Home / Romansa / Ayah Anakku Suami Sahabatku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Ayah Anakku Suami Sahabatku: Chapter 71 - Chapter 80

134 Chapters

Bab. 71

Amanda melangkah mendekati Rayyanza. Melirik kantong plastik yang ada di dalam genggaman tangannya. "Apa itu?" "Oh ..., euh ..., ini-." Belum sempat Rayyanza menjawab, Amanda langsung merebut bungkusan plastik tersebut. Wanita yang berstatus sebagai istri Rayyanza itu membukanya. "Obat-obatan siapa ini?" Luna yang sedari tadi bengong langsung menjawabnya. "Aku, Manda. Itu vitamin untuk kehamilanku. Tadi Rayyanza mengantarku ke rumah sakit untuk memeriksakan kandunganku karena tadi sudah tidak ada bus yang lewat." "Oh ... kalian mampir ke rumah sakit dulu. Aku kira suamiku sudah berada di rumah sedari tadi," tutur Amanda. Luna mengerutkan dahi. "Hah? Aku tidak mengerti maksudmu, Manda." "Satu jam yang lalu aku-" Baru saja Amanda akan menjelaskan, Luna langsung memangkasnya. "Bagaimana kalau kita bicara di dalam saja," ajak Luna masuk ke dalam rumah. Amanda mengangguk. "Baiklah."Mereka kemudian masuk ke dalam rumah Luna. Nikita segera beranjak dari duduknya setelah mendengar su
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab. 72

Pagi itu, Matahari baru saja menampakkan sinarnya di ufuk timur. Udara terasa sangat dingin, Luna membuka matanya dengan enggan, menarik selimut yang menutupi setengah tubuhnya, kemudian meraih ponsel yang tergeletak di atas meja samping tempat tidur. Matanya membelalak, waktu telah menunjukkan pukul enam pagi. Ia beranjak dan segera bersiap untuk pergi bekerja. "Kak, aku duluan ya!" seru Nikita dari balik pintu."Oke, hati-hati, Nik!" jawab Luna seraya sibuk membubuhkan bedak di wajah cantiknya. Setelah selesai, Luna keluar dari rumah berjalan dengan tergesa menuju halte bus. Ia menunggu bus dengan sabar, meskipun di dalam hatinya ada sedikit kekhawatiran akan datang terlambat seperti kemarin. Beruntung, kali ini bus yang di tunggu pun tiba dengan cepat. Luna segera naik dan mencari tempat duduk yang nyaman. Setelah hampir satu jam bus melaju, Luna mulai terlihat gelisah. Ia yakin kali ini ia akan terlambat lagi seperti kemarin. Namun, tiba-tiba saja ia ingat dengan perkataan Rayy
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Bab. 73

Pria berpostur tinggi tegap itu hanya diam menunduk. Ia terlambat menyadari jika keputusan yang ia ambil pada tiga tahun yang lalu itu adalah keputusan yang keliru. Rasa sakit atas penolakan Luna yang bertubi-tubi tak hanya membawanya jauh hingga ke Negeri Paman Sam, tapi juga berakhir pada keputusannya untuk menikahi Amanda yang justru membuat keadaan semakin pelik. "Dengar Rayyan ..., sampai kapanpun, aku tidak mungkin menerima cintamu. Aku dan kamu sangat jauh berbeda. Kita tidak sederajat. Keluargamu pasti tidak akan menerima kehadiranku, bahkan mungkin akan menentangnya. Dan yang paling sulit saat ini, kamu adalah suami sahabatku. Aku tidak mungkin mengkhianatinya!" terang Luna dengan mata yang berkaca-kaca. "Tapi, Luna. Aku sudah berusaha untuk melupakanmu, merelakanmu. Tapi ternyata, aku tidak mampu membunuh perasaan ini. Aku sangat mencintaimu lebih dari apapun, Luna.""Maaf, Rayyan. Jika kamu terus bersikap seperti ini, sebaiknya aku berhenti saja dari pekerjaan ini, dan a
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 74

Gadis berparas cantik itu melepaskan genggaman tangannya dari gagang koper. Ia segera berlindung, melingkarkan lengannya di lengan Luna. "Kak Rayyan?" panggilnya dengan ragu. Pria yang duduk membelakangi itu menghela napas, menoleh dengan perlahan ke arah Nikita dan Luna. "Rupanya kalian sudah datang." Luna berdiri mematung. Mengetahui pria itu adalah Rayyanza, Nikita langsung melepaskan tangannya dari Luna dan berjalan mendekati Rayyanza. "Loh ... kak Rayyan menunggu kami?"Rayyanza melempar senyum. "Ya, aku menunggu kalian. Bagaimana, apakah kamu menyukainya?" tanyanya. Nikita mengangguk cepat, lalu mengedarkan pandang. "Bukan lagi menyukainya, tapi ini terlalu mewah untuk kami," katanya, dengan mata yang berbinar-binar. "Aku senang mendengarnya. Semoga kalian nyaman tinggal di sini." Pria bertubuh tinggi tegap itu kemudian menoleh pada Luna. Namun Luna hanya berdiri, diam mematung di tempatnya semula. Matanya saling bertautan dengan tatapan Rayyanza. Keheningan yang terjadi s
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab 75

"Mengapa tidak dijawab? Siapa yang memanggilmu?" Luna beringsut mendekat, menatap layar ponsel di genggaman tangan Rayyanza. "Manda?!" Keduanya saling pandang dan mendadak kebingungan. Bagaimana tidak, Amanda menghubunginya dengan melakukan panggilan video. Jika Rayyanza menerimanya dan terlihat pemandangan apartemen, tentu saja Amanda akan menaruh curiga padanya. "Pergilah Rayyan. Jawab panggilan dari Manda. Setelah itu, kamu boleh kembali ke sini." Rayyanza mengangguk. "Baiklah, aku pergi sebentar. Setelah itu aku akan kembali."Dering di ponselnya sudah berhenti. Namun, Luna tetap menyuruhnya untuk pergi dan segera menghubungi kembali Amanda. Ia tidak ingin sahabatnya itu merasa khawatir dan curiga kepada suaminya. Pria tampan itu beranjak dari duduknya, berjalan keluar dari apartemen, mencari tempat untuk melakukan panggilan video. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam mobil dan berpura-pura sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya. Luna menghela napas. Serumit ini kah
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 76

Di area ruang tunggu rumah sakit, di depan pintu kamar operasi, ketegangan terasa begitu kental. Ditambah dengan aroma anti septik yang menyengat memenuhi udara, seolah menegaskan betapa klinis dan sterilnya tempat tersebut. Hanya suara langkah kaki para perawat dan bunyi monoton dari mesin-mesin medis yang memecah keheningan, membuat keadaan semakin terasa mencekam. Nikita duduk di salah satu kursi. Ia tampak sangat gelisah dan tak mampu membendung air matanya. Sesekali ia menyeka wajah dengan tangan yang gemetar. Pandangannya kosong, terpaku pada lantai yang dingin.Di sebelahnya, Rayyanza duduk dengan gelisah. Tangannya tak henti-hentinya meremas ujung kursi, matanya terus menatap pintu ruang operasi. Sesekali ia menghela napas dalam, menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Rayyanza menoleh pada Nikita yang sedari tadi menangis terisak. Kaki dan tangannya tampak sedikit gemetar. "Tenang saja, Kak Luna pasti kuat dan selam
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more

Bab. 77

Santika melangkah masuk, menoleh ke arah Luna yang terbaring di atas ranjang. Matanya menyala penuh kemarahan. "Sakit apa kamu, Luna?"Rayyanza beringsut mundur, menjauh dari Luna. Suasana di ruangan itu mendadak berubah penuh ketegangan. "Mengapa kamu dirawat di rumah sakit khusus ibu dan anak? Ada apa ini sebenarnya, coba jelaskan?!" Tak ada satupun yang berani mentap wanita paruh baya itu. Semua menunduk dan terdiam. "Mengapa kalian hanya diam? Jawab!!" Merasa bukan bagian dari keluarganya, Rayyanza berniat untuk meninggalkan ruangan agar mereka dapat berbicara dengan leluasa. "Saya permisi keluar sebentar," ucapnya. Tak ada satupun yang menjawab. Pria itu langsung pergi meninggalkan ruangan. Sebenarnya, ia ingin sekali membela Luna dengan mengatakan bahwa Luna baru saja melahirkan anaknya. Namun, ia tidak ingin memperumit keadaan, dan pastinya wanita itu akan berkelit dengan mengatakan bahwa Rayyanza bukanlah ayahnya. Santika melangkahkan kaki mendekati Luna. Ia menyingkap sel
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

Bab. 78

Luna menggenggam tangan Santika dengan erat, seraya menahan nyeri. "Aku sangat memohon pada Bibi untuk tidak mengatakan yang sebenarnya pada Rayyanza. Untuk sekedar membayangkannya saja, aku merasa tidak sanggup. Persahabatanku dengan Amanda lebih dari apapun di dunia ini. Jadi aku sangat memohon, jangan pernah mengatakan yang sebenarnya. Dan, berpura-puralah untuk tidak mengetahui apapun," katanya dengan terisak.Wanita paruh baya itu mendengus kasar. "Apa kamu yakin? Suatu hari nanti, anakmu pasti akan bertanya siapa ayahnya. Dan, ia juga pasti sangat membutuhkan sosok ayah di hidupnya. Seharusnya kamu tidak boleh bersikap egois seperti ini. Kamu malah mengutamakan persahabatanmu ketimbang anakmu." Perkataan Santika menimbulkan dilema yang sangat berat bagi Luna. Walau bagaimanapun, Amanda sudah seperti saudaranya sendiri. Ia tak sampai hati menyakitinya, apalagi sampai merebut suaminya.Santika terus mengatur napas, berusaha untuk menenagkan diri. Ia kemudian menggeser kursi dan d
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

Bab. 79

Rayyanza terus menatap dengan intens. Sosok bayi mungil bergerak dengan lembut di dalam bungkusan kain yang membalut tubuh kecilnya. Nikita tersenyum penuh kebahagiaan. "Aku sudah tidak sabar ingin menggendongnya. Ia terlihat tampan dan juga menggemaskan." Hening beberapa saat, Rayyanza tak menjawab ucapannya. Nikita segera menoleh pada Rayyanza, terlihat raut wajahnya yang serius memandang sang bayi dengan seksama. "Apakah dia menyadari kalau wajah bayi Kak Luna mirip denganya? Waduh, gawat ini! Tapi mengapa perasaanku menjadi tidak enak ya," Nikita bergumam dalam hati seraya terus memperhatikan pria di sebelahnya. Nikita segera merogoh saku celananya, mengambil ponsel untuk mengambil foto dan video. Ia segera merekam bayi mungil itu dan mengambil tangkapan dengan cara zoom agar wajahnya terlihat jelas. Setelah selesai, ia buru-buru mengajak Rayyanza pergi dari tempat tersebut, tak ingin pria itu semakin menyadari kemiripan wajahnya dengan wajah bayi Luna. "Ayo, Kak. Kita kembal
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Bab. 80

Luna merasa tersentak mendengar pertanyaan Rayyanza. Namun, ia harus tetap tenang dan bersikap seperti sebelumnya, menyangkal dengan alasan kalau itu adalah anak kekasihnya yang saat ini tinggal di jepang. Mendengar jawaban yang tidak masuk akal, Rayyanza merasa murka. Pasalnya, sudah jelas wajah bayi itu sangat mirip dengannya. Ia mendengus kasar, memperlihatkan gelombang emosi yang di rasakannya. "Kamu sudah melihat wajahnya, dan sekarang kamu masih bisa menyangkalnya?! Kamu benar-benar pembohong yang ulung, Luna. Tapi sayangnya, kali ini kamu tidak cukup pintar untuk membohongiku. Bahkan wajah anakmu itu turut membuktikan siapa dia yang sebenarnya. Dia anakku! Anakku, Luna!" sentak Rayyanza. "Terserah jika kamu tidak percaya. Masalah kemiripan, bisa saja itu karena aku terlalu membencimu, sehingga bayiku menjadi mirip dengamu. Pasti kamu pernah mendengar mitos seperti itu, kan?"Pria berparas tampan itu sudah benar-benar merasa muak dengan semua omong kosong Luna. Ia menatap nya
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status