All Chapters of Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan: Chapter 81 - Chapter 90

344 Chapters

Bab 81. Menemui mereka

Akhirnya mereka berjalan meninggalkan rumah makan dan kembali ke mobil.Jantung Farhan berdetak sangat kuat sampai tidak bisa ditenangkan, ketika mobil itu telah berhenti di depan rumah yang sangat besar dan mewah.Pikirannya langsung teringat pada Silvia. Istrinya itu yang paling ingin bisa berkunjung ke rumah Gara, tapi hari ini sungguh tidak menyangka, jika malah dia yang pertama datang ke rumah ini.Mereka menuruni mobil."Ayo, masuk." Gara mempersilahkan Farhan untuk masuk, sementara Riko pergi lagi untuk ke kantor kembali.Tubuh Farhan gemetaran ketika melangkah masuk. Matanya berputar ke segala arah.Ini sih, rumah sultan!Farhan berdecak kagum.Kalau Silvia ada disini, otomatis mulut cablaknya itu bakal menjerit terus. Yakin lah!"Ayo ke atas." Gara mengajak Farhan naik ke lantai atas dan menuju ruang keluarga.Gara memanggil pelayan dan memerintahkan untuk mengambil minuman serta cemilan."Mas Farhan, tunggu sebentar ya? Aku akan memanggil Mia."Farhan mengangguk, dia duduk u
Read more

Bab 82. Pertemuan.

“Baiklah. Ini uangnya." Gara mengulurkan uang kepada Farhan.Setelah Farhan turun dan terlihat memasuki restoran, Gara menceritakan tentang bagaimana dia bisa bertemu dengan Farhan dan masalah ketika makan di restoran tadi.Mata Mia berkaca-kaca, dia menangis lagi.Gara menepuk halus kepala istrinya."Sebentar lagi kita akan bertemu mereka. Kita akan membantu mereka. Jangan menangis lagi."Mia mengangguk dan meraih tangan Gara, menciumnya beberapa kali dan membawa ke pipinya."Terimakasih, Gara. Terima Kasih atas pengertianmu. Kamu suami yang terbaik."Gara tersenyum, dan meraih tisu untuk menyeka air mata Mia.Tak lama Farhan telah kembali dengan membawa beberapa kantong makanan."Sudah?" Tanya Gara."Iya, sudah.”Setelah Farhan duduk dengan baik, Gara kembali melaju ke arah yang ditunjuk oleh Farhan.Mobil tidak bisa masuk karena kontrakan mereka ada di dalam gang yang cukup sempit. Terpaksa Gara memarkirkan mobilnya di depan sebuah Toko setelah meminta izin kepada Pemilik toko. Tid
Read more

Bab 83. Kita ini, keluarga.

Gara mengangguk, lalu mengajak Farhan untuk menyusul ayah mertua.mereka. Dua pria itu berdiri dan kemudian keluar. Ketika di teras, Farhan memukul keningnya. “Oh iya, ada yang lupa.” Matanya menangkap kantong plastik makanan yang tergeletak di sana, dia cepat-cepat mengambilnya.“Kenapa, Mas?” Tanya Gara.“Makanannya lupa, pantesan, dari tadi kok seperti ada yang kurang? Untung tidak dimakan kucing.” Gerutunya sambil kembali masuk. “Sebentar ya.”“Sil, ada makanan dari Mia. Tadi aku lupa.” Farhan menaruh makanan itu di depan mereka. Wajah Silvia langsung terlihat ceria. “Ya ampun, Mia tahu saja sih kalau aku laper banget. Sudah lima hari nggak makan.” Silvia langsung membuka kantong makanan.“Lebay kamu! Baru setengah hari enggak makan, ngomongnya lima hari!” Sahut Farhan. “Bagiku setengah hari itu sama seperti lima hari rasanya. “Jawab Silvia, sambil memeriksa makanan.“Wah makanannya sangat lezat.” Silvia sumringah saat melihat makanan enak di depannya.“Eh, tunggu ayah. Jangan
Read more

Bab 84. Memboyong keluarga.

“Ayah..” Kedua mata Mia sudah berkaca-kaca, dia berdiri menatap ayahnya. Lelaki yang sudah mulai keriput dengan rambut yang hampir berubah menjadi putih semua itu. Ayah yang sudah cukup tua, seharusnya tidak boleh bekerja keras lagi. Seharusnya sudah duduk manis di rumah menikmati masa tuanya dengan tenang. Tapi ini, Mia melihat sang ayah baru kembali dari pasar, bukan dari belanja tetapi menjadi kuli panggul disana.Entah bagaimana perasaannya saat ini ketika sekelebat bayangan ayahnya yang sedang memanggul beban berat di pundaknya terlintas di pikirannya. Hatinya mendadak seperti teriris, perih.Wibowo juga sama halnya dengan Mia, matanya memerah menahan air mata ketika menatap putrinya itu. Putri yang dulu tersisihkan dan dia bahkan tidak pernah membayangkan jika akan bernasib sebaik ini.Mia menghampiri ayahnya, dia meraih tangannya untuk menciumnya. Tapi Mia yang ingin menahan tidak bisa menahan diri lagi. Dia menubruk bapaknya dan kembali menangis. Kali ini tangisannya sangat k
Read more

Bab 85. Memboyong keluarga.

Mereka semua terdiam, mereka sebenarnya paham dengan kekhawatiran Mia. Paham dengan kebaikan Mia yang sangat peduli dengan keluarganya. Itu semua bukan membuat Ibu ataupun Silvia senang, justru malah semakin membuat mereka malu dan merasa bersalah.Melihat istrinya gelisah, Gara kemudian angkat bicara untuk sebuah saran, “Begini saja. Bagaimana kalau untuk sementara ini kalian ikut kami dan tinggal di sana dahulu sementara. Nanti aku dan Mas Farhan akan mencari jalan keluar. Aku akan membantu Mas Farhan mendapatkan pekerjaan yang tepat, agar dia bisa menafkahi keluarga dengan baik. Aku dan Mia juga sudah pernah berjanji jika menemukan kalian maka kami akan membantu kalian. Jadi biarkan kami membantu kalian.”Mereka terdiam, begitu terharu dengan kebaikan hati Gara.Mia pada akhirnya bertanya pada suaminya dengan gelisah, “Kamu akan mendapatkan rumah ibu lagi kan, Gara?” Gara mengangguk, dia berkata dengan lembut. “Tentu saja, aku akan mendapat di rumah ibu lagi. Setelah itu mereka
Read more

Bab 86. Kamu sedang tidak bermimpi.

“Ada banyak pelayan di sini, Ayah. Kata Gara, mereka sudah ada sejak beberapa tahun sebelum kakeknya meninggal dunia.”Ibu menepuk lembut lengan Mia, “Cepat hamil ya, Nak? Biar rumah ini ramai dengan canda tawa dan tangis anak kalian.” Ucap Rita.Mendengar ucapan ibunya mata Mia berkaca-kaca. “bu benar-benar sudah berubah, dulu dia tidak ingin dirinya hamil. Sekarang justru ibu menyuruhnya untuk hamil.“Apa Ibu senang kalau aku hamil?” Tanya Mia dengan ragu-ragu.Bu Rita menunduk. Dia mengira Mia masih menyimpan kekecewaan karena dia pernah melarangnya untuk hamil.“Mia,maafkan ibu pernah kesal saat mengira kamu dulu itu hamil. Sebenarnya ibu hanya khawatir dengan kehidupan kalian. Ibu tidak pernah tahu kalau suamimu semapan ini. Ibu hanya takut hidup kita yang masih susah akan semakin susah. Maafkan ibu ya?” Bu Rita kembali menangis.“Tidak mengapa, Bu. Aku mengerti apa yang dikhawatirkan Ibu saat itu. Skarang kan semua sudah berbeda. Aku dan Gara juga sedang berusaha. Doakan saja,
Read more

Bab 87. Keluarga pada umumnya.

Pagi ini, Mia sudah bangun pagi-pagi sekali Dia sedikit terkejut saat mendapati dirinya sudah berada di kamarnya. Dia mengingat-ngingat, bukankah semalam dia sedang berada di kamar ibu bersama dengan ibu dan Kak Silvia? Apa tengah malam dia pindah ke kamar ini tanpa dia sadari? Gara yang baru saja membuka matanya tersenyum melihat ekspresi bingung istrinya. “Kamu kenapa?” Dia bertanya. “Perasaan, semalam aku tidur bersama Kak Silvia di kamar ibu. Kok bisa ada di sini? Apa aku bermimpi ya, tidur bersama mereka?” Gara sebenarnya ingin berbohong ingin mengatakan, mungkin kamu hanya sedang bermimpi tidur dengan mereka. Tapi melihat wajah bahagia Mia semalam, dia tidak tega. Semalam setelah dia selesai mengobrol bersama Farhan dan ayah, inu menyusul mereka. Mengatakan kalau Mia sudah tertidur bersama Silvia. Karena itu tidak tega membangunkannya, maka Ibu mengatakan padanya agar membiarkan mereka tidur di sana saja malam ini. Tapi Gara tidak mungkin membiarkan ayah mertuanya tidur
Read more

Bab 88. Beras habis.

Sementara itu di kampung,Seperti hari-hari biasa, bu Marni setiap pagi akan pergi buruh memetik Sahang di kebun orang.Dia akan berangkat pagi dan pulang menjelang sore hari. Nita dan kakak laki-lakinya telah pergi bersekolah dan hanya menyisakan Dinda dan Fiah saja di rumah itu.Seperti biasanya, Dinda akan bangun lebih terlambat daripada penghuni lain. Setelah matahari lebih tinggi, Dinda baru akan keluar dari kamar untuk mandi, setelah itu baru dia akan sarapan.Tapi akhir-akhir ini, hari-hari yang dilalui Dinda sudah cukup baik. Meskipun mereka semakin terpuruk dalam masalah ekonomi tapi setidaknya Dinda yang sekarang sudah dapat menerima sedikit demi sedikit kenyataan hidupnya. Dinda saat ini sudah berada di kamar mandi dan mulai mengguyur tubuhnya dengan air, dia mencari-cari sabun mandi tapi tidak ketemu juga.Dia berseru pada Fiah. “Fiah,.. kita nggak ada sabun mandi ya?”“Nggak punya memang, Mbak. Tadi terakhir aku mandi saja, hanya ada secuil. Itu malah jatuh ke comberan.
Read more

Bab 89. Mendapatkan sertifikat rumah ibu kembali.

Dinda meringis kembali."Fiah. Memang bapak kerjanya nggak lancar ya?" Tanya Dinda."Nggak tahu, mbak. Katanya sih begitu. Buktinya, beli rokok sama bensin aja masih sering minta ibu. Nggak tahu, tapi Fiah pernah denger, bapak sering makan-makan sama temen-temennya. Aneh kan bapak, padahal udah tua tapi perilaku kayak anak muda aja. Pakai acara makan-makan bareng sama temen-yemen. Keluarga sendiri, beli beras aja masih payah. Tapi jangan bilang ibu ya, mbak. Fiah takut, nanti mereka berantem."Dinda semakin curiga sekarang."Mbak.. Aku tempat Bude ya. Pinjem beras di sana saja. Kasian Nita nanti, pulang pasti laper. Kasihan ibu juga." Ucap Fiah."Tapi, nanti ditagih pas belum ada gimana?""Ibu kan besok gajian. Nggak apa lah." Fiah beranjak dan pergi ke rumah budenya untuk meminjam beras.Dinda juga ikut beranjak untuk ke kamar. Tapi baru saja dia berjalan beberapa meter, Seseorang mengucapkan salam dari teras rumah.Dinda menjawab salam dan melongo."Nita?" Dinda bergegas menghampir
Read more

Bab 90. Dua kabar gembira.

“Kita cari rumah makan dulu, sepertinya aku sudah lapar.” Farhan langsung mengangguk dan segera menjalankan mobil.Kini mereka berdua sudah duduk menikmati makan siang di rumah makan sederhana saja.“Mas Farhan. Aku ingin bicara serius padamu.” Gara tiba-tiba bicara.“Iya,” Farhan nampak sedikit khawatir.“Aku ingin merenovasi rumah ibu terlebih dahulu sebelum kalian tempati lagi. Ketika aku tinggal di sana dulu, aku melihat sudah banyak bagian rumah itu yang rusak dan perlu diperbaiki. Menurut Mas Farhan bagaimana?”Farhan tentu tidak bisa menolak kebaikan Gara, “Jika itu tidak merepotkanmu. Aku takut itu akan membuatmu repot, dan Mia juga belum tahu kalau kamu ingin renovasi rumah itu.”“Mia sudah tahu, kami sudah membahas itu sebelumnya. Jika kita bisa mendapatkan sertifikat rumah itu lagi, maka aku ingin merenovasi rumah itu dahulu sebelum kalian pindah ke sana lagi.” Farhan hanya mengangguk. Bagaimana dia bisa menolak?“Oh iya, ada satu lagi. Riko memberitahuku jika ada toko ya
Read more
PREV
1
...
7891011
...
35
DMCA.com Protection Status