All Chapters of Ternyata Suamiku Bukan Pria Biasa: Chapter 211 - Chapter 220

355 Chapters

BAB 209 : Menemukan Pemilik Nomor Itu

Arion baru selesai berbicara dengan dua orang anak buahnya yang mendapat tugas untuk memantau pihak pembeli senjata ilegal pada kelompok misterius yang diyakini dipimpin oleh orang buruan Arion.Mereka masih belum mendapatkan petunjuk pembeli itu melakukan kontak lagi dengan kelompok tersebut atau tidak.Arion memejamkan mata ketika ia bersandar ke kursi besarnya. Ia mengurut pelipisnya dengan tangan yang sikunya bersandar di armrest.Terasa sedikit penat, namun ia tidak boleh dan tidak mungkin akan menyerah sebelum ia berhasil menemukan jejak pembunuh itu.Bertahun-tahun mengejarnya dan masih minim petunjuk, Arion tahu orang tersebut bukanlah orang sembarangan dan seorang penjahat profesional dengan kelompok yang terorganisir dengan sempurna.Jika tidak, bagaimana bahkan ayahnya saja tidak berhasil memburu dan menangkap pembunuh itu?Ketika sang ayah menyerah dan mengalihkan semua kemarahannya dengan tenggelam pada pekerjaan, saat itu pula Arion bertekad meneruskan pencarian dan mene
Read more

Catatan Author

Dear ReeFellows!! Numpang curhat di Minggu Malam ini ya… Rencana Author, bulan ini Elara dan Arion akan tamat. Author mohon maaf sebelumnya, jika teman-teman merasa cerita bertele-tele atau kepanjangan dan lainnya. Izinkan Author menjelaskan sedikit ya.. Dalam cerita ini plot dan alur yang Author buat sudah berdasarkan perencanaan --ya well, mungkin ada improvisasi di sana-sini sambil mendengarkan request dari teman-teman. Author memang membuatnya panjang, karena ada ketentuan jumlah kata yang harus dicapai, untuk mendapatkan bonus dari GoodNovel. Bonus itu lumayan lah buat Author healing healing dulu, sebelum Author membuat buku baru. Hihihi… (Sekalipun hobi, tapi tetap harus menghasilkan kan yaa… ^.^! ) Menulis adalah hobi dan sampingan Author, tapi bukan berarti asal. Karena Author ingin teman-teman ikut merasakan apa yang para karakter rasakan di cerita ini. Hal itu memang cukup menguras energi. (Bayangin teman-teman kalau habis nangis dan marah, pasti capek kan? Itu karena a
Read more

BAB 210 : Sesuatu Terjadi

Tubuh Isabelle bergetar. Ia menangis dan terbata saat mencoba berbicara. “Bu-bukan… aku… aku tidak tahu apa-apa, Arion…”“Jangan buat aku mengobrak abrik semua hal di tahun itu, Nona Goldwin. Kau bisa mempermudahnya, atau mempersulitnya. Itu pilihanmu.” Ancaman itu jelas nyata dari sorot dingin Arion.Isabelle menggigit bibirnya kuat-kuat.“Kau tidak mau bicara? Baik, jika demikian jangan salahkan aku mencari tahu semua yang terjadi di tahun itu. Setelah aku mengetahui semua, jangan harap aku akan mengampuni keluarga ini.”Isabelle menatap wajah teguh tanpa tergoyahkan milik Arion yang disertai tatapan dingin yang mengoyak.Belum pernah sebelumnya perempuan itu mendapatkan dingin dan tajamnya tatapan dari Arion.Sementara Arion yang melihat Isabelle masih diam, membalikkan tubuh hendak berjalan keluar.Isabelle yang melihat itu, dengan panik berusaha bangun dari tempat tidur.  Dari ultimatum Arion tadi, ia tahu Arion tida
Read more

BAB 211 : Pembunuh

Di depan kediaman keluarga Goldwin.Langkah Arion terhenti sejenak, merasakan getaran yang berasal dari ponsel miliknya di saku bagian dalam jas yang ia kenakan.Sejak terbang kembali ke Sacramento, posisi ponsel Arion diubah menjadi mode getar dari berdering.Itu karena Arion yang marah dan tidak ingin terganggu saat menuju kediaman Goldwin. Begitu pula ketika ia berada di dalam kamar Isabelle tadi.Begitu seriusnya Arion, ia tidak merasakan ternyata ada panggilan masuk dari sang istri.Ia mengeluarkan ponsel dari saku dan segera wajah kaku dan muram Arion berubah melembut saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.“Yes Honey?” Arion menyapa penuh kasih.Detik berikutnya, wajah pria tampan itu kembali menegang --kali ini dengan kilatan terkejut yang melintas cepat di kedua iris kelabunya.“Apa?! Granny di mana sekarang?!” Kaki Arion melangkah panjang dan cepat menuju mobil mewahnya yang menunggu di depan. “Aku kesana s
Read more

BAB 212 : Memeriksa Semuanya

“Granny, apa maksud--”Tiiiitt!Bunyi nyaring yang berasal dari monitor lima parameter, menunjukkan tanda vital elektrokardiogram yang meningkat secara abnormal.“Granny!”Dokter langsung mendekat dan memberi kode kepada para perawat.“Granny--” Arion terbungkam dengan tatapan mata nanar ke arah Nyonya Besar Young yang kini telah terpejam lagi dengan wajah pucat seputih kapas.Perawat dengan gegas meminta Arion, Elara juga Arthur untuk keluar dari ruangan perawatan intensif tersebut.Elara yang masih membeku pun terseret oleh dorongan perawat lainnya yang memohon agar wanita muda itu pun keluar ruangan.Pintu tertutup.Menyisakan wajah-wajah pias dan tegang Arion, Arthur, juga Elara.* * *“Apakah tidak ada kabar dari Mr. Ellworth?” Asisten Ethan bertanya.Pria muda dengan manik birunya yang menawan itu menggeleng sambil melihat layar ponsel. “Tidak apa. Mungkin Mr. Ellworth sedang sibuk.” Ia lalu memutuskan panggilan ke nomor Arion yang tidak kunjung dijawab.Keduanya baru saja mendar
Read more

BAB 213 : Interogasi

Ini adalah malam yang menyiksa.Elara duduk diam dan hanya mampu menatap langit-langit kamar megah di kediaman Young. Arion mengirimnya pulang untuk beristirahat.Sementara pria itu sendiri masih berada di Rumah Sakit.Kedua kelopak mata Elara sedikit membengkak, entah berapa lama ia menangis, menyesali juga mengutuk dirinya sendiri.Meski Arion tidak berkata apa-apa setelah penjelasan dokter tentang hasil uji laboratorium sampel herbal itu, namun pria itu betul-betul hanya diam bahkan sedikit mengacuhkan Elara. Masih lekat dalam ingatan Elara tatapan kosong Arion yang sangat berbeda dari pria itu biasa menatap dirinya.Tidak ada kehangatan dari pancaran kelabu milik sang suami yang biasa ia temukan setiap kali mereka beradu tatap.Bahkan Arion terlihat menghindari bersitatap dengannya. Hingga akhirnya Arion menyuruh Elara untuk istirahat di kediaman Young ini dan menunggu pria itu di sini.Entah apa yang akan dilakukan Arion, Elara mengembus napas. Ia tidak bisa membantah dengan ko
Read more

BAB 214 : Tidak Ingin Melihatnya

Seorang perawat lengkap dengan masker yang menutupi bagian bawah wajahnya, melangkah dan berhenti di depan ruang NICU.Tangannya membawa catatan medis dan satu labu cairan infus.Ia mengangguk pada dua orang penjaga dengan setelan jas hitam di depan pintu ruangan.Penjaga itu memeriksa name tag si perawat dan melihat sekilas peralatan yang dibawa perawat tersebut, sebelum kemudian menggeser badan mereka mempersilakan si perawat masuk.Perawat itu mengangguk, lalu dengan tenang melangkah masuk ke dalam ruang NICU yang dikhususkan merawat Nyonya Besar Young.Dengan langkah yang tetap tenang, ia mendekati brankar wanita tua itu dan memeriksa monitor, lalu mencatat dan mengganti kantong infus.Semua tampak prosedural hingga kemudian matanya melirik sekilas ke arah pintu dan melalui kaca vertikal ia bisa melihat kedua pengawal di luar sana yang membelakangi.Perlahan, perawat itu mengeluarkan suntikan dari balik bajunya, kemudian menyuntikkan dengan cepat dan efektif ke selang infus Nyonya
Read more

BAB 215 : Seharusnya Mempercayainya

Ethan terbangun dari tidurnya.Tangan pria tampan bermata biru itu terangkat mengusap wajah kemudian sedikit mengurut pelipis dengan pelan.Ini bukan jetlag, tujuh jam penerbangan memang melelahkan, tapi ia telah terbiasa.Ada sesuatu yang terasa mengganggu --Ethan tidak tahu itu apa, namun hatinya terasa gelisah.Ia pun menyalakan lampu tidur dan bangun duduk bersandar pada headboard. Menyapu sekejap pada sekeliling, ia lalu mengambil ponsel dan melihat angka tertera di sana.Itu adalah jam lima lebih lima dini hari.Jarinya kemudian bergerak membuka aplikasi pesan instan dan mengernyit saat mengetahui pesan yang ia kirimkan pada Elara telah terbaca, namun tidak ada satu pun balasan dari wanita cantik bernetra zamrud tersebut.Pun demikian dengan Arion.Mitra kerjanya itu tidak memberikan kabar apapun sejak terakhir Ethan mengabarkan dirinya telah tiba di Los Angeles sore tadi.“Kompak sekali mereka sibuk… Seperti yang saling berhubungan saja,” gumam Ethan pelan. Ia turun dari ranjan
Read more

BAB 216 : Senjata Paling Mematikan

Isabelle tersenyum lebar setelah membaca pesan dari satu nomor kontak bahwa ia telah mengirimkan foto sesuai arahan Isabelle.Jemari lentiknya baru saja meletakkan ponsel setelah menghapus pesan masuk tadi, ketika ponsel itu berbunyi. Seseorang meneleponnya.Kening Isabelle berkerut saat melihat deretan angka di sana.Dengan gusar ia menggeser panel jawab dan langsung menyemburkan kemarahan. “Apa kau gila?! Mengapa kau meneleponku?!”‘Nona, ini mendesak. Berita baru dari Rumah Sakit sudah masuk.’“Apa?!” desak Isabelle gusar dan tak sabar.‘Nyonya Besar Young meninggal.’Isabelle tertegun. “A-apa katamu?”‘Nyonya Besar meninggal. Katanya terjadi komplikasi dengan efek samping dan serangan jantung.’“Bagaimana bisa?! Apakah kau kelebihan dosis?!”‘Tidak Nona! Itu sudah sesuai dengan takaran yang diberikan pada saya. Saya hanya
Read more

BAB 217 : Ingin Memaki Dirinya

Langit musim panas masih secerah biasanya, namun awan hitam menggelayuti sanubari Arion Ellworth.Pria tampan yang mengenakan setelan formal itu menunduk. Tidak ada yang bisa melihat sorot kelabu indah miliknya, karena tertutup kacamata hitam yang bertengger di pangkal tulang hidungnya.Wajahnya mengarah ke satu titik.Peti mati berukiran indah itu telah diturunkan dan tanah telah rata menutupi hingga ke permukaan.Warna hitam mendominasi di area pemakaman khusus milik keluarga Ellworth. Satu persatu orang-orang berpakaian gelap yang hadir di sana, berpamitan, hingga pada akhirnya menyisakan empat sosok yang masih berdiri di tempat.Arthur menapak mendekati Arion lalu menepuk bahu pria tampan itu. “Dia telah tenang di sana. Kau… pulanglah ke Grand Haven.”Usai berkata demikian, Arthur bersama Lenora dan satu asisten Arthur pergi meninggalkan Arion yang bergeming di sana sendiri.Tidak ada pelukan. Tidak ada kata-kata penghiburan yang terdengar ramah di telinga.Arthur memang seperti it
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
36
DMCA.com Protection Status