Semua Bab Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir: Bab 21 - Bab 30

166 Bab

Bab 21

Cerai! Serly panik ketika mendengar kata cerai yang dilontarkan Nathan. "Kamu tidak bisa menceraikan aku begitu saja, ingat perjanjian pernikahan kita," ancam Serly. Nathan tertawa ketika mendengar ancaman dari istrinya. "Aku tidak akan pernah melupakan perjanjian pernikahan denganmu dan surat perjanjian pernikahan masih kupegang. Kamu lihat, aku bisa menceraikan mu tanpa memberikan uang sepeserpun." "Mas, Kamu tidak akan pernah bisa menceraikan aku begitu saja. "Sherly bersikeras tidak akan pernah bercerai dari Nathan. Nathan sangat mencintainya dan Sherly yakin apa yang dikatakan oleh Nathan hanya gertakan saja. "Kau sudah sangat mengenaliku. 2 tahun kita berpacaran, 3 tahun kita menikah. Aku rasa kau sangat tahu seperti apa sifatku. Jika aku mengatakan akan menceraikan mu maka aku tidak akan mengurungkan niatku," tegas Nathan. "Mas aku tidak ingin kita bercerai, Aku minta maaf. Aku tahu aku salah tapi aku juga minta waktu mas. Aku butuh waktu untuk menyelesaikan peker
Baca selengkapnya

Bab 22

"Kenapa disumbangin? Pakaian Ibnu masih bisa dipakai untuk adiknya nanti" Sandy tidak setuju dengan keputusan istrinya. "Mas, untuk adiknya nanti beli yang baru aja. Kasihan Mbak Mirna kalau di kasih yang bekas seperti ini," papar Eliza . "Untuk anak kita nanti dek, jadi kita nggak perlu beli lagi perlengkapan bayi. Tanda ku Eliza tertawa untuk menutupi rasa sakit dihatinya. "Liza masih trauma melahirkan. Apalagi hutang persalinan belum terbayar. Bunga hutang bertambah setiap bulan. Belum lagi bunga 10% jika terlambat membayar. Liza nggak juga gak sanggup lihat baju-baju Ibnu. di karena itu Liza mau sumbangkan ke panti asuhan. Di sana pasti banyak bayi yang akan makai baju Ibnu." Sandi menganggukkan kepalanya karena dia mengerti perasaan Elisa "Mas, nanti kan lama perginya, apa Liza boleh minta uang untuk makan. Liza sudah gak ada uang sama sekali. Bahkan di kulkas juga sudah habis. Beras habis, token sudah tinggal 5 kWh." Eliza menjelaskan panjang lebar. "Iya mas bakal kasih
Baca selengkapnya

Bab 23

Eliza mengeluarkan uang yang tadi dimasukkannya ke dalam saku celana. Kemudian menghitung uang yang diberikan Sandy. "100, 200,300,400,500,600,700,800,900, satu juta. Satu juta seratus, satu juta tujuh ratus" Eliza menyusun uang di atas meja perseratus ribu." Eliza menghitung uang yang diberikan Sandy.Eliza tersenyum ketika melihat lembaran uang lima puluh ribu yang memenuhi meja kacanya. Ia tidak menyangka bahwa Sandy akan memberikan uang yang menurutnya banyaknya.Kepala yang sejak tadi sakit dan pusing mendadak sembuh ketika melihat uang seperti ini. Setidaknya ia masih punya uang untuk makan, menjelang dapat pekerjaan. Dengan cepat Eliza pergi ke kamarnya. Walau bagaimanapun hari ini juga dia harus pergi meninggalkan rumah ini. Bisa saja Wati berserta kakak Sandy datang dan memaksa Eliza untuk ikut ke rumah mereka. Atau Mirna yang tidak terima ketika Sandy memberikan dia uang belanja. Kemungkinan seperti ini bisa saja terjadi. Karena itu Eliza harus pergi secepatnya. Mumpun
Baca selengkapnya

Bab 24

Eliza merasa senang ketika berada di panti asuhan. Melihat senyum yang mengembang di bibir anak-anak, membuat dia sedikit melupakan beban berat yang dipikulnya.Bersyukur Eliza ingat membelikan jajanan serta permen untuk anak-anak. Sehingga mereka bisa berebutan ketika diberikan jajanan. "Ibu, adek bayinya umur berapa?Cewek atau cowok?" Eliza memandang bayi yang di gendong oleh pengurus panti asuhan."Ini cewek, umurnya dua bulan. Bayi ini dibuang orang tuanya di depan pintu panti asuhan. Kami menemukan Aliya, subuh. Sewaktu itu dia sudah tidak sadar," ungkap wanita berumur 40 tahun tersebut."Kasihan sekali." Eliza memandang bayi cantik tersebut."Orang tuanya sangat kejam. Anak ini dibuang tanpa di bungkus sehelai benangpun. Bahkan pusarnya saja tidak dipotong." Wanita itu bercerita dengan wajah sedih."Waktu itu saya mau sapu halaman, gitu keluar saya hampir jatuh karen tersandung oleh bayi. Awalnya saya kira sudah meninggal. Namun ternyata napasnya masih terlihat jelas. Jadi say
Baca selengkapnya

Bab 25

Bab 25 Elisa duduk termenung di kursi yang berada di depan ruang perawatan. Entah siapa yang berada di dalam ruangan, Eliza pun tidak tahu. Di rumah sakit ini, tidak akan ada yang memperhatikannya. Karena di sini semua orang bebas datang. Baginya rumah sakit merupakan tempat ternyaman untuk menumpang sambil mencari pekerjaan. Namun tetap saja Eliza cemas, bisa saja secury mempermasalahkan kehadirannya karena jam besuk yang sudah habis. Elisa merasakan matanya yang sudah sangat mengantuk. Tanpa merubah posisi, ia pun tidur dengan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Namun baru saja tertidur Eliza sudah terbangun. Perasaannya tidak tenang dan was-was. Takut jika ada orang jahat yang mencuri barang-barang berharga miliknya. Eliza merasakan denyut di dadanya. Dia pun baru ingat bahwa sejak sore tadi belum sempat memompa ASI. Sehingga dadanya sakit, berdenyut, dan juga keras. Baju yang dipakainya pun sudah basah terkena air susu. Eliza pergi ke ruang menyusui. Di sana di
Baca selengkapnya

Bab 26

Bab 26 Eliza hanya diam ketika mendengarkan cerita gadis berseragam putih tersebut. "Kemarin waktu terakhir lihat badannya belum seperti ini. Mukanya juga belum cakep seperti sekarang." Eliza memuji ketampanan bayi yang saat ini menggenggam jari telunjuknya. "Ya jelaslah bayinya cakep, orang Daddy nya cakep banget. Hidungnya mancung, bibir merah, gak seperti cowok perokok. Matanya kecoklatan, rambutnya juga warna coklat. Pokoknya ganteng banget, badannya tinggi. Ya seperti bule-bule yang sering kita tonton film barat." Perawat berwajah cantik itu berbicara sambil membayangkan wajah tampan Nathan. Pria yang menjadi idola para perawat di rumah sakit. Apalagi selama 3 minggu ini Nathan selalu datang ke ruang perawatan bayinya. Eliza hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Tapi itu bibir mbak Eliza kenapa?" perawat melihat bibir Eliza yang luka dan sudah mengering "Jatuh," Eliza tersenyum. "Ya ampun Mbak Eliza ini nggak hati-hati sekali. Oh iya anaknya sudah berapa lama
Baca selengkapnya

Bab 27

Meskipun takut Eliza mencoba untuk melihat pria yang sedang memanggilnya. Jika orang itu saudara ipar Sandy, maka dia masih punya kesempatan untuk lari.Eliza menoleh dan memandang ke arah pria tersebut. Rasa takut hilang dalam sekejap saat dia melihat sosok yang begitu sangat baik kepadanya. "Dokter Rizky." Eliza tersenyum memandang pria berjas putih yang berjalan mendekatinya."Bagaimana kabar kamu? Saya sudah katakan, empat atau lima hari lagi, kamu harus datang menemui saya untuk kontrol. Tapi kenapa kamu tidak datang?" Dokter Rizky bertanya dengan wajah marah."Maaf Dok," jawab Eliza yang tidak bisa memberikan alasan."Bagaimana dengan kaki kamu." Dokter Rizky bersimh di depan Eliza hingga membuat Eliza panik."Dokter mau apa?" Eliza ingin menarik kakinya yang saat ini sudah dipegang dokter tersebut."Mau periksa luka di kaki kamu." Dokter berwajah manis itu membuka sandal jepit yang dipakai Eliza. Setelah melihat luka Eliza yang sudah sembuh barulah dia berdiri.Dokter, saya b
Baca selengkapnya

Bab 28

Rizky memandang ponselnya yang berdering. Melihat nama si penelepon pria itu langsung saja mengangkat panggilan telepon itu. "Halo," jawab Rizki. "Halo Dok, saya ingin tanya apa benar mbak Eliza sedang bersama anda?" Perawat yang menghubunginya bertanya dengan sangat sopan. "Ya ada apa," Rizky beranjak dari duduknya dan menjauhi Eliza. "Dari mana kamu tahu kalau saya bersama Eliza?" Risky marah dan menganggap perawatnya tidak sopan. "Maaf Dok, saya cek di CCTV." Perawat itu gugup ketika menyadari kemarahan sang dokter."Lancang sekali Kamu, berani Kamu memantau saya lewat kamera pengawas?" Rizki benar-benar marah atas kelancangan perawatnya itu. "Mohon dokter jangan marah dan salah paham. Ibu Mawar ingin bertemu dengan mbak Eliza, dok. Karena tidak tahu keberadaannya, ibu mawar meminta saya untuk mengecek kamera CCTV. Setelah saya cek kamera CCTV, ternyata Mbak Eliza bersama anda. Sebenarnya kami sudah mencoba menghubungi mbak Eliza secara langsung namun ponselnya tidak aktif."
Baca selengkapnya

Bab 29

"Suami saya jarang pulang Bu, Dia sering keluar kota. Sehingga saya hanya berdua dengan anak di rumah. Saya sudah kasih kompres agar panasnya turun, namun tetap panasnya tidak turun. Saya mencoba menghubungi suami saya, berharap dia menerima panggilan telepon dari saya. Namun ternyata tidak diangkat-angkat." Tubuh Eliza bergetar ketika menceritakan suaminya. Luka dihatinya yang sudah mengeruyak seakan bertambah perih ditaburi garam kasar dan perasaan jeruk nipis. Perkataan Mirna yang mengatakan pria itu tidur di apartemennya, kembali mengiang di telinganya. Eliza menceritakan seperti apa kronologis peristiwa kematian anaknya. Meskipun berusaha untuk tidak menangis, namun tetap saja Eliza tidak mampu menahan tangisannya. Rizky hanya diam ketika mendengar Eliza bercerita. Entah mengapa hatinya selalu saja merasa sakit ketika mendengar cerita tentang kematian anak, Eliza. "Kamu harus sabar, saat ini Ibnu sudah di surga. Anak surga yang akan menunggu orang tuanya di Padang Mahsyar."
Baca selengkapnya

Bab 30

Bab 30 Mawar tersenyum memandang putra semata wayangnya. "Kenapa lama?" "Jalan macet mi," kata Nathan yang kemudian duduk di samping Mawar. "Tadi aku ke ruangan bayi, kata perawat Ibu susu anak, aku ada di sini." Nathan memandang ke sekitar ruangan namun tidak melihat wanita yang menjadi Ibu susu anaknya. "Iya Han, kita sudah berjumpa dengan Ibu susu, anak kamu." Mawar memandang ke arah Eliza. "Mana mi, orangnya?" Nathan bertanya dengan mata terbuka lebar. Rasa cemas yang berkecamuk di dadanya hilang sudah setelah mendengar kabar tentang ibu susu anaknya. Ini artinya ia tidak perlu susah-susah mencari ibu susu yang baru. "Ini dia namanya Eliza." Mawar menunjuk ke arah Eliza. Nathan diam memandang Eliza. Berulang kali pria itu mengucek matanya untuk memastikan apa yang dilihatnya saat ini benar atau tidak. "Mami akan memperkerjakan Eliza sebagai baby sitter sekaligus ibu susuan untuk cucu, mami." Mawar tersenyum sambil mengusap lengan tangan anaknya. "Mi, apa benar ada air s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status