Menghindar
Raya terlihat memasukkan tas dan jaketnya ke dalam loker, dia akan segera mengganti bajunya dengan kemeja toserba.“Raya, ada seseorang yang mencarimu,” ucap Angela.“Devon? Apa dia sudah datang,” gumam Raya.“Siapa?” tanya Raya.“Entahlah, laki laki tampan dengan mobil bagus,” ucap Angela.“Radit,” gumam Raya.“Angela, please, tolong sampaikan aku sedang keluar,” ucap Raya seraya menyatukan kedua tangannya, memberikan isyarat bahwa dia benar benar meminta tolong Angela untuk mengatakan itu.“Motormu?” tanya Angela khawatir.“Bilang saja aku meninggalkannya, aku tidak ingin menemuinya, ayolah Angela, tolong aku,” ucap Raya, terdengar serius dengan permohonannya.“Baiklah, kamu di sini saja,” ucap Angela yang kemudian berjalan ke arah depan untuk menemui laki laki itu.Raya mengikuti langkah Angela, mengintip dari balik pintu. Benar seperti yaPelukan Nyaman Raya terlihat menikmati makananya dengan segenap hati, suap demi suap begitu dia nikmati.“Terimakasih Von,” ucap Raya dengan mata yang berbinar. Devon tidak menyangka, perhatian kecilnya yang dia anggap biasa mampu memberikan perasaan bahagia yang begitu luar biasa pada diri Raya. “Terimakasih, aku benar benar menyukainya, enak sekali,” lanjut Raya.“Sayangnya ayah tidak terlalu menyukainya, jadi dulu aku tidak bisa membelinya sering sering,” ucap Raya dengan pandangan sedih karna mengingat orang tuanya.“Oh iya, apa ibumu meninggal saat melahirkanmu? Aku dengar dengar begitu, maaf sebelumnya,” Tanya Devon.“Iya, tapi tidak setelah melahirkan, tepatnya satu bulan setelah melahirkan, bahkan mereka masih sempat berfoto bersama bersama bayi kecilnya, ya, hanya foto itu yang aku miliki hingga saat ini, yang menemaniku,” cerita Raya.“Dan ayahmu menikah lagi?” Tanya Devon ingin tahu.“Sepu
Istri Muda“Ini kunci mobilnya, tadi aku menghbubungimu setelah Raya memberikan nomormu padaku,” ucap Devon seraya memberikan kunci mobil Radit di hotel tempatnya menginap.“Baiklah, sepeda itu milikmu?” tanya Radit seraya menunjuk ke arah sepeda gunung yang terparkir di dekat sana.“Oh iya, itu milikku,” ucap Devon.“Terimakasih kamu sudah mengantar mereka, apa mereka sudah mendapat perawatan?” tanya Radit sedikit cemas.“Sudah, mereka baik baik saja,” ucap Devon memberikan informasi mengenai korban kecelakaan itu.“Bagaimana dengan Raya?” tanya Devon.“Dia sudah pulang,” ucap Radit.“Baiklah, dia mungkin baik baik saja,” ucap Devon.“Apa kamu memiliki hubungan khusus dengannya?” tanya Radit menelisik.“Aku? Ah aku hanya temannya,” ucap Devon.“Apa kamu tahu pekerjaan Raya?” tanya Radit dengan nada serius.“Pekerjaan? Tentu saja, dia kurir di kedai ayam dan juga penjaga toserba,” ucap Devon.“Baiklah, ini sudah larut malam, hati hati,” ucap Radit.“Baiklah, oh iya kita belum berkenal
Ciuman PanasDi rumahnya, Devon terlihat melempar tubuhnya ke tempat tidur, matanya menerawang, mengingat semua hal, terlintas secara beriringan di kepalanya.“Apa laki laki itu ada hubungan dengan Raya? cukup aneh, dia laki laki yang sangat sukses, dokter spesialis, pemilik rumah sakit ternama, sepertinya Raya bukan standar yang bisa dengan mudah dicintai oleh laki laki seperti itu,” gumam Devon. Setelah memikirkan hal itu, Devon bangkit dari posisi tidurnya, duduk di atas tempat tidur, lalu memikirkan hal yang mengganjal di kepalanya.“Raya memang sangaat cantik, untuk seorang penjaga toserba dia memiliki kecantikan sekelas model atau bahkan artis. Dia juga sangat baik, ramah dan menyenangkan, tapi apa hanya dengan itu dia bisa memebuat laki laki sesukses Radit Mahardika jatuh cinta padanya? Sungguh ini tidak masuk akal, apa mungkin ada sesuatu yang disembunyikan Raya? di mana mereka bertemu? Ah aku benar benar penasaran,” ucap Devon yang kemudian kembali menjatuhkan tubuhnya.Jam m
Mencari Kebenaran Radit melepaskan ciuman itu, lalu kembali menatap kedua mata Raya, pandangan yang begitu mendalam.“Kamu menyukainya? Aku tahu kamu masih mencintaiku,” ucap Radit dengan suara yang mende-sah. Mendengar hal itu, Raya hanya diam, dia bingung harus mengatakan apa. Raya menyerahkan ayam yang dipesan Radit, lalu dengan cepat mendorong tubuh Radit, dia segera membuka pintu kamar hotel, lalu meninggalkan kamar itu. Melihat apa yang dilakukan Raya, Radit justru tersenyum, dia sudah berhasil mengkonfirmasi bahwa Raya masih memiliki perasaan padanya. Sebuah konfirmasi penting yang selalu membuatnya bertanya Tanya.Raya berdiri di depan pintu kamar hotel tempat Radit menginap, dia terlihat menekan dadanya, berusaha menstabilkan deru jantung yang masih tidak karuan.“Apa ini,” gumam Raya, dia terlihat melirik ke arah pintu itu, lalu segera berlari menuju ke arah motornya. “Raya, seberapa jau
Kekesalan Raya Cerita ibu Rahma.Pertengkaran demi pertengkaran membuatku semakin depresi, pertengkaran suami istri yang begitu menyudutkanku. Menukar botol susu yang sering aku lakukan untuk melegakan emosi suatu ketika sudah tidak lagi menarik, tidak lagi mempan. Aku mulai memikirkan sesuatu yang gila, bagaimana jika menukar bayi?.Suatu ketika aku melihat dua bayi laki laki yang terlihat sangat mirip. Aku menukar kedua bayi itu, namun aksiku diketahui rekan kerjaku, akhirnya berujung masalah yang menjadikan karir yang aku bangun susah payah berada di ujung tanduk. Aku bersikeras hal itu aku lakukan dengan ketidaksengajaan, akhirnya kedua orang tua itu memaafkan, tentu aku dan rumah sakit harus membayar kompensasi yang cukup besar. Aku menghabiskan uang simpananku, untuk menutup kasus itu dan melanjutkan karir sebagai bidan senior. Seiring waktu, rasa penasaran unt
Penguntit Devon sudah ada di dapur, dengan mata yang berbinar.“Kamu sudah mandi?” tanya Raya seraya menatap Devon yang sebagian wajahnya masih terdapat sisa cipratan air.“Ya, kamu bisa lihat mataku, sudah terbuka sempurna,” ucap Devon.“Baiklah, ayo kita segera membuat masakan istimewa,” lanjut Devon.Devon terlihat menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan, ayam segar yang dibawa Raya, kentang, wortel, daun bawang, bumbu dapur yang diperlukan seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, daun secang, kayu manis, dan lain lain. Devon segera meramu masakannya, terlihat begitu terampil dan cekatan. Raya hanya bisa melihat Devon, dia tidak diijinkan untuk membantu apapun.Setelah sekitar satu jam, soup daging merah akhirnya tersaji, sungguh menggugah selera.“Wah, luar biasa, aku seperti melihat demo masak,” ucap Raya.“Cobalah,” ucap Devon seraya menyodorkan semangkuk kecil sup daging mera
Tampan Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, mereka bertiga sampai di taman strawberry, ternyata tidak seperti dugaan Raya, taman strawberry di sana terlihat begitu padat, seperti lautan manusia.“Hah,” ucap Raya.“Sepertinya kamu harus berdesakan dengan semua orang untuk mendapatkan sebuah strawberry,” ucap Devon.“Ah, aku tidak akan menikmati semua ini, aku hanya ingin membeli sekeranjang strawberry dan memakannya di pinggir kebun, tapi pasti tidak ada yang menjualnya, mereka bahkan rela antri untuk memetiknya sendiri,” ucap Raya kesal.“Aku akan membelikanmu di mall, semua stock yang ada,” ucap Radit.“Mas, beda, ini segar, baru dipetik,” ucap Raya kesal. Radit terlihat menghela nafas panjang.“Baiklah, aku akan mewujudkannya, aku akan mendapatkan sekeranjang strawberry itu,” ucap Radit. Mendengar hal itu, Devon pun tidak mau kalah, dia juga berniat mendapatkan sekeranjang buah strawberry untuk
Perhatian KecilSetelah sekitar sepuluh menit berjalan, akhirnya mereka sampai di kedai atas bukit, kedai bambu yang sederhana namun begitu indah dan sejuk dipandang mata.“Kenapa kalian lambat sekali,” gumam Raya.“Aku? Lamban?” kamu saja yang terlalu cepat, aku sudah berusaha menyusulmu, lagipula kenapa kita harus pindah ke tempat terpencil seperti ini,” ucap Devon.“Kalian tidak lihat, kalian sudah benar benar merusak liburanku, semua orang lebih tertarik pada kalian berdua ketimbang menikmati segarnya strawberry,” ucap Raya kesal.“Bukan salahku jika terlahir tampan,” ucap Radit yang terlihat berusaha menata nafasnya, dia benar benar kelelahan, dia membungkukkan tubuhnya, menyangga dengan kedua tangan yang memegang lutut.Devon melirik kearah Radit.“Wah, tadi dia tidak suka ketika aku menyombongkan ketampananku,” gumam Devon menggerutu.“Apa kamu tidak pernah berlari lagi di rumah sakit, kakimu sudah kaku, harusnya kamu lebih bisa cepat,” ucap Raya yang lebih terdengar seperti s