All Chapters of Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan: Chapter 11 - Chapter 17
17 Chapters
Bab 11
"Maksudnya, Sudah menerima sebagian bayarannya?" Raka pun memperjelas maksud Salsa. Dijawab anggukan kepala oleh Salsa, karena memang masih ada bayaran sampai akhirnya kontrak kerja sama mereka selesai. Lama Raka melihat wajah Salsa yang tampak begitu gelisah. Mungkin karena terlalu takut padanya. Raka sadar atas ucapannya sebelumnya, hingga dia pun merasa kasihan pada Salsa. "Apa kau tidak ingin menyelesaikan skripsi mu?" tanya Raka tiba-tiba. Salsa pun terkejut mendengar pertanyaan Raka, merasa tidak pernah bercerita tentang hal pribadi terutama kuliahnya. Bahkan, pada Indri sekalipun.Semua berjalan begitu cepat hingga akhirnya telah menjadi istri kedua dari pria di hadapannya ini. Lantas Raka tau dari mana? Sungguh menimbulkan pertanyaan besar dibenaknya. Namun, tanpa berani mengutarakan pertanyaannya. Padahal Raka bisa saja mengetahui apapun yang dia inginkan dengan kekuasaan yang dimiliki. Sayangnya Salsa tak tahu siapa sebenarnya pria yang kini dinikahinya
Read more
Bab 12
Saat Salsa sedang sibuk dengan pekerjaannya yaitu mencuci piring tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Salsa pun sejenak menghentikan aktivitasnya dan mengambil ponselnya yang tergeletak asal di atas meja. Dia menerima pesan tapi dari nomor yang tidak dikenal. Salsa pun segera membukanya dan membaca isi pesannya. [Tolong antarkan kopi] Salsa pun mencoba untuk melihat wajah yang ada di profil aplikasi hijau tersebut. Ternyata itu adalah wajah Raka yang begitu tampan. Membuat Salsa pun semakin melihat dengan jelas agar tak salah dalam melihat orang. Saat itu untuk sejenak Salsa terdiam mematung memandangi wajah tampa Raka, pria itu tampak mengenakan kemeja berwarna putih dengan alis tebal, hidung mancung dan rahang tegas. "Salsa," panggil Bik Iyem. Seketika membuat Salsa pun terkejut bukan main. "Ya ampun, kamu sampai kaget begitu, maaf," ujar Bik Iyem merasa bersalah. Sedangkan Salsa menelan ludah dengan susah payah karena barusan dikejutkan dengan pesan dari Raka
Read more
Bab 13
Mata Salsa terbelalak melihat pintu yang tertutup rapat. Dengan refleks dia pun melihat Raka. Tampan benar tampan, tapi juga sangat menyeramkan di mata Salsa. Membuat peluhnya pun mulai bercucuran menahan rasa takut yang terlintas di benaknya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Salsa bertanya-tanya dalam benaknya. "Apakah saya terlalu menakutkan?" tanya Raka tiba-tiba. Raka bertanya demikian karena ketakutan Salsa begitu berlebihan saat melihat wajahnya. Bukankah sudah bertemu siang tadi di rumah Salsa dan seharusnya tidak perlu lagi takut begini bukan? Membuat Raka penasaran dengan wajahnya seperti apa di mata Salsa. "Jawab!" kata Raka lagi dengan suara beratnya. Salsa meneguk saliva mendengar pertanyaan Raka. Dia bingung harus menjawab apa. Mengatakan iya atau tidak? Apa konsekuensinya nanti setelah menjawab? Apakah pria ini kasar? Suka main tangan? Salsa takut dengan segala pikirannya yang benar-benar sangat menyiksanya. "Hey, kenapa hanya diam
Read more
Bab 14
Satu pesan diterima. [Kamu dimana?] Salsa sudah tahu bahwa yang mengirimkan pesan padanya adalah Raka. Tapi dia bingung antara membalas pesan atau tidak. [Salsa!] Pesan kembali masuk dan Salsa menebak Raka benar-benar menunggu balasan pesan darinya. Baiklah, Salsa pun akhirnya memutuskan untuk membalasnya. [Di rumah, Tuan] Salsa. Sesaat kemudian Salsa pun kembali menerima pesan balasan. [Saya bilang tunggu di persimpangan jalan!] Raka. [Saya minta maaf, Tuan] Salsa. [Jangan membuat saya menunggu lebih lama!] Raka. Gegas Salsa meraih tasnya kemudian segera berlari dengan sekuat tenaga untuk sampai di persimpangan jalan seperti yang dikatakan oleh Raka. Sesampainya di sana dia pun melihat ke sekitarnya untuk mencari keberadaan Raka. Hingga akhirnya Raka pun muncul, tanpa ba-bi-bu langsung menariknya masuk ke dalam mobil. Hingga akhirnya kini keduanya duduk saling bersebelahan. Napas Salsa tampak memburu dengan dada naik turun karena ngos-ngosan. "Minum," Raka pun membe
Read more
Bab 15
Tiba-tiba saja saat sedang bekerja Raka pun mengingat saat Salsa sedang bersama dengan temanya yang tampak begitu akrab. Tidak ada wajah ketakutan seperti saat bersama dengan dirinya. Raka pun mencoba untuk mengirimkan sebuah pesan. [Kamu dimana?] Raka. Salsa yang sudah berdiri di depan gerbang kampus pun mulai melihat ponselnya dan melihat pesan yang dikirimkan oleh Raka. [Saya mau pulang, Tuan] Salsa. Raka pun segera bangkit dari duduknya kemudian menyambar kunci mobilnya. Tapi sesampainya di pintu gerbang kampus Raka tidak melihat keberadaan Salsa. Raka berpikir mungkin Salsa masih berasa di dalam kelas. Dia pun segera mengirimkan pesan. [Saya ada di gerbang kampus] Raka. * * Salsa pun terkejut setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Raka. Dia tampak panik bercampur takut. Ia tak tau Raka akan menjemputnya, lagi pula sebelumnya tidak mengatakan apa-apa. Sedangkan dirinya kini sudah pulang bersama dengan Evan. "Kamu kerja dimana?" tanya Evan samb
Read more
Bab 16
Ingin marah tapi resikonya membuat Salsa semakin takut padanya, namun jika diam saja rasanya begitu menyakitkan. Terpaksa Raka pun menahan amarahnya, jika saja orang lain yang melakukannya mungkin Raka sudah melemparnya dari ketinggian ini. Akhirnya kini Salsa pun harus mengompres wajah Raka yang terasa sakit. "Kenapa kamu selalu ceroboh?" "Maaf, Tuan." "Selalu saja mengatakan maaf!" gerutu Raka. Akhirnya Salsa pun memutuskan terus mengompres wajah Raka tanpa berbicara lagi. Sampai akhirnya tatapan keduanya bertemu, tapi secepat mungkin Salsa memutuskan pandangan karena itu sangat tidak nyaman. Sedangkan Raka tampak biasa saja. "Bagaimana hari ini di kampus?" tanya Raka berbasa-basi. "Apanya?" tanya Salsa bingung. "Perasaan mu seperti apa saat di kampus?" Raka pun memperjelas pertanyaannya, "saya lihat kau tampak akrab dengan teman lelakimu, jaga batasan mu sampai akhirnya kontrak kita selesai!" tambah Raka diakhir kalimatnya. Salsa pun mulai mengerti dengan ar
Read more
Bab 17
Raka yang kini sedang menikmati makan malamnya sejenak melihat Salsa yang hanya berdiri saja. "Kenapa berdiri? Duduk!" Raka pun menunjuk kursi yang berada di depannya. Tapi saat itu bertepatan dengan suara Dara yang memanggilnya. "Kak Salsa!" seru Dara. Salsa pun gegas menuju kamar dan ternyata Dara haus. Setelah memberikan mineral Salsa pun kembali mengompresnya. Raka yang kini berdiri di depan pintu kamar pun menyaksikan sendiri Salsa begitu menyayangi adiknya. Bahkan dengan penuh keibuan menyayangi adiknya.Salsa layaknya seorang Ibu yang begitu menyayangi anaknya. "Apa tidak sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja?" Salsa pun mulai menyadari kehadiran Raka yang ternyata ada di sana juga. "Nggak usah, besok juga sudah lebih baik, Tuan," jawab Salsa. Raka pun mengangguk kemudian segera pergi dari sana. Salsa mengira Raka telah pulang, dia pun segera keluar dari kamar untuk mengunci pintu. Ternyata tidak, karena Raka masih duduk di ruang tamu. "Anda, masih d
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status