Home / Romansa / Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan / Chapter 371 - Chapter 380

All Chapters of Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan: Chapter 371 - Chapter 380

405 Chapters

Bab 371. POV Bu Mila

"Apa Dokter pernah mendengar itu?"Dokter itu sejenak berpikir sebelum akhirnya menjawab."Meskipun saya belum pernah tau khasiat dari benalu itu sendiri, tapi saya pernah mendengarnya jika Di Eropa, benalu jenis Viscum album sudah sejak lama digunakan sebagai obat karena banyak mengandung senyawa aktif, seperti lectin viscotoxin, flavonoid-flavonoid, terpenoid dan alkaloid-alkaloid tertentu. Kandungan senyawa itu dapat digunakan untuk pengobatan penyakit kanker. Tapi selebihnya saya sebagai Dokter malah tidak mengetahuinya karena itu bukan di bidang saya." jawab Sang Dokter, membuat kelegaan sendiri di hati Rehan.Tiba-tiba Rehan meraih kedua tangan Bu Mila dan menggenggamnya erat."Bu, ku mohon bantu aku. Bantu Laura, bantu istriku. Obati Laura dengan kemampuan obat obatan herbal yang ibu ketahui.""Nak Rehan tidak perlu meminta, jika memang sudah setuju, mari kita pulang dan mulai pengobatan itu di rumah.""Terima kasih Bu. Terima kasih..!" Rehan melepaskan tangan Bi Sumi dan kemba
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 372. Ikut Paket

"Nggak usah, Mama. Kalian nggak usah kemari. Nanti saja kalau Laura sudah membaik. Bukannya apa, Laura ingin fokus pada kesembuhan Laura dulu."Bu Santoso tentu paham, Laura bukan keberatan mereka berkunjung, tapi waktu Laura memang perlu banyak dan Fokus untuk pengobatan. Ibu Laura mengerti dan mengiyakan."Langsung kabari kami jika ada apa-apa. Jangan ada yang disembunyikan dari kami ya, Nak?"Mereka mengakhiri panggilan.***Minggu demi minggu berlalu. Laura kini sudah rutin mengonsumsi ramuan benalu yang dibuat oleh Bu Mila. Dokter yang memeriksa Laura pun menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda sel kanker di rahimnya berkembang. "Bagaimana keadaan Mbak Laura, Mas? Apa sudah ada perubahan?" tanya Nita dengan nada khawatir saat ia menelepon Rehan. "Menurut dokter yang menanganinya, tidak ada perkembangan berarti pada sel kankernya. Sel kanker itu seperti terpotong. Hanya ada di tempatnya saja. Mungkin ini pengaruh dari ramuan buatan Bu Mila," jawab Rehan sambil tersenyum lega. "Semo
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 373. Dimintai Tolong

Gita kemudian menggeleng. "Nggak usah lah mbak, mas Heru. Males ribet aku tuh. Biar Anisa saja yang lanjut. Aku mau kerja di sama mbak Nita saja."Mereka hanya bisa menghela nafas saja. Biarlah, pikir Nita. Dia sudah mempunyai pikiran sendiri, saat mereka sudah pulang nanti akan sekali lagi merayu Gita agar mau melanjutkan pendidikan."Baiklah. Kita pikirkan nanti lagi setelah di rumah."Beberapa hari Mereka berada disana, sampai sudah beberapa kali juga Teh Ainun menelpon dan menanyakan kapan pulang. Ak Rudi juga menelpon Heru, menyuruh cepat pulang karena dia dan Adi sedang memanen buah raya. Heru harus ada dan melihat hasilnya.Akhirnya, mereka sepakat akan pulang besok pagi.Hari ini mereka menghabiskan waktu bersama."Mbak Laura benar-benar sudah sehat kan ya?" Nita bertanya lagi. Lagi karena ini sudah pertanyaan yang kesekian kalinya."Iya, Nita. Sudah. Kata dokter juga sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi.""Alhamdulillah kalau gitu. Jadi besok kami pulang ya. Cepat hamil ya? K
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 374. Asal kita berusaha dulu

Warga disini, bukan tidak tahu tentang Bu Mila ini. Mereka mendengar secara langsung cerita tentang kesembuhan Laura dari Bu Marni tentunya. Mereka mengagumi Bu Mila dan menganggap jika Bu Mila ini adalah seorang tabib tradisional.Bu Mila belum bisa menjawab, menoleh dulu pada Nita dan Gita."Mbak Nita, bagaimana ini?" Bu Mila bertanya dulu pada Nita untuk meminta pendapat."Kalau menurutku, Bu Mila bisa mencobanya dahulu. Tinggal beberapa hari lagi di sini. Anak-anak, biar sama kami. Nanti kalau masalah Bu Mila mau pulang, gampang. Ada mas Rehan juga kan?"Setelah berunding sejenak, pada akhirnya Bu Mila pun bersedia untuk tinggal lagi disini dalam beberapa hari ke depan.Tas ransel milik Bu Mila yang sudah masuk bagasi dikeluarkan lagi."Anisa jangan nakal ya, Nak? Yang pinter. Kan sudah gede. Jangan ngrepotin Mbak Nita dan Mbak Gita ya?" Pesan Bu Mila pada Anisa."Iya Nek, Anisa gak nakal kok."Mobil mereka akhirnya meninggalkan halaman rumah Bu Marni.Bu Mila kemudian kembali mas
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Bab 375. Ingin seperti Mbak Nita

Sementara itu, Bu Mila menyeduh Teh hitam."Berikan pada ibumu. Seorang yang sedang mengalami stroke, bagus minum teh hitam atau teh hijau. Tiga cangkir dalam sehari kalau bisa." Ujar Bu Mila pada anak gadis Pak RT yang merawat Ibunya."Jika di pagi hari, usahakan untuk membawa ibumu jalan kaki. Itu terapi ringan. Terapi bicara, dengan menuntunnya bicara secara pelan-pelan juga sangat bagus."Gadis itu mengangguk tanda mengerti.***Sementara itu, sekitar jam tiga Sorean, rombongan Gita sudah sampai di rumah.Tanpa pulang ke rumah mereka terlebih dahulu, Gita dan Anisa justru tepar di rumah Nita. Melihat dua anak itu langsung tepar di depan tv, Nita pun menyarankan agar mereka beristirahat di sini saja."Sana ke kamar depan aja Gita. Istirahat dulu."Gita mengangguk bangun sempoyongan dan langsung melangkah ke kamar diikuti Anisa.Gita langsung merebahkan diri tanpa ke kamar mandi dahulu. Rupanya Gita ini pemabuk perjalanan. Saat berangkat dari tempo lalu pun begitu. Teler sepanjang j
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Bab 376. Ada ide yang muncul

“Mbak, kok Gemilang sore-sore sudah tidur sih? Tumben amat.”“Iya tumben. Sepertinya itu pengaruh vitaminnya yang aku berikan tadi.Memang itu untuk anak lelap tidur, dan enak makan.” Jawab Nita.“Oh gitu. Ya pantas. Biasanya Gemilang betah sampai jam 8 jam 9. Kok ini tumben masih jam 7 sudah tidur.” ujar Gita.“Makan sana, Gita. Sayur tadi masih banyak loh.” ucap Nita, sambil dia mengangkat tubuh Gemilang dan memindahkannya dalam kamar.Gita hanya mengangguk, dia masih terdiam duduk di samping bekas tidur Gemilang tadi sambil menatap TV yang menyala, tetapi pikirannya tidak ke TV itu.Nita keluar setelah membaringkan tubuh Gemilang di tempat tidur. Dia melihat Gita. Gadis itu sepertinya sedang dalam masalah terlihat dari wajahnya yang murung. Nita menghampir, duduk di sebelahnya sambil meraih remote TV. Dia mengganti channel lalu bertanya tanpa melihat ke arah Gita.“Ada apa, kok sepertinya murung?”Gita menghela nafas.“Mbak Nita, katanya mau ajari aku nulis novel. Kapan?”Nita seka
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Bab 377. Seperti Adik kandung

“Nenek malas lah. Anisa ketakutan tuh. Nanti mau pipis aja minta anter. Padahal Nenek cuma punya cerita legenda mistis aja.”“Ayolah Nek, cerita. Gita mau mendengarkannya. Gita kan sedang cari inspirasi untuk belajar menulis novel seperti mbak Nita.”Anisa dan Bu Mila langsung menoleh pada Gita. “Benar seperti itu?” Tanya neneknya.“Iya, Gita juga masih belajar menulis kok. Apalagi bulan depan kan Gita udah mulai masuk sekolah. Jadi ini kesempatan Gita.”“Baiklah, kalau begitu nenek mau cerita lagi. Tapi ini bukan tentang horor ya, cuman tentang mistis saja. Biar Anisa nggak takut.” jawab Bu Mila ,membuat Gita tersenyum senang. Kemudian naik ke atas kasur nenek dan tiduran di sebelah nenek. Sementara Anisa, nyempil di tengah-tengah mereka karena takut.Nenek memulai bercerita.“Ini tentang sebuah danau angker yang dihuni oleh siluman buaya putih.”“Wah, sepertinya sangat menarik ini.” ujar Gita, rasa tak sabar mendengar cerita Neneknya.“Tidak tahu, ini adalah kejadian betul atau tida
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Bab 378. Hari Pertama Gita

Gita menoleh, matanya bersinar saat menyadari Nita tengah memperhatikannya yang terus terusan membenahi jilbabnya di depan cermin. Pipinya memerah, ia tersenyum tersipu, "Pantes nggak sih, mbak, aku berpakaian seperti ini?" tanya Gita dengan suara gemetar.Nita tersenyum hangat, ia mengerti bahwa Gita merasa tidak percaya diri dan tegang. Dengan lembut, ia menenangkan, "Tentu saja pantes lah. Malah sangat cantik, dengan pakaian seragam putih abu-abu ini. Sana, cepat berangkat, belajar yang rajin, ya." Nita menyodorkan tangannya, dengan penuh hormat, Gita mengulas senyuman, lalu menyambut tangan Nita dan menciumnya sebagai tanda rasa terima kasih dan hormat.Uang pecahan 50 ribu di ulurkan Nita. “Uang jajannya.”“Banyak amat mbak.”“Ya untuk besok lagi, atau sebagian di tabung.”Gita memberi gerakan hormat, kemudian melambaikan tangannya sebelum akhirnya keluar rumah sambil tersenyum lebar.Dia melihat Heru sudah memanaskan motor, menenteng helm khusus milik Gita.“Nih, berangkat lah.
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 379. Dikerjain

"Eh, iya. Sama dia juga." Alin, si gadis remaja itu, menunjuk Gita sambil tersenyum. Gita tersenyum malu-malu pada mereka, lalu satu per satu mereka saling memperkenalkan diri, menyebut nama dan asal sekolah masing-masing.Terungkap bahwa Alin merupakan murid terfavorit ketika masih di SMP dan termasuk anak orang kaya di kampung ini. Orang tuanya memiliki usaha perkebunan sawit dan tambang timah yang sangat luas. Bahkan, Alin selalu diantar dengan mobil mewah ke sekolah.Kebetulan rombongan tim Gita ini berasal dari SMP yang sama dengan Alin. Semua tampak sumringah dan bersemangat karena bisa satu tim dengan Alin, yang dikenal sebagai murid unggulan dan memiliki reputasi baik. Euforia mereka semakin terasa ketika bersama-sama menghadapi berbagai tantangan dalam kegiatan tim mereka nanti.Di tengah keramaian, Gita merasa cemas dan gugup saat mereka mulai bertanya tentang latar belakang serta asal sekolahnya. Tangannya terketar-ketar, dan suara jantungnya terdengar keras di telinganya.
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 380. Interogasi

“Munak siapa?” Gita berpikir, sepertinya tidak ada yang namanya munak?Alin cekikikan kecil, “Itu tetanggamu yang reseh itu.”“Oh, hehe. Ada masih. Dia yang jatuhin ayam sambalku tadi, katanya dia yang mau beresin meja.”Alin hanya mendekikkan bahunya, dan melangkah masuk bersama Gita.Saat mereka mau masuk, Indah dan Ayu Sudah keluar dari kelas.“Mejanya udah bersih, Gita. Maaf ya udah ganggu makan kamu, kalau gitu aku permisi.” Belum juga sempat Gita menjawab, Indah dan Ayu sudah nyelonong pergi.Gita tidak ingin memikirkan itu, meskipun sedikit merasa aneh saja dengan sikap mereka hari ini. Tumben kok baik.Dia melanjutkan makannya, begitu juga dengan Alin.“Aku malas kalau ada mereka, selera makanku langsung kacau rasanya.” Ujar Alin.Gita tersenyum, “Nggak tau juga, kenapa mereka tiba-tiba baik padaku? Biasanya selalu judes.” Ucap Gita.Alin menoleh, menatap Guta sekilas. Dia juga berpikir demikian.Saat jam istirahat telah usai, wali kelas sudah masuk kembali. Bu Siska memberi p
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more
PREV
1
...
363738394041
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status