Semua Bab Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan: Bab 361 - Bab 370

405 Bab

Bab 361. Sepasang suami istri berhati mulia

"Mas Heru, aku takut." "Ya Allah!" Heru tertegun melihat Anisa menutupi seluruh tubuhnya dengan sarung. Sementara lantai rumah Mereka sudah mulai basah karena bocor. "Sini Nak, ke rumah mas Heru saja. Tadi mbak Gita mau jemput kamu, tapi takut. Makanya Mas Heru saja yang jemput kamu. Ayo." Heru memasang punggungnya. Tapi Anisa malah mundur dan tampak segan. Heru menoleh, melihat keraguan di mata anak itu. "Ayo, nggak papa. Takut petirnya tambah banyak." Heru mendesak. Meskipun dengan ragu-ragu, Anisa pada akhirnya pasrah. Meraih dua pundak Heru. "Pegang payung kuat-kuat. kita harus lari! Hehe.." Heru berkata demikian tapi dengan sangat lembut. Heru berlari-lari di bawah hujan yang mulai deras. Orang-orang yang belum menutup pintu melihatnya. "Ya ampun, gak istrinya dan suaminya berhati mulia. Sangat baik. Tau kakaknya kerja di rumah mereka, adiknya juga dijemput karena ujan gede." "Iya. Mereka itu baik banget. Tau kalau Bu Mila nggak di rumah." Heru sudah mencapai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-21
Baca selengkapnya

Bab 362. Merasa Dilema

Timah kotor? Tentu saja yang mereka dapatkan masih Timah kotor. Masih harus ada proses pembersihan lagi, memisahkan Timah bagus dan jeleknya. Itu yang akan dilakukan Bu Mila dirumah. Karena untuk bagian yang ini Gita belum paham. Mereka baru akan berbondong bondong pulang saat Para pekerja sudah selesai juga. Kadang sampai habis magrib, tak jarang sampai jam 8 malam. "Timahnya jelek, Bu. Cuma berani lima puluh ribu ini." Tawar seorang pembeli yang biasa masuk untuk membeli timah dari mereka ketika Bu Mila menunjukan timah yang berhasil mereka kumpulkan. "Kok murah banget? Tambahin Mas." Pinta Bu Mila. "Timah anjlok harganya, Bu. Gak berani lagi." "Nggak usah lah nek, tar malam titip pakde aja. Sayang. " Bisik Gita. Merasa sangat sayang. Timah hasil mereka seminggu, mungkin hanya sekitar tiga empat kilo, dihargai lima puluh ribu sekilo? Gita menggeleng, "Nanti aja Mas." Orang itu tidak bisa memaksa, segera pergi meninggalkan Mereka. Malam harinya, Gita membawa timah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-21
Baca selengkapnya

Bab 363. Gajian pertama

"Teh, ini mah ukuran Anisa nih!" ucap Gita dengan kening berkerut saat memeriksa nomor sepatu itu. "Ya udah ambil aja. Lumayan. Gak usah beli. Ini masih baru lho. Ada kok kotaknya. Bilang aja kalau kamu baru beli," sahut Teh Ainun sambil tersenyum, lantas mengambil kotak kardus sepatu tersebut. Gita menatap sepatu itu ragu-ragu, "Tapi Teh, sepatu ini mahal harganya. Emang nggak papa kalau untuk Anisa?" Teh Ainun menepuk bahu Gita perlahan, "Ya nggak papa. Lagian nggak ada yang makai. Nawaf sama Arsha kakinya gede-gede. Mau buat adik mereka ya entah kapan." Gita menghela nafas, bersyukur dalam hati. Sepatu itu memang masih baru dan harganya juga 200 ribuan lebih. Namun, Teh Ainun tulus memberikannya tanpa ragu meskipun harganya cukup mahal. "Taruh sini dulu, kamu ikut aja Ak Rudi ke pasar. Jual timah kamu sendiri, nanti Ak Rudi yang jualin. Biar bisa liat aja. Biar tau harga," kata Ak Rudi sambil tersenyum. Gita akhirnya mengangguk dan setuju. Meskipun sudah mendapatkan sepatu untuk A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-21
Baca selengkapnya

Bab 364. Membayar Hutang Almarhum.

Bu Mila menatap Gita dengan terkejut ketika mendengar gaji yang diterima anak itu. Sebagai seseorang yang masih dianggap belum cukup umur, rasanya tak seimbang jika Gita menerima upah sebesar itu, seakan tak sesuai dengan tenaga yang dia keluarkan. Namun, Gita segera menjelaskan alasan Nita memberinya gaji semampai itu. Mendengar penjelasan tersebut, ekspresi Bu Mila berubah menjadi lega dan bersyukur. Ia mengucap syukur berkali-kali, matanya berkaca-kaca. Lalu, dengan nada serius dan penuh kasih sayang, ia kembali memberi petuah dan pesan kepada Gita. "Gita,jagalah dirimu dan kepercayaan yang diberikan mbak Nita dan suaminya," ucapnya dengan lembut, menegaskan agar Gita selalu berhati-hati dalam menjalani pekerjaannya. Gita mengangguk, dia akan selalu mengingat pesan neneknya. "Nek, beli asbes ya? Untuk ganti yang pecah. Biar nggak bocor lagi rumahnya," ujar Gita, menatap mata neneknya yang penuh harap. Bu Mila mengangguk, wajahnya terpancar kebahagiaan yang mendalam. Tentu saja, se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab. 365. Hidup damai tanpa beban

Terkadang baik Anisa maupun Nenek mereka, sekali waktu menginap di rumah Nita karena ajakan Gita yang memang diminta oleh Nita sendiri untuk menginap."Tar malam ajak Anisa sama Nenek minep sini aja Gita. Kita mau bakar ayam, sama teh Ainun.""Hehe.. asyik. Seru-seruan kita ya?""Tentu dong. Sesekali kita seru-seruan, biar hidup gak terlalu tegang."Padahal Nita, ingin merayakan hari jadinya dengan Heru. Tanpa Pesta, hanya sekedar mengajak mereka makan-makan saja."Bikin roti bolu ya mbak? Nanti aku yang bikin sama Teh Ainun.""Oke."Mereka tanpa terasa telah menjalin Kekeluargaan dengan begitu erat dan dekat. Bercanda ria bak keluarga besar.Keluarga Gita dengan Nita dan Heru, keluarga Teh Ainun, juga Keluarga Adi. Mereka menjadi seperti Keluarga meski tanpa adanya hubungan darah.***Suatu pagi, Bude Gita mendatangi mereka. Kebetulan Gita sudah kembali dari rumah Nita."Gita, kamu udah gajian belum? Bude pinjem 300 aja untuk berobat pakde kamu. Tadi pinjem mas Har, katanya belum adq
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab 366. Menantu yang manis.

Tak lama dari anak kecil itu berlalu, datang dua orang anak gadis sebelum Laura sempat duduk kembali."Mbak Laura. Belanja.""Eh, iya. Nona nona cantik. Mau belanja apa ini. Duh, cantik cantik Banget sih? Anak siapa lho kalian ini?" Dua gadis itu tersipu dengan pujian Laura."Hehe.. cantikan mbak Laura lah. Mana cantik, putih, mulus. Baik banget lagi." Dua gadis itu tak kalah, memuji Laura."Cantikan kalian dong. Kalian aja yang belum sadar." Jawab Laura."Di Desa ini memang gadisnya pada cantik semua ya? Mbak Laura lho sampai heran.""Perasaan mbak Laura aja kali. Kami mah, dekil begini dibilang cantik."Tiga wanita beda usia itu pun tertawa bersama."Beli lotion pemutih dong mbak? Ada kan? Biar kita putih kayak mbak Laura." Ucap satu gadis."Ada. Banyak. Ini bisa, lebih cepat untuk memutihkan, tapi harga lumayan mahal. Kalau yang ini, bagus juga. Harganya agak murah tapi ya agak lama efeknya. Ayo pilih yang mana?" Laura menunjuk satu persatu jenis lotion dari balik etalase kaca."Eh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab 367. Susah Bukan Hal Wajar

Usia pernikahannya sudah hampir 4 bulan. Padahal dia tidak memakai KB apapun, tetapi sampai sekarang dia belum juga ada tanda-tanda hamil atau ngidam.Laura mendengus, tapi tidak merasa khawatir tentang hal ini karena Rehan sendiri sama sekali tidak menuntutnya agar cepat hamil. Katanya anak itu rezeki, harus bisa menerima kapanpun Allah akan memberi. Ditambah Bu Marni yang selalu mengatakan, tak perlu buru-buru. Penting jangan ber-KB saja. Hamil kapanpun tak apa. Kecuali kalau sudah menikah selama bertahun-tahun tapi belum hamil juga, baru boleh khawatir. Baru boleh pergi ke dokter untuk cek kesuburan. Baru tak masalah ikut program hamil.Laura tersenyum, meski dalam hati dia tidak bisa memungkiri jika ingin sekali cepat bisa hamil. Kasihan suaminya, sudah sangat dewasa usianya. Seharusnya sudah memiliki anak dua atau tiga.Sekitar jam satu siang, Rehan terlihat sudah pulang. Sampai dirumah dia langsung mencari istrinya."Laura masih di toko. Bandel istrimu tuh, ibu suruh tutup aja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab 368. Terkena Kanker

Setelah menyampaikan keluhannya pada seorang resepsionis, mereka dianjurkan untuk berkonsultasi langsung pada dokter spesialis kandungan.Rehan mengangguk begitu juga dengan Laura.Tak butuh waktu lama, mereka sudah dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan khusus dokter spesialis kandungan.Namun setelah mendapatkan pemeriksaan dari sang dokter, dokter itu justru memberi surat rujukan yang mengharuskan mereka untuk mendatangi Dokter Onkologi Ginekologi. (Onkologi ginekologi adalah bidang spesialisasi kedokteran yang berfokus pada kanker saluran genital wanita. Kanker ovarium, kanker rahim, kanker vag*na, kanker serviks, dan kanker vulva adalah jenis-jenis kanker yang ditangani oleh spesialis onkologi ginekologi.)Jantung Rehan sudah mulai berdebar kala itu. Perasaannya seketika tidak enak. Tetapi dia harus kuat dan Laura memang harus mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.Rangkaian pemeriksaan kemudian dijalani oleh Laura. Dari USG sampai Inspeksi Visual Asam Asetat ( IVA ), laluPap Sme
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-23
Baca selengkapnya

Bab 369. Tanya Pada Nenek

Rehan menunduk, meremas kuat jari jemari Laura. Mendadak dunia mereka terasa gelap gulita. Kebahagiaan yang selalu menyertai kebersamaan mereka selama ini seperti terhempas badai begitu saja.Rehan memejamkan matanya. Berpikir dan terus berpikir. Kemudian dia membuka matanya dan mendongak untuk menatap Sang dokter."Aku tidak peduli dengan kehamilannya. Bagiku, Istriku yang paling penting. Anak bukan prioritas utama dalam pernikahan."Dengan wajah yang kembali pucat dan tubuh bergetar menahan kesedihan yang memuncak, Rehan menoleh pada Laura.Tetapi tiba-tiba Laura bangun dari kursi."Jangan katakan jika kamu mau aku mengangkat rahimku, Rehan!""Laura, tidak ada cara lain yang lebih baik.""Tidak! Aku tidak mau dioperasi. Aku tidak mau mengangkat rahimku. Aku ingin bisa hamil, aku ingin punya anak!""Aku tau itu. Tapi Laura, tolong dengarkan aku. Penyakit ini berbahaya dan bisa menyebar!'"Tidak Rehan! Aku tidak peduli! Bagaimana nasibku jika tanpa keturunan? Bagaimana rumah tangga ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-23
Baca selengkapnya

Bab 370. Obat Tradisional

"Bener mbak. Coba deh tanya sama nenek. Biar lebih jelas."Nita langsung berdiri. "Ayo ke rumah kamu, Gita. Nenek ada kan?""Ada Mbak. Ayo.""Kami orang zaman dulu, mbak Nita. Mana ada yang sanggup melakukan operasi. Bukan cuma kendala di biaya, karena dulu belum ada yang namanya BPJS. Tapi juga karena kampung terpencil, jauh dari rumah sakit besar yang bisa melakukan tindakan operasi. Kami harus keluar kota, bahkan ke ibu kota negara ini jika akan Operasi. Jadi nenek Moyang kami, hanya menggunakan ramuan, atau daun yang dianggap bisa menyembuhkan segala penyakit." Jelas Bu Mila.Saat Nita sudah datang dan bertanya sesuai dengan apa yang didengarnya dari Gita tadi.Nita duduk bersimpuh diatas tikar berhadapan dengan Bu Mila. Sementara Gemilang dibawa main oleh Gita dipelataran."Bu Mila, jika kami atau lebih tepatnya kakakku meminta tolong pada Bu Mila, apa Bu Mila bersedia?"Bu Mila langsung mengangguk tanpa ingin memikirkan dulu. "Tentu saja. Saya pasti bersedia. Dengan senang hati,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3536373839
...
41
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status