Home / Romansa / Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan / Chapter 381 - Chapter 390

All Chapters of Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan: Chapter 381 - Chapter 390

405 Chapters

Bab 381. Kamu hanya dijebak

Alin terdiam, ada rasa kecewa pada Gita yang selama ini ia anggap jujur, polos dan baik. Tapi juga terselip keraguan dalam hatinya. Belum sempat Alin bicara, bu guru sudah berkata, “Gita, kamu ikut ibu ke ruangan BK. Sekarang juga. Kamu juga Alin.”Gita menoleh pada Alin yang tidak bisa berkomentar apa-apa. Dengan wajah menunduk dan langkah berat, Gita mengikuti Bu Siska untuk ke ruangan BK.“Huh, dasar maling!” beberapa anak-anak berteriak pada Gita. Antara teriakan Mereka, suara Desi kencang.Entah kenapa, saat ini Alin begitu ragu untuk mengikuti langkah kaki mereka. Ada hal yang tiba-tiba terpikirkan oleh-nya.“Bu Guru, tunggu sebentar.”Sebelum Bu Siska dan Gita sampai di pintu, tiba-tiba Alin berseru.Bu Siska menoleh, begitu juga dengan Gita.“Kenapa lagi Alin, kita pergi ke ruangan BK dan selesaikan masalah ini disana.”Alin mendekat, kembali menatap Gita yang sudah menangis tanpa suara sejak tadi.“Bu, maaf. Saya baru ingat. Saya yang salah masukin uang dalam buku Gita.”Semu
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 382. Mampir Saja.

Alin mengangguk dan mengikuti langkah Gita yang membawanya masuk ke dalam rumah itu. "Assalamualaikum," Gita mengucapkan salam, dijawab oleh Nita yang masih ada di ruangan tengah."Waalaikumsalam. Eh, Gita, sudah pulang?"Ketika menyambut uluran tangan Nita, Gita langsung memeluk Nita dan menangis tersedu-sedu. Nita pun terkejut."Ada apa, Gita? Kamu ada masalah di sekolah?" Tanya Nita sambil mengelus lembut kepala Gita. Gita belum menjawab, dia masih menangis tersedu-sedan. Nita kemudian menyuruhnya untuk duduk, dan dia ke belakang mengambil air minum. Dia menyuguhkan segelas air minum untuk Gita.Gita menerima air tersebut dan meneguknya. Nita menoleh pada Alin yang masih berdiri di sana. "Kamu temannya Gita? Duduk saja, Dek.""Iya," jawab Alin langsung duduk di sebelah Gita. Nita pun ikut duduk di depan mereka.Dia menatap Gita yang sudah mulai tenang. "Ada apa, Gita? Cerita sama Mbak Nita. Apa ada yang mengganggumu di sekolahan?"Gita menggeleng pelan.Tiba-tiba Alin bersuara, "Ta
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 383. Gertakan Alin

Nita dan Alin terkejut mendengar ucapan Kita. Kemudian Nita berkata, "Mana bisa seperti itu, Gita? Kamu harus tetap sekolah sampai lulus. Tidak akan terjadi apa-apa padamu, percayalah. Jika kamu benar, maka Allah akan melindungimu dan menjauhkanmu dari fitnah serta orang-orang yang tidak menyukaimu.""Iya, Mbak Nita, itu benar. Gita, kamu jangan menyerah ya. Aku akan menjadi temanmu yang paling setia. Percayalah, semua akan baik-baik saja," ucap Alin.Entah mengapa, Gita merasa ragu dan takut. Dia benar-benar ketakutan jika tidak bisa menghindari fitnah atau orang-orang yang tidak menyukai kehadirannya di SMA itu. Sementara itu, Nita tidak mungkin membiarkan Gita menghadapi masalah seorang diri. “Jika nanti ada masalah lagi, kamu jangan sungkan untuk bicara pada mbak Nita. Jika ada yang mengganggumu atau sudah keterlaluan padamu, maka Mbak Nita dan Mas Heru tidak akan tinggal diam. Kami akan datang ke sekolah untuk menyelesaikan masalahmu. Kamu harus belajar, Gita. Kamu harus terus se
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 384. Promosi dari Alin

Desi terkejut. Dia tidak menyangka jika Alin mengetahui semua itu. Wajah Desi sekarang pucat dan tubuhnya juga sedikit gemetaran."Jadi, nasib ayahmu ada di tanganmu, Desi. Jika kamu mau membantuku membongkar kebusukan Indah dan Ayu di depan Bu Siska, maka aku tidak akan mempengaruhi ayahku untuk memecat ayahmu. Tapi, jika kamu memihak Indah dan Ayu, aku cukup memberitahu ayahku bahwa anak dari seorang pekerjanya telah merugikan dan menggangguku di sekolah. Maka, pekerjaan ayahmu akan berakhir hari itu juga. Dan kamu sekeluarga pasti akan menderita. Bukankah itu adil untuk balasan seorang yang licik?"Mendengar ancaman Alim, Desi tentu saja ketakutan. Dia membayangkan jika ayahnya dipecat gara-gara dirinya, bukan hanya keluarganya yang akan kesulitan mencari nafkah, tapi dia juga akan mendapat amarah ayahnya. Desi pun merasa terjepit.Desi langsung meraih tangan Alin dan mata berkaca-kaca, "Maafkan aku Alin, sungguh bukan aku yang berpihak pada Indah dan Ayu. Aku sebenarnya juga tidak
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 385. Dukungan untuk Gita

Pada hari jadwal pembayaran tiba, uang dari Novel online diterima oleh Gita. Dia sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih tak hingga kepada Nita yang telah membuka jalan Rezeki ini. Kini, Gita sudah bisa mendapatkan penghasilan dari menulis novel. Perasaan bahagia dan senangnya hampir tak terkendali. Namun, meskipun Gita telah mendapatkan pembayaran rutin dari aplikasi novel, dia masih tetap bekerja pada Nita. Dia membagi waktunya dengan cermat, agar bisa tetap bersekolah, menulis, dan membantu pekerjaan Nita. Semua ini dia lakukan karena Gemilang, anak Nita, sudah mulai tumbuh besar dan tidak terlalu merepotkan lagi.Hari-hari berlalu dengan lancar dan tabungan di bank atas nama nenek Gita terus bertambah. Saat Nita melihat saldo tabungannya beberapa bulan terakhir, ia sampai tercengang. "Kalau begitu, kamu harus mulai memikirkan masa depan kamu Gita. Selain untuk ditabung demi adikmu bersekolah, kamu juga harus bersiap untuk merenovasi rumah nenekmu. Bagaimanapun juga, rumah it
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 386. Kenapa Kehidupan begitu Kejam?

Saat ini, Gita sudah menempuh pendidikan tinggi yang diambilnya dua hari dalam satu Minggu. Dia juga sudah menjadi guru honorer di salah satu SD di kampung mereka. Bu Mila, meskipun usianya sudah tua, tetap diberkahi panjang umur dan kesehatan yang baik.Lalu Anisa, kini sudah duduk dibangku SMA, sementara mereka tidak lagi bekerja untuk Nita. Namun, hampir setiap hari mereka akan datang ke rumah Nita untuk melihat Gemilang yang sudah bersekolah di SD dan membantu meringankan pekerjaan dapur Nita. Hubungan mereka tetap terjalin dengan baik tanpa sedikit pun ada kerenggangan.Kondisi saat ini sangat berbeda dari sebelumnya. Toko Nita kini semakin besar dan bahkan telah memiliki satu cabang di luar sana yang dikelola oleh adik perempuan Heru. Heru juga telah membeli dua truk besar yang dipercayakan kepada Adi dan Ak Rudi.Rumah Bu Mila kini telah direnovasi menjadi rumah batako yang cukup besar, meskipun pembangunannya belum sepenuhnya selesai. Mereka merenovasi rumah tersebut secara be
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 387. Ada Maling

"Mbak Nita, bagaimana kalau aku berhenti sekolah saja ya? Aku tidak usah melanjutkan, tidak apa-apa, Mbak. Biar aku bekerja saja di rumah Mbak Nita dan melanjutkan menulis novel," ucap Gita.Padahal, hanya sebuah tabung gas yang mungkin harganya tidak lebih dari 200 ribu. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang korupsi dan menggelapkan uang rakyat pulau ini hingga ratusan triliun? Kenapa tidak mereka saja yang diseret dan dipukuli oleh warga, bahkan bila perlu dibakar hidup-hidup karena telah menyebabkan rakyat pulau ini menderita. Gita menjadi geram sendiri memikirkan kekejaman orang-orang yang tidak punya perikemanusiaan dalam memperlakukan sesama manusia.Gita merebahkan tubuhnya sambil memandangi atap rumah yang belum terpasang plafon. Pikirannya masih gelisah, membuatnya berguling kesana-kemari di tempat tidur. Dia terus memikirkan nasib sang Bapak dalam video yang dilihatnya tadi, hingga akhirnya tertidur karena kelelahan.Sekitar pukul 02.00 dini hari, Gita terbangun dengan kei
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 388. Berusaha Membantu

"Aku kan pingin seperti Mbak Nita, Mas, yang suka berbagi."Heru mengangguk setuju, "Bagus itu, Gita. Berbagi itu mulia, apalagi di keadaan seperti sekarang ini." Gita hanya mengangguk, lalu melajukan motornya setelah menaruh barang yang dibelinya tadi.Namun, Gita tidak menuju ke sekolah. Sebaliknya, dia membelokkan motornya ke arah perkebunan sawit. Tujuannya saat ini adalah Pondok, tempat di mana Dodi tinggal bersama ibu dan adik-adiknya.Gita akhirnya tiba di pondok yang berada di tengah perkebunan pohon sawit itu. Dia memarkir motornya, lalu mengangkat dus mie goreng dan sekarung beras dan dibawanya menuju depan pondok.Pondok panggung itu terlihat sederhana dengan dinding yang terbuat dari triplek dan beratap plastik polybag. Dari belakang pondok, tiga anak kecil, satu laki-laki dan dua perempuan, berlari menghampirinya. Ketiga anak itu sepertinya hanya berbeda usia sekitar 2 tahun, yang tertua berusia sekitar 10 tahun."Mbak, mbak, cari siapa ya?" tanya anak perempuan yang beru
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 389. Akhirnya mau bercerita

Sore hari setelah pulang mengajar, Gita segera berganti pakaian dan langsung pergi ke rumah Nita tanpa makan terlebih dahulu. Bu Mila, merasa sedikit heran, tetapi tidak terlalu peduli. Mungkin saja Gita merindukan Gemilang dan bisa makan di rumah Nita, jadi Bu Mila tidak terlalu khawatir. Namun, ketika sampai di sana, Gita tidak langsung pergi ke rumah Nita, melainkan mampir ke toko untuk menemui Heru."Mas Heru, ada lowongan pekerjaan nggak sih di kebun Mas Heru atau di tempat lain?" Gita bertanya pada Heru. Padahal Heru belum sempat menyapa dirinya.Heru merasa heran, "Emang siapa yang mencari pekerjaan, teman kamu?""Iya, Mas. Temanku. Kasihan dia, Mas. Ibunya sudah tua, adik-adiknya banyak, dan dia sama sekali nggak punya pekerjaan. Untuk makan saja mereka sulit," jawab Gita, matanya terlihat sayu menatap kosong."Teman kamu siapa? Kok mau kerja di kebun? Apa dia laki-laki?" Heru menanyakan lebih lanjut, karena selama ini dia sangat mengenal Gita dan belum pernah melihat Gita mem
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 390. Mencarikan pekerjaan

Sore hari ini, Heru berniat menghubungi Adi untuk menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan di kebun. Namun, saat Heru baru saja menekan tombol panggilan, Adi tiba-tiba muncul di pintu toko. Heru pun tertawa terbahak-bahak."Kenapa kamu tertawa?" tanya Adi, yang juga ikut tertawa saat melihat Heru. Ponsel dalam saku Adi berdering, dan Adi pun iseng menjawabnya."Halo, Bos! Ada apa menghubungi saya? Apakah ada yang bisa saya bantu?" Heru semakin tertawa, begitu juga dengan Adi. Kemudian, Adi mematikan panggilan dan duduk di hadapan Heru. "Bisa nggak sehari aja nggak menghubungiku. Kok kayaknya Kamu sangat terpesona sama aku ya?" ujar Adi sambil tertawa, yang kemudian mendapatkan pukulan ringan dari Heru di bahunya."Panjang umur banget, baru aku telepon, eh malah langsung nongol aja!""Kita kan sehati, jadi aku tahu kalau kamu sangat mengharapkan kedatanganku, cie!" Adi berkelakar."Ngomong-ngomong, kalian butuh tenaga baru nggak? Aku ingin kalian mempertimbangkan satu orang saja." Ta
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more
PREV
1
...
363738394041
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status