Home / Thriller / Misteri Kematian di Kota Hema / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Misteri Kematian di Kota Hema: Chapter 11 - Chapter 20

71 Chapters

11. Teddy Bear

"Duduk, Bimaaa Argiantara!!" teriak Alana. Bima sudah siap akan pakaian olahraganya. Mengajak Alana lari pagi hari ini. "Ini apa? Kok ada sapu kecil?" Bima menyapu dan menekan-nekan blush on pada tangannya. "Lembut lagi. Lo pake ini buat sapu meja lo dari debu ya?" "Serah deh ... gue capek banget. Lagian ... ck! Lupain aja!" "Ini apa? Kaya semacam oli tapi bening." Ia memegang lip serum. Alana tetap menghiraukannya. Ia fokus menata barang. "Barang-barang lo nggak seru ... nggak ada warna biru, warna oren atau warna hijau neon." "Lo pikir hidup gue karnaval." "Monoton banget ... warna mocca semua. Ini ada warna putih, putih semua. Ga jelas." "Lo yang ga jelas! ck ...." Alana yang sedang mengelap meja langsung terhenti. Ia bercekak pinggang. Menatap Bima tajam. "Sumpah! Lo pagi-pagi gini ganggu gue, sana mending pulang aja. Sana mending urus si geral." "Geral udah mati. Lo kemana aja." Alana terkejut. "Seriuss Bim???" "Makanya ... lo nya aja sibuk pacaran. Lupain musang ki
last updateLast Updated : 2024-05-08
Read more

12. Kasus 2

Alana sedang mengotopsi keadaan jenazah. "Zea Hutami, berusia 17 tahun. Dengan berat badan 70kg dan Tinggi Badan 160cm, memiliki Golongan Darah B+," ungkap Alana. "Apa yang terjadi, pelakunya sangat kejam." "Entah dengan motif apa. Apa pelaku memiliki dendam? Ada luka sayatan di kedua lengannya," timpal Lili di ruangan Otopsi. Alana selalu sepaket dengan Lili ketika melakukan Otopsi. Alana sedang menangani kasus meninggalnya remaja perempuan yang berstatus masih menjadi pelajar di sekolah menengah atas. Ia ditemukan di semak-semak belukar berjarak 2 km dari rumahnya. Menurut orang-orang sekitar, Zea sudah menghilang sekitar 3 hari yang lalu. "Kemungkinan besar Zea meninggal sudah dua hari yang lalu." Alana melihat bagian kepala. "Rambutnya, sudah jelas ada tarikan. Rambutnya pun, sudah mulai habis. "Dari penjelasan rumah sakit, Zea memiliki riwayat penyakit pada lambungnya yang sudah kronis." Alana mengecek bagian atas hingga bagian bawah tubuh korban. Terlihat beberapa luka
last updateLast Updated : 2024-05-08
Read more

13. Penyelidikan

"Mengenai desas-desus yang dipercayai oleh orang-orang sekitaran sini, memangnya benar Pak, bahwa keluarga Pak Santoso menjalankan ilmu hitam atau semacam aliran sesat?" tanya Bima. "Saya tidak bisa mengatakan itu sebuah kebenaran, namun banyak kejadian yang menjadi pendorong bahwa kecurigaan kita selama ini adalah benar," jawab Dodi. Tetangga Santoso kedua yang Tim datangi. "Jadi ini semua tidak ada hal yang membuktikan ya, Pak? Lantas bagaimana bisa hal ini menyebar begitu saja dan mengarah kepada keluarga Pak Santoso?" tanya Lili. "Menyebar begitu saja, sejak saya pindah ke sini sekitar 5 tahun yang lalu, semua itu sudah tersebar." "Apa Pak Dodi mengetahui, siapa orang yang menyebabkan desas-desus ini menyebar? Atau siapa orang yang mengungkapkan pertama kali kepada Pak Dodi?" tanya Alana. "Mungkin, bisa ditanyakan kepada Mayang." Dodi berpikir sejenak. "Ya ... sepertinya dia mengetahui lebih banyak, karena dia tinggal bersebrangan dengan rumah Pak Santoso." Bima menimpal. "At
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

14. Tiga Cakaran

"Sri boleh ikut nggak? Sri takut," pinta Sri seraya memegang pangkal lengan Mayang. Perempuan berambut ikal panjang itu memaksa Tim untuk membawanya pergi. "Sri janji ... Sri bakalan lakuin apapun, asalkan Sri mohon, bawa Sri pergi dari sini." Tim satu sama lain saling bertatapan. Alana dan Bima saling mengangguk. "Karena belum ada sesuatu yang terbukti secara nyata, ditakutkan hal ini akan membahayakan Sri kedepannya. Memang benar ... alangkah baiknya Sri untuk pergi dari sini." "Jangan khawatir ... soal pekerjaan, kamu mau nggak kerja di kafe keluargaku?" tanya Mayang. Wajahnya seketika tersenyum. "Serius?" Matanya berbinar. "Serius dong, kamu bisa sekalian tinggal di sana. Ada mess nya juga." "Serius?" Mayang tertawa. "Hahahaha serius Sri ...." Sri langsung memeluk Mayang. "Makasih banyak ya Mayang." "Iya ... sama-sama. Kaya kesiapa aja." "Em ... kayaknya kita harus pulang sekarang. Jalannya minim pencahayaan dan juga ditakutkannya ada jalan yang ditutup," ucap Athur, s
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

15. Keegoisan

Lili meneliti kehidupan korban lebih jauh. Semua sumber Ia amati. "Motif ditambahkan kotoran sapi, agar tidak meninggalkan jejak. Namun, sepertinya pelaku sedang sial," kata Alana. Membuat Lili menoleh. Lili tersenyum. "Ya ... pelaku menganggap kita bodoh. Padahal ... akhirnya semua kejahatan akan terungkap." "Dari awal saya sudah mencurigai bahwa jenazah tanpa identitas itu bukan asli kota ini. Maksudnya, Ia pendatang. Dari postur tubuhnya memang terlihat warga lokal," jelas Alana. "Hidungnya terlihat orang timur, rambutnya yang panjang, bulu mata yang lentik. Coba tolong bantu amati." Alana mengeluarkan beberapa sumber informasi yang telah Ia cari. Ia mengeluarkan laptop juga satu buah buku berjudul 'Haema'. "5 bulan yang lalu, ada sukarelawan yang mengekspos mengenai Kota Hema. Di sana hanya kota terpencil. kota itu makmur dan sangat tentram. Video itu viral ... hal itu membuat banyak orang datang lalu tak kembali ... katanya sih gitu. Belum ada informasi lebih lanjut dan bukti
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

16. Penggeledahan

Lili menemui Alana di ruangannya untuk menanyakan kemajuan dalam pencarian bukti kasus pembunuhan Zea. "Apa ada bukti baru?" "Ada ... saya menemukan akun sosial media milik Ibu Maya, Ibu dari Zea. Aktif sekitar 5 bulan yang lalu. Yang di mana, jika melihat dari foto keluarga dari tahun ke tahun terlihat tentram dan baik-baik saja. Bahkan, setiap Zea berulang tahun, Zea selalu di rayakan. Hingga terakhir pada bulan Oktober, Zea diberikan kado sebuah motor matic," jelas Alana. "Tetapi hal itu biasa terjadi ketika seseorang menyembunyikan sesuatu, bukan?" "Tunggu dulu, masih ada lagi." Alana memperlihatkan kembali. "Beberapa video dari akun tersebut juga, memberikan beberapa cuplikan kebersamaan, Keluarga Pak Santoso sering sekali hangout bersama-sama, sering sekali berlibur, di semua videonya pun, Zea terlihat bahagia, tidak ada keterpaksaan." Lili melihat beberapa foto dan video yang sudah Alana jadikan beberapa dokumen di laptopnya. "Ini baru satu akun, saya juga menemukan di
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

17. Wanita Selalu Benar

Ceklek Suara pintu terbuka, diikuti suara pintu terseret. Kamar yang rapih, bernuansa putih dan hijau sage menyatu. Hingga ketika melihatnya, terlihat mendamaikan dan menyejukkan mata. Lili mengerutkan keningnya. "Apanya yang nyeremin?" Alana dan Lili langsung mencari tahu ruangan tersebut, mencari dan berharap menemukan beberapa bukti yang kuat agar kasus ini terselesaikan. "Buka satu persatu semua laci, Na," perintah Lili. "Baik." Semua laci dari empat lemari besar mereka keluarkan. Hingga, tak ada sesuatu yang luput dari penglihatan mereka. Satu lemari telah Lili geledah. "Sejauh ini masih belum ada barang mencurigakan, Na." Lili seraya membereskan barang-barangnya dan memasukkannya kembali. "Sama, ini juga." Alana membuka lemari disisinya. "Coba sebelahnya, Li." Lagi-lagi, mereka tak menemukan hal yang mengarah kepada bukti-bukti yang mereka cari. "Tinggal dua lemari, Li. Bagi-bagi saja, Li. Fokus!" Alana dan Lili mencari beberapa bukti di lemari terakhirnya. "A
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

18. Tidak Bersalah

Alana menyimpan beberapa obat di meja. "Kami telah menemukan beberapa obat. Yang saya ketahui ini, ada beberapa obat kanker serta obat jantung, masing-masing pada obatnya tertera nama Ibu Maya dan Pak Santoso. Apa benar Bapak, Ibu, memiliki riwayat penyakit ini?" Maya hanya bisa menangis seraya mengangguk dengan pelan. "Saya sudah sangat lelah dengan hidup ini. Ditambah lagi harus menjelaskan hal yang membuat saya sangat lemas dan energi saya habis jika harus membahas terus, Zea itu penyemangat bagi hidup saya walaupun memang Zea tidak seperti anak yang lain." "Tidak seperti anak lain?" tanya Bima. "Zea itu mengidap penyakit mental. Zea selalu berteriak. Katanya, selalu ada bisikan. Zea selalu ketakutan, Zea selalu melukai dirinya sendiri. Jika emosinya tak dapat Zea kontrol, Zea selalu melempar barang berat atau memukuli dirinya." Menjelaskan itu, Maya menangis sejadi-jadinya. "Kasihan anak saya, hidup matinya tidak ada kebahagiaan. Tidak ada keadilan. Hebatnya Zea, Zea sela
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

19. Kota Casitovia

Atas bukti-bukti yang telah dikumpulkan, membuat Tim harus mencari keberadaan Sri dan Mayang. Semuanya telah terbukti bahwa mereka telah mencemarkan nama baik dan memfitnah. "Bagaimana?" tanya Alana. "Apa Mayang berada di rumahnya?" "Tidak ada," tegas Bima. Hari itu, Tim memutuskan untuk pergi ke kafe milik keluarga Mayang. Karena Mayang sudah tidak berada di rumah dengan semua furnitur rumahnya. Menempuh jarak 5km, dengan emosi Tim yang meluap-luap, semuanya penuh harapan, berharap apa yang ditakutkan tidak terjadi. "Masalahnya menjadi rumit, kasus Zea masih belum terpecahkan," kata Alana. Athur menimpal. "Kita hanya berputar-putar. Selama ini, hanya memecahkan sikap asli dari Sri dan Mayang saja." "Setidaknya kita mengetahui bahwa kedua orang tua Zea tidak bersalah. Mari tuntaskan," jawab Lili. "Benar ... tidak ada yang perlu disesalkan dalam berproses, fokus saja," sahut Bima seraya menyetir. Sementara itu, terdengar banyak klakson yang berbunyi di depan. Dengan kema
last updateLast Updated : 2024-05-10
Read more

20. Mengigau

Alana tersenyum melihat tingkah Bima kegelian akibat ulah Athur. "Gitu banget Bim. Lo yang pindah, atau gue yang pindah?" rayu Athur lagi. Tak ada reaksi dari Bima. "Yaudah, Na. Pindah sini ... gue pengen bobo bareng sama Bima, pengen kelonin dia, pengen tepuk-tepuk dia." Athur masih merayu Bima. "Pengen cium kening dia." Alana melihat Bima. Ia masih berpura-pura tertidur. Terlihat matanya bergerak-gerak. "Yaudah." Alana hendak berdiri saat itu. Tangan Bima langsung menahan Alana. Ia menyipitkan kedua matanya. "Tolong dong," bisik Bima. "Oh ...." Alana tertawa. "Nggak jadi Thur, udah tidur bayinya. Tadinya kan mau dikasih ASA (Air Susu Athur) ... kayaknya udah kenyang." "Kenyang minum susu siapa, Bim?" "Wah ... parah si Athur," kata Lili. "Siapa?" tanya Alana polos. "Pinggirnya! Hahaha!" seru Athur. Ia tertawa terbahak-bahak. Lili menggebuk memakai bantal di sampingnya. "Kebiasaan pikirannya!" Alana melihat Bima. Matanya masih terpejam dengan senyuman yang terukir di bibirny
last updateLast Updated : 2024-05-10
Read more
PREV
123456
...
8
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status