Semua Bab Cinta Sang Dokter Miliuner: Bab 21 - Bab 30

39 Bab

BAB 21 Ingatan Radit

Ingatan RaditRaya sampai di kedai ayam cepat saji, dia segera memarkirkan motornya, lalu masuk ke dalam kedai. Dia segera menuju ke arah ruang ganti karyawan, membuka loker, lalu memasukkan barang barangnya ke dalam loker besi yang bertuliskan namanya.“Sial, seharusnya aku tidak mengambil itu,” ucapnya seraya melihat ke arah susu diet milik ibu tirinya yang sudah berada di dalam loker.Raya terlihat kembali menghela nafas panjang, sungguh pagi yang berat, harus mendengarkan ocehan dari wanita wanita yang merasa dari kelas atas itu.“Ada apa Raya?” tanya Anna.“Ah tidak apa apa, hanya bertemu dengan seseorang yang seharusnya tidak aku temui,” ucap Raya.“Ya, hidup kadang memang seperti itu, bertemu dengan seseorang yang tidak ingin kita temui, mendatangi tempat yang tidak ingin kita datangi dan menjadi seseorang dan menjalani hidup yang sebenarnya tidak ingin kita jalani, begitulah,” ucap Anna“Ya, begitulah,” ucap Raya yang kemudian mereka berdua berjalan menuju ke arah dapur.Di da
Baca selengkapnya

BAB 22 Sebuah Rencana

Sebuah RencanaRadit terlihat bertemu dengan Tantowi, sahabatnya yang juga sahabat Raya, di salah satu cafe mewah yang ada di Jakarta.“Apa kamu sudah bertemu dengan Raya?” Tanya Tantowi seraya menghisap sebatang rokok.“Ya, seperti yang pernah kamu katakan, dia benar benar Raya,” ucap Radit yakin.“Aku sudah mengatakannya padamu, aku tidak mungkin salah, dia Raya,” ucap Tantowi.“Apa rencanamu selanjutnya?” Tanya Tantowi.“Entahlah, aku masih belum tahu, bagaimana jika Raya masih mengidap PTSD, itu akan membuatnya kesulitan kembali ke duniannya lagi,” ucap Radit.“Itu tugasmu, kamu mencintainya, kamu harus memperjuangkannya, jangan seperti tai yang hanya hanyut mengikuti arus,” ucap Tantowi.“Apa kamu mau berkencan dengan salah satu pasienmu? Kamu harus mulai memikirkan dirimu sendiri, segera datang, pepet, tid-uri, ham-ili, nikahi, restu akan dengan mudah kamu dapatkan” ucap Tantowi, lalu dia tertawa dengan begitu keras.“Kamu harus mulai mengatur cara bicaramu, bedakan antara di pa
Baca selengkapnya

BAB 23 Jiwa Sosial Tinggi

Jiwa Sosial Tinggi Raya tersenyum, seraya melihat Rohaya meninggalkan kamarnya. Ibu tiri yang usianya lebih terlihat seperti seorang kakak, terdengar cukup kejam dengan kata kata bernada tinggi, juga tidak jarang dibubuhi umpatan. Namun Raya juga menyadari sesuatu hal, ada perasaan kasih yang ada di sudut hati terdalam Rohaya, naluri seorang ibu, Raya merasakan itu, dalam setiap sentuhan kecil, perhatian kecil yang terbalut emosi dan kata kata kasar Rohaya. Rohaya mengurus ayahnya, yang merupakan suaminya dengan cukup baik. Entah dengan alasan apapun, walaupun tujuannya ingin menguasai toko ayahnya, namun dia mengurus ayahnya dengan baik. Tidak meninggalkan ayahnya saat dalam keadaan sakit, walaupun sebenarnya, dengan wajah cantiknya dia bisa mendapatkan laki laki yang lebih baik dari ayahnya. Raya memejamkan matanya, dia benar benar mengantuk, tidak sanggup untuk beranjak dari tempat tidurnya. “Au...” Raya memekik ketika mendapati sebuah bantal melayang dan hinggap tepat di wajahn
Baca selengkapnya

BAB 24 Sifat Laki-laki

Sifat Laki-laki Tantowi terlihat berjalan ke arah ners stations, tempat di mana beberapa perawat sedang berkumpul.“Hai Girls, bagaimana hari ini, secerah matahari pagi atau hanya mendung yang merindukan hujan? kalian harus selalu bersinar dengan kebahagiaan, supaya semua pasien merasakannya,” ucap dokter Tantowi pada tiga orang perawat yang ada di sana.“Dokter Tantowi, kami berusaha selalu bahagia seperti dokter, selalu tersenyum dan melupakan semua masalah pribadi,” ucap salah seorang perawat.“Itu harus, tinggalkan masalahmu di rumah, juga suamimu, anakmu, juga pakaianmu, eh maksudnya pakai baju seragammu yang rapi. Jangan lupa, merawat pasien harus dengan senyum, kerendahan hati dan juga cinta,” ucap dokter Tantowi seraya tersenyum.“Dokter seperti tidak pernah ada masalah saja, selalu terlihat bahagia, ceria dan penuh semangat,” ucap salah seorang perawat.“Itu harus, kuncinya adalah just kidding, itu
Baca selengkapnya

BAB 25 Balada Cinta

Balada Cinta Very sadar betul, gajinya sama kecilnya dengan Verina, untuk menghidupi dirinya sendiri saja dia masih belum sanggup menyediakan kehidupan layak, apalagi membiayai hidup Verina yang memiliki beban kehidupan begitu besar. Verina terlihat melepaskan tangan Very yang menguncinya ke dinding, lalu berjalaan cepat meninggalkan ruangan kosong itu. Very terlihat melayangkan pukulan ke arah tembok, namun berusaha dia tahan supaya tidak menimbulkan suara bising yang dapat menarik perhatian orang. Very terlihat begitu marah, dia memang hanya seorang sahabat, namun dia juga menyimpan cinta yang begitu besar pada Verina. Verina terlihat keluar dari ruangan itu dengan mata penuh dengan derai air mata, dia tidak mampu menahan tangis juga kesedihannya.“Apa kamu menganggapku sehina itu? Aku bukan pengabdi se-ks bebas Very, aku terpaksa melakukannya, tidak ada pilihan lain,” gumam Verina dalam hati.
Baca selengkapnya

BAB 26 Menghindar

Menghindar Raya terlihat memasukkan tas dan jaketnya ke dalam loker, dia akan segera mengganti bajunya dengan kemeja toserba.“Raya, ada seseorang yang mencarimu,” ucap Angela.“Devon? Apa dia sudah datang,” gumam Raya.“Siapa?” tanya Raya.“Entahlah, laki laki tampan dengan mobil bagus,” ucap Angela.“Radit,” gumam Raya.“Angela, please, tolong sampaikan aku sedang keluar,” ucap Raya seraya menyatukan kedua tangannya, memberikan isyarat bahwa dia benar benar meminta tolong Angela untuk mengatakan itu.“Motormu?” tanya Angela khawatir.“Bilang saja aku meninggalkannya, aku tidak ingin menemuinya, ayolah Angela, tolong aku,” ucap Raya, terdengar serius dengan permohonannya.“Baiklah, kamu di sini saja,” ucap Angela yang kemudian berjalan ke arah depan untuk menemui laki laki itu. Raya mengikuti langkah Angela, mengintip dari balik pintu. Benar seperti ya
Baca selengkapnya

BAB 27 Pelukan Nyaman

Pelukan Nyaman Raya terlihat menikmati makananya dengan segenap hati, suap demi suap begitu dia nikmati.“Terimakasih Von,” ucap Raya dengan mata yang berbinar. Devon tidak menyangka, perhatian kecilnya yang dia anggap biasa mampu memberikan perasaan bahagia yang begitu luar biasa pada diri Raya. “Terimakasih, aku benar benar menyukainya, enak sekali,” lanjut Raya.“Sayangnya ayah tidak terlalu menyukainya, jadi dulu aku tidak bisa membelinya sering sering,” ucap Raya dengan pandangan sedih karna mengingat orang tuanya.“Oh iya, apa ibumu meninggal saat melahirkanmu? Aku dengar dengar begitu, maaf sebelumnya,” Tanya Devon.“Iya, tapi tidak setelah melahirkan, tepatnya satu bulan setelah melahirkan, bahkan mereka masih sempat berfoto bersama bersama bayi kecilnya, ya, hanya foto itu yang aku miliki hingga saat ini, yang menemaniku,” cerita Raya.“Dan ayahmu menikah lagi?” Tanya Devon ingin tahu.“Sepu
Baca selengkapnya

BAB 28 Istri Muda

Istri Muda“Ini kunci mobilnya, tadi aku menghbubungimu setelah Raya memberikan nomormu padaku,” ucap Devon seraya memberikan kunci mobil Radit di hotel tempatnya menginap.“Baiklah, sepeda itu milikmu?” tanya Radit seraya menunjuk ke arah sepeda gunung yang terparkir di dekat sana.“Oh iya, itu milikku,” ucap Devon.“Terimakasih kamu sudah mengantar mereka, apa mereka sudah mendapat perawatan?” tanya Radit sedikit cemas.“Sudah, mereka baik baik saja,” ucap Devon memberikan informasi mengenai korban kecelakaan itu.“Bagaimana dengan Raya?” tanya Devon.“Dia sudah pulang,” ucap Radit.“Baiklah, dia mungkin baik baik saja,” ucap Devon.“Apa kamu memiliki hubungan khusus dengannya?” tanya Radit menelisik.“Aku? Ah aku hanya temannya,” ucap Devon.“Apa kamu tahu pekerjaan Raya?” tanya Radit dengan nada serius.“Pekerjaan? Tentu saja, dia kurir di kedai ayam dan juga penjaga toserba,” ucap Devon.“Baiklah, ini sudah larut malam, hati hati,” ucap Radit.“Baiklah, oh iya kita belum berkenal
Baca selengkapnya

BAB 29 Ciuman Panas

Ciuman PanasDi rumahnya, Devon terlihat melempar tubuhnya ke tempat tidur, matanya menerawang, mengingat semua hal, terlintas secara beriringan di kepalanya.“Apa laki laki itu ada hubungan dengan Raya? cukup aneh, dia laki laki yang sangat sukses, dokter spesialis, pemilik rumah sakit ternama, sepertinya Raya bukan standar yang bisa dengan mudah dicintai oleh laki laki seperti itu,” gumam Devon. Setelah memikirkan hal itu, Devon bangkit dari posisi tidurnya, duduk di atas tempat tidur, lalu memikirkan hal yang mengganjal di kepalanya.“Raya memang sangaat cantik, untuk seorang penjaga toserba dia memiliki kecantikan sekelas model atau bahkan artis. Dia juga sangat baik, ramah dan menyenangkan, tapi apa hanya dengan itu dia bisa memebuat laki laki sesukses Radit Mahardika jatuh cinta padanya? Sungguh ini tidak masuk akal, apa mungkin ada sesuatu yang disembunyikan Raya? di mana mereka bertemu? Ah aku benar benar penasaran,” ucap Devon yang kemudian kembali menjatuhkan tubuhnya.Jam m
Baca selengkapnya

BAB 30 Mencari Kebenaran

Mencari Kebenaran Radit melepaskan ciuman itu, lalu kembali menatap kedua mata Raya, pandangan yang begitu mendalam.“Kamu menyukainya? Aku tahu kamu masih mencintaiku,” ucap Radit dengan suara yang mende-sah. Mendengar hal itu, Raya hanya diam, dia bingung harus mengatakan apa. Raya menyerahkan ayam yang dipesan Radit, lalu dengan cepat mendorong tubuh Radit, dia segera membuka pintu kamar hotel, lalu meninggalkan kamar itu. Melihat apa yang dilakukan Raya, Radit justru tersenyum, dia sudah berhasil mengkonfirmasi bahwa Raya masih memiliki perasaan padanya. Sebuah konfirmasi penting yang selalu membuatnya bertanya Tanya.Raya berdiri di depan pintu kamar hotel tempat Radit menginap, dia terlihat menekan dadanya, berusaha menstabilkan deru jantung yang masih tidak karuan.“Apa ini,” gumam Raya, dia terlihat melirik ke arah pintu itu, lalu segera berlari menuju ke arah motornya. “Raya, seberapa jau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status