Home / Thriller / Misteri Kematian di Kota Hema / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Misteri Kematian di Kota Hema: Chapter 51 - Chapter 60

71 Chapters

51. Sudah saatnya mati

Rita terus menyerang sembari membungkuk di bawah kolong tempat tidur. "MATII!!!" teriakan itu terus menghantui Alana. Alana memejamkan matanya. Tidak ada perlindungan, tidak ada harapan lain. Ia hanya bisa menahan isakan tangisnya dan berlindung dalam ketakutan. Alana terus membungkam mulutnya agar tidak bersuara. "Gue pasti mati hari ini," batinnya. Dipertengahan serangan Rita, seketika Alana menyadari bahwa tidak ada rasa sakit yang terasa. Rita terlihat puas seraya tertawa. Beberapa kali Ia menancapkan pisau itu pada box. Hingga dimana, Ia menyadari bahwa tidak ada jejak darah yang tertinggal pada pisau. "Hah!" Rita keheranan. Sesekali Ia mencoba lagi. Lagi-lagi pisaunya bersih tanpa noda darah.Namun, lagi-lagi tidak ada reaksi apapun dari Alana.Hal itu membuat Rita keheranan, mengapa tidak ada jeritan dari Alana ketika pisau itu menancap ke dalam box kardus.Alana membuka matanya. Seketika Alana mengingat sesuatu, bahwa Bima telah menyimpan bantal di sisi tubuh Alana."Bim! L
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

52. Pencarian Bima dan Aldo

Lili keheranan. "Coba pelan-pelan, jelasin secara detail. Siapa yang mau bunuh kita?" tanya Lili. "Mereka Li! Mereka! Lo harus percaya! Gue hampir aja dibunuh Bu Rita!" jawab Alana, dengan napas terengah-engah. Tubuhnya tak berhenti bergetar. Alana terus mengamati keadaan. "Kita harus pergi sekarang! Cari Bima sekarang! Kita harus tolong Bima, Athur! Lili! ... Bima sendirian sedangkan mereka banyak." "Bima kemana?" tanya Athur. "Emangnya mereka kenapa?" "Jangan banyak tanya! Kita harus cari Bima ... SEKARANG!" tegas Alana. "Kita bisa mati disini. Cepat atau lambat! Makanya gerak cepat ... mereka jahat Li, Athur. Percaya sama gue. Mereka agresif. Kalian bisa langsung kena tombaknya ... atau mereka bakalan nusuk kalian. Mereka tiba-tiba agresif, mereka gila, mereka jahat. Kita harus keluar malam ini." "Coba jelasin pelan-pelan ... mereka itu siapa?" tanya Lili. "Tarik napas pelan-pelan—" (ucap Lili disergah Alana). "Keburu kita mati, Lili ... ya mereka! Mereka ... semua orang-orang
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more

53. Manusia kebal itu, ternyata??

Suara itu mengganggu dipikiran. Menggelegar. Menakutkan. Suara itu dimana-mana. Bahkan Alana dan Lili tak tahu sumber asalnya darimana. "Suaranya dimana?" bisik Alana seraya tiarap. Sedikit demi sedikit merayap. "Gatau. Kalo mereka semakin deket kesini, lo harus tetap merayap." "Merayap seperti ini?" Suara itu terdengar tak asing. "Itu suara lo?" tanya Lili lagi. "Bukan ...." Perasaan Alana dan Lili mulai tak karuan. Perlahan Alana dan Lili menggenggam pistol yang mereka bawa. "Suara saya ... gini kan?" Jantung Alana dan Lili seketika berhenti seperkian detik. Napasnya mulai terengah-engah. Tubuhnya mulai lemas. Dengan cepat Alana menghidupkan senternya. Cahayanya langsung menyorot. Ada seseorang yang sudah berada di sisi Lili. Sedang merayap juga. Ia tertawa melengking. "Seperti ini?" Tubuhnya elastis merangkak dengan cepat. Lalu kembali lagi. "Seperti ini? Seperti ini? Seperti ini?" Sepanjang merangkak Ia mengejek dengan tatapan tajam seraya tersenyum. "Atau ... seperti in
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more

54. Dunia harus tahu

Alana dan Lili sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk untuk hari esok. Untung saja, semua perlengkapan berada di mobil dan beberapa senjata tajam ilegal bekas pencarian kasus mereka."Gue parkirin mobilnya di depan rumah. Sengaja, biar kalau lari nggak terlalu jauh," ucap Lili. "Yakin? Gue nggak usah ikut?""Gue rasa mereka emang nggak ada di sini. Jadi gue sendiripun bisa kok.""Langsung gesit Na! Ambil handphone, kembali ke mobil. 3 menit ya? Lo nggak balik, gue susul.""Iya."Perlahan Alana mengamati keadaan sekitar. Begitupun Lili, mengamati dari jauh. Alana mengendap-endap dan berusaha cepat agar bisa masuk ke dalam.Keadaan pintu rumahnya saja sudah jebol. Keadaannya sudah berbalik. Dulu damai sekarang mencengkeram. Memang, tak ada sesuatu hal yang berlebihan bisa digenggam dengan asal-asalan. Adapun, ada yang harus dikorbankan."Lama banget tuh anak." Lili mulai kepanikan, Alana tak kunjung kembali. Ia terus menatap pada smartwatch-nya. "Gue hitung 10 detik.""10.""9.""8.""
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

55. Wangi parfum terakhirnya, darah.

Lili melihat smartwatch-nya. "Masih lama. Masih jam 2 malam.""Gimana kalo Bima sama Athur udah nungguin di tempat yang tadi? Lo tau sendiri kan tempat itu bahaya?" ucap Alana, khawatir."Tenang aja ... kita ikutin aja sesuai dengan apa yang tadi udah direncanain," jawabnya. Bukan terlihat pasrah, tetapi 'ya sudahlah'.Alana menilik-nilik layar di handphone-nya. "Handphone Aldo masih aktif loh, Li.""Nah ya! Sekarang kita cari Aldo ... jangan habisin waktu lagi. Dimana itu?" tanya Lili."Nggak tau, pokonya kurang dari satu kilo.""Coba lo perbesar biar jelas." Lili mengambil handphone dalam genggaman Alana. "Biar gue coba." Lili memperbesar layarnya. "Hah? ... tunggu Na. Ini kayaknya gue salah deh." Masih menatapnya dengan teliti. "Masa kurang dari 5 meter?""Coba gue liat, Li." Alana merebut handphone-nya dengan cepat. "Ini udah pasti akurat sih, Li! Nggak mungkin bohong."Terdengar suara langkah dari luar mendekati.Lili menutup mulutnya dan menahan mulut Alana. Memberi isyarat untu
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

56. Ditemukannya berkas

"Masa iya nggak rabun? Apa dia tau kita ada di dalam sini ya?" batin Lili. Sungguh, saat itu begitu menegangkan. "Gue bunuh juga percuma ... nggak akan mati-mati." Tatapan Lili terus menatap penutup tanki yang sedikit terbuka. Mata itu masih tetap melihat ke dalam tanki.Bau nya sungguh menyiksa. Bau anyir, bau bangkai, bahkan airnya pun sudah berubah menjadi warna hijau coklat pekat."Please gue mohon ... ayo pergi! Sana pergi!" batin Lili. "Ayo cabut semua kecurigaan lo."Ia membanting tutup tanki. Wajahnya perlahan mengintip. Semakin dekat, semakin dekat, Ia mendongakkan tubuhnya hampir ke dalam air. "Mati ... dia curiga, mati kita!" Lili mulai panik."Harum ...." Rita tertawa bahagia seraya menghirup darah Aldo. "Kamu tunggu disini. Sampai semuanya berkumpul. Termasuk mereka. Yang sudah terpilih ... akan terpilih. Dimana pun kamu," bisiknya. Kepalanya saja hampir terlepas. Rita menaikkan tubuhnya. Menutup lagi tutup tankinya.'Pyuh!' Alana dan Lili melepehkan percikan air yang b
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

57. Perjuangan yang terbayarkan

"Itu apa?" tanya Lili. Penasaran akan berkas yang dipegang Alana."Gatau. Gelap. Coba senterin." Lili menyalakan senter. Cahayanya langsung menyorot pada nama di berkas itu."Fidi?" sentak Alana. "Kok?""Hah ... kenapa? Ini berkas apa? Diliat dari keadaan kertasnya kayaknya masih baru.""Tunggu ... Fidi? Kertasnya punya Fidi." Ia membuka lembaran setelahnya. "Gea? ini juga punya Gea.""Coba liat!" Lili merebut berkas itu. Perlahan membacanya hingga paham. "Nggak mungkin ...." Seketika Lili terkejut."Kenapa?""Korban-korban itu ... pelakunya bukan Fidi dan Gea.""Nggak mungkin hahahhah! Lo nggak bakalan bisa bohongin gue. Energi gue udah habis buat selesaiin kasus itu lagi!" Senyumnya berubah. Perlahan Alana terdiam. "Serius Li???" Alana merebut kembali berkasnya.Lili cemas. Usahanya selama ini telah mengkhianatinya. "Ck! Berarti semuanya belum terungkap Na. Hasil DNA menunjukkan, bahwa DNA Fidi dan Gea tidak cocok ... nggak mungkin.""Yang bener deh Li ah! Terus gimana dong?Pelakun
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

58. Lorong itu ....

"Tunggu Li! Barang lo jatuh." Alana menyorot senter pada benda itu. "Kunci mobil! Untung Li! Kalo ilang kita nggak akan bisa pulang.""Ck! Ikut gue!"Lili menarik Alana.****"Mereka denger nggak ya Na?" tanya Lili seraya mengintip. Mereka memutuskan untuk menutupi tubuhnya memakai reruntuhan benda-benda itu."Kita harus kabur sih sekarang.""Jangan! Mereka suka tiba-tiba datang ....""Suara ambruknya aja kencang banget. Mustahil mereka nggak denger Li." Alana semakin fokus mengamati pintu. "Sialan! Kan ... orang gila emang.""Mereka kenapa suka banget ngintip sih," bisik Lili. CkiettttTerdengar cekikan pintu terbuka."Mungkin Rita?" tanya Lili dengan pelan.Mereka tetap mengamati hal yang terjadi di depannya."Nggak mungkin ...." Lili tersentak kaget saat dihadapkan dengan orang-orang itu. "Dari bayangannya empat orang loh Na.""Mereka banyak lagi ... aduh, gimana nih. Nggak mungkin gue lawan mereka. Energi gue tinggal sepersen," batin Alana. Alana dan Lili melakukan hal yang sama.
last updateLast Updated : 2024-07-22
Read more

59. Ternyata?? Semuanya terungkap!

"Yah dikunci ... lo punya barang runcing? Apapun itu, jepit rambut?" tanya Alana seraya berusaha membuka pintu itu. "Sia-sia.""Gue rasa ...." Lili menilik-nilik pada lubang kunci. "Ini bukan pake kunci pada umumnya. Pintunya juga aneh banget." Lili teringat sesuatu. Ia mengeluarkan sesuatu dalam sakunya terbentuk lingkaran. "Gue berharap penuh atas ini."Lili menerapkan benda aneh itu pada lubang kunci. Benda aneh berbentuk bulat padat yang besarnya sebesar telapak tangan."Lo dari tadi bawa benda aneh itu nggak berat?" Lili menimpal. "Di situasi ini gue lupa sama hal yang nggak penting." Lili masih fokus menerapkan kunci itu. "Gue rasa ... ini kunci dari pintu ini. Tapi caranya gimana ya?""Coba gue liat." Alana mendekatkan pandangannya. "Ini ada gambar Li ... bentuknya gue rasa segitiga. Coba gue liat kuncinya." Kunci itu bulat dengan garis berbentuk V. Alana mencobanya. "Berhasil."Mereka mendorongnya. Pintunya kuno. Di zaman sekarang tak ada yang menjualnya kecuali memesannya de
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

60. Upaya melarikan diri 1

Lili membuka beberapa buku lain. Mencari informasi lebih dalam. Karena masih tak percaya dengan apa yang Ia lihat.Buku-buku itu berisikan foto-foto kuno. Foto-foto pelaku. Foto-foto ritual yang telah mereka lakukan, termasuk beberapa korban.Lili membuka buku lain. Hatinya begitu gundah. Buku itu terlihat asing dan tak familiar. Napasnya terengah-engah, dengan cepat Lili membukanya. Didalamnya ada beberapa mantra, darah yang sudah mengering, juga beberapa benda-benda aneh yang terpasang. Lili menggelengkan kepalanya. "Na! Jelasin ... gue mohon jelasin semuanya. Gue salah liat ya? Gue salah paham juga kan?" Lili masih belum menerima dengan apa yang terjadi. "Gue nggak mau Na. Gue nggak suka tau tentang hal ini. Gue nggak terima sampai kapanpun." Lili masih tak percaya.Alana masih menangis. Tak banyak energi yang dapat dikeluarkan. "Bima dan Athur jahat banget ya Li ... ternyata mereka udah rencanain semuanya. Emang nggak ada orang yang sayang sama gue." Alana tersenyum. "Papa juga
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status