Beranda / CEO / Dalam Pelukan Sang CEO / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab Dalam Pelukan Sang CEO: Bab 101 - Bab 110

245 Bab

101. Kamu Harus Baik-baik Saja

***“Kamu!! Kenapa selalu mencuri ciuman di bibirku!” kesal Sarah.“Mau kamu apa? Mau yang lebih? Dengan senang hati aku mewujudkannya, sayang,” ucap Kevin dengan sengaja.Sarah masih kesal, ia hanya mendiamkan Kevin begitu saja.Dan kemarahan gadis itu membuat Kevin tak mengerti. Kevin terus menatap lekat gadis itu tanpa jeda, hingga akhirnya Sarah mengatakan sesuatu."Apa kamu tak peka?" tanya Sarah akhirnya."Aku bukan cenayang, sayang. Mana bisa aku menebak kenapa kamu mendiamkanku tanpa aku tahu apa salahku. Coba kamu beberkan salahku apa, nanti aku bisa memperbaikinya dan aku tak akan mengulangi lagi, aku janji!" jawab Kevin."Kamu memang enggak pernah peka!" ujar Sarah kesal. Kevin menghela napas, perempuan memang makhluk yang sangat rumit, banyak kode yang sampai sekarang para pria sulit untuk memecahkannya. Bahkan diamnya seorang perempuan bisa menghancurkan kewarasan.Kevin mengelus wajah Sarah dengan lembut, "Aku minta maaf. Kalau kamu tak bicara apa salahku, nanti ke depan
Baca selengkapnya

102. Sebenarnya Aku Lelah...

***Esok hari, Hansen akan terbang ke Inggris. Ada urusan mendadak yang harus segera ia selesaikan di sana. Ayahnya yang seorang bangsawan Inggris memaksanya datang dan mengancam jika ia tak menggubrisnya. Sebenarnya ia malas berhubungan dengan ayah kandungnya itu, ia tak mau dipusingkan dengan segala aturan dan protokol yang membelenggu kebebasannya. Hansen tak suka diatur, ia harus mengatur dirinya sendiri.Hansen memencet nomor ponsel Sarah, ia tahu gadis itu sulit untuk mengangkat telepon darinya. Pesan pun dibalas singkat olehnya.“Halo… “Deg! Suara gadis itu membuat irama jantungnya berdebar lebih cepat.“Halo, Sarah. Aku tunggu kamu di kantorku sore ini, aku akan menyerahkan dokumen yang harus kamu pelajari,” kata Hansen dengan suara tenang.“Harus saya yang datang?” tanya Sarah.“Iya, harus kamu,” balas Hansen.“Baiklah. Nanti sore saya datang.”“Oke. Aku tunggu,” ucap Hansen.Panggilan telepon pun berakhir, Hansen menghela napas. Ditapaknya langit dari jendela ruang kerjanya
Baca selengkapnya

103. Bukan Salahmu

***Sudah dua hari Shopia dirawat di rumah sakit swasta di Jakarta. Shopia dirawat karena mengalami kecelakaan kecil setelah ditabrak oleh pengendara motor yang ugal-ugalan. Beruntung, Shopia hanya mengalami patah tulang ringan di kakinya dan beberapa memar. Sarah terus menemani dan merawatnya dengan penuh perhatian. Dua hari ini pikirannya sangat kacau, ia terus saja menangis karena merasa kecelakaan yang dialami oleh Shopia adalah salahnya. Anak itu kecelakaan karena menunggunya yang janji akan datang menjemputnya sepulang sekolah. Sarah merasa ia bukan calon ibu yang baik untuk anak itu. Shopia sudah mulai mau makan hari ini dan tadi dokter datang untuk memeriksa Shopia pasca operasi dan mengatakan perkembangan Shopia sangat pesat.Shopia melihat Sarah yang sedang muram, lalu ia mengucapkan, "Bunda, senyum dong."Sarah tak menyangka Shopia memperhatikannya, lalu dengan senyum ia membelai rambut Shopia dengan penuh kasih sayang. "Iya, sayang. Bunda ini senyum. Kamu udah enakan?" tan
Baca selengkapnya

104. Seperti Pecundang

***"Sudah kamu dapatkan datanya?" tanya Kevin pada Sean, asisten khususnya."Sudah, Tuan. Semuanya sudah siap secara sempurna," jawabnya dengan tenang."Bagus, kita ganti rencana ke Plan B karena mereka sudah mulai bergerak cepat," perintah Kevin."Baik, Tuan. Nanti saya akan coba diskusikan lagi dengan Boss Besar. Beliau siap seratus persen mendukung Anda," ucap Sean."Kamu memang paling jago membuat siapa pun jadi berbalik mendukung kita, aku sangat bangga denganmu," puji Kevin."Sudah kewajiban saya melayani Tuan, bahkan dengan nyawa sebagai taruhannya sekalipun!" Sean mengatakan dengan tulus dan yakin."Saya tahu, kamu dan keluargamu sangat loyal kepada kami. Saya pastikan kehidupan keluarga kalian akan baik-baik saja," Kevin menjanjikan."Bulan depan saya akan pergi ke Swiss dan saya sengaja akan mengajak Violet pergi bersama, biar akting kita terlihat sempurna di mata mereka. Saya tak sabar menjatuhkan mereka sampai titik terendah!""Saya akan melakukan sesuai dengan apa yang
Baca selengkapnya

105. Bagian dari Rencana

***"Langsung ke rumah sakit ya," ucap Sarah ramah pada Sean."Baik, Nona," jawab Sean sopan.Mobil berjalan pelan, gerimis dari siang belum berhenti membasahi kota Jakarta. Hari ini Sarah tidak pulang bersama Kevin, lelaki itu mendadak ada pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini juga. Hari ini Shopia sudah pulih, dan menurut dokter, dua hari lagi Shopia bisa pulang ke rumah. Anak itu langsung sumringah ketika tahu dia akan pulang. Katanya, dia kangen tidur dengan semua boneka pandanya. Sarah tersenyum mengingat tingkah imut anak itu."Sean, kamu sudah lama bekerja dengan Kevin?" tanya Sarah memecah keheningan."Keluarga kami memang bekerja untuk keluarga Tuan Kevin," jawab Sean."Oh, turun-temurun berarti ya.""Iya, Nona," Sean berkata dengan sopan."Kamu ini kenapa harus kaku seperti bosmu, huh!" Sarah menggerutu."Maksud Nona?""Sikapmu dan gaya bicaramu sangat kaku. Aku pasti lebih muda darimu, tapi kamu bicara denganku sangat sopan dan formal," jawab Sarah menjelaskan."Karen
Baca selengkapnya

106. Hanya Tertarik punyamu

***Pagi ini, Sarah dijemput oleh Sean, asisten sekaligus pengawal pribadi Kevin. Sean datang sangat pagi, seperti biasa, selalu satu jam lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Kevin memberi tahu bahwa pagi ini dia akan rapat, sehingga tidak bisa menjemput atau menemui Shopia sebentar.Kemarin, ketika Sarah bertanya kepada Zeline tentang Sean, gadis itu tidak terlalu tahu banyak tentang Sean. Zeline hanya tahu bahwa Sean adalah pengawal yang sering dipanggil Kevin saat membutuhkan perlindungan ekstra."Apa nanti kamu juga yang akan menjemputku di butik?" tanya Sarah."Iya, Nona. Tuan Kevin malam ini akan pergi ke perjamuan yang diadakan oleh Pak Zidan," jawab Sean dengan bahasa formal.Sarah mengerti. Memang, Kevin sudah diundang langsung oleh kakeknya Olivia untuk datang. Hatinya tidak sedikit pun cemburu jika Kevin bertemu dengan cinta pertamanya itu. Baginya, masa lalu hanyalah lembaran usang yang sudah tidak bisa dibaca lagi. Begitu pula dengan dirinya, cinta pertamanya dulu telah
Baca selengkapnya

107. Untuk Menjaga Hatinya

***Suasana di rumah Olivia cukup ramai, meski undangan yang disebar terbatas. Kakek Zidan hanya mengundang orang-orang yang menurutnya sangat dekat.Kevin melihat Bastian dan Christian sedang berbicara. Saat ia melangkahkan kakinya, ada suara berat yang memanggilnya. Ia menoleh ke arah sumber suara itu dan tersenyum bahagia saat melihatnya."Akhirnya Kakek bisa bertemu dengan orang yang super sibuk sepertimu," sapa Kakek Zidan sambil merangkul pundak Kevin."Maafkan cucumu yang nakal ini, Kek. Sungguh bukan sengaja, tapi pekerjaanku ini sangat menyita waktu," jelas Kevin."Iya, Kakek tahu perusahaanmu sedang ada proyek besar dari Swiss, kan?" tanya Kakek Zidan."Iya, Kek. Makanya aku harus mengerjakannya dengan sempurna. Aku tak ingin pekerjaanku ada noda sedikit pun," jawab Kevin."Kamu memang selalu bekerja sangat keras dan baik. Tak salah kamu jadi pebisnis top di Asia," puji Kakek Zidan bangga."Kakek terlalu memuji. Nanti hidungku bisa terbang," ujar Kevin sambil tersenyum."Ayo
Baca selengkapnya

108. Aku Membencinya

***Waktu menunjukkan jam sepuluh pagi. Ponsel Sarah terus berbunyi. Kevin dan Zeline tak henti-hentinya menghubunginya untuk segera datang ke rumah sakit. Hari ini Shopia sudah bisa pulang ke rumah. Tadinya, ia dan Kevin akan pergi bersama ke rumah sakit, tetapi mendadak ada pelanggan yang komplain sehingga ia harus menyelesaikan masalah di butik terlebih dahulu.Sean telah menunggu Sarah selama kurang lebih satu jam. Para karyawan perempuan di butik berbisik-bisik, memandang ke arah Sean dengan malu-malu. Mereka kagum dengan ketampanan Sean dan aura dingin yang lelaki itu pancarkan."Sean, maaf menunggu lama," ucap Sarah merasa bersalah."Tak masalah, Nona," jawab Sean datar.Lelaki itu hanya sesekali tersenyum, padahal jika Sean terus tersenyum, Sarah yakin pasti banyak gadis yang akan mengantri menjadi pacar lelaki itu. Namun, wajah datar dan bahasanya yang terlalu formal membuat para gadis enggan mendekatinya. Sean terlalu kaku!"Apa nanti kita telat sampai rumah sakit?" tanya Sa
Baca selengkapnya

109. Menangislah!

***Kevin memijat kepalanya perlahan dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Beberapa hari terakhir ini ia sangat lelah. Urusan kantor dan beberapa masalah lain menguras habis tenaganya. Sebenarnya ia ingin menemui Sarah, tapi perkataan Sarah kemarin membuatnya kecewa. Gadis itu sekali lagi meragukan hubungan mereka, meragukan dirinya sendiri. Kevin tak ingin berdebat dengannya karena itu hanya akan membuatnya semakin pusing."Kenapa kamu mengulanginya lagi? Aku membenci kata perpisahan di antara kita," gumam Kevin sambil menghembuskan napas dengan kasar.Pintu diketuk tiga kali, Nancy datang membawa makanan. Sejak siang, ia tidak melihat Kevin makan sesuatu. Nancy melihat wajah Kevin yang kusut."Makanlah, sudah malam dan kamu belum makan dari siang," kata Nancy khawatir."Kenapa kamu belum pulang?" tanya Kevin pelan."Aku khawatir padamu. Dari pagi aku melihatmu sangat murung. Apa kamu sedang sakit?" Nancy bertanya dengan prihatin.Kevin menggeleng lemah, "Kamu pulanglah! Kasihan anakmu
Baca selengkapnya

110. Hanya Melihatmu Saja!

***Sudah lebih dari satu jam Sarah duduk di pangkuan Kevin. Lelaki itu sibuk dengan dokumen yang dari tadi ia baca, pelajari, dan koreksi. Sarah merasa sangat bosan hanya duduk melihat dokumen-dokumen. Saat ia protes, Kevin hanya mengabaikannya. Ketika Sarah mencoba berdiri, tangan Kevin malah memegang pinggangnya lebih erat."Apa kamu tidak pegal? Aku sudah duduk satu jam lebih di atas pahamu ini," tanya Sarah."Tidak. Kamu sangat ringan seperti kapas. Mau seharian kamu duduk di atas pahaku pun tidak terasa apa-apa," jawab Kevin santai sambil tetap fokus dengan pekerjaannya."Jadi maksudmu aku ini kurang gizi?" gerutu Sarah."Bisa jadi," jawab Kevin, membuat Sarah sebal."Makanku sangat banyak!" protes Sarah."Mungkin lemakmu itu terserap ke dunia lain," Kevin menanggapi dengan asal."Jadi maksudmu lemakku itu diibaratkan hantu?" tanya Sarah heran. Kevin tidak menjawab, hanya tersenyum.Tak lama kemudian Sarah bertanya, "Besok kamu berarti ke Swiss hanya berdua dengan si dada balon
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
25
DMCA.com Protection Status