Nggak perlu! Nona Linda, aku percaya pada keponakanku, dia nggak akan menyakitiku."Setelah mengatakan itu, Liza pergi tanpa menoleh ke belakang.....Linda pulang ke rumah dulu, mengambil beberapa pakaian, dan berencana untuk menginap di rumah Josua pada malam hari.Dia menelepon Josua, dan Josua berkata dia ada di vila.Namun, saat Linda tiba di vila, dia menemukan kalau seluruh vila sepi, bahkan tidak ada lampu yang menyala.Linda menyalakan lampu dan naik ke atas, tempat Josua sedang menelepon di ruang kerja.Dia menunggu di pintu sebentar, menunggu dia mengakhiri panggilan, sebelum masuk."Josua.""Aku pulang." Alis Josua sedikit menegang, dan dia berusaha keras untuk terlihat santai di depannya. Tapi Linda tidak bodoh, dia bisa merasakan ketegangannya.Josua selalu menjadi ahli strategi. Linda telah melihat kepercayaan yang tak tertandingi padanya, tapi saat ini dia melihat ketidakpastian dalam dirinya.Apa keluarga Jatmika mengajukan permintaan?Linda merasa
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,