***"Langsung ke rumah sakit ya," ucap Sarah ramah pada Sean."Baik, Nona," jawab Sean sopan.Mobil berjalan pelan, gerimis dari siang belum berhenti membasahi kota Jakarta. Hari ini Sarah tidak pulang bersama Kevin, lelaki itu mendadak ada pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini juga. Hari ini Shopia sudah pulih, dan menurut dokter, dua hari lagi Shopia bisa pulang ke rumah. Anak itu langsung sumringah ketika tahu dia akan pulang. Katanya, dia kangen tidur dengan semua boneka pandanya. Sarah tersenyum mengingat tingkah imut anak itu."Sean, kamu sudah lama bekerja dengan Kevin?" tanya Sarah memecah keheningan."Keluarga kami memang bekerja untuk keluarga Tuan Kevin," jawab Sean."Oh, turun-temurun berarti ya.""Iya, Nona," Sean berkata dengan sopan."Kamu ini kenapa harus kaku seperti bosmu, huh!" Sarah menggerutu."Maksud Nona?""Sikapmu dan gaya bicaramu sangat kaku. Aku pasti lebih muda darimu, tapi kamu bicara denganku sangat sopan dan formal," jawab Sarah menjelaskan."Karen
***Pagi ini, Sarah dijemput oleh Sean, asisten sekaligus pengawal pribadi Kevin. Sean datang sangat pagi, seperti biasa, selalu satu jam lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Kevin memberi tahu bahwa pagi ini dia akan rapat, sehingga tidak bisa menjemput atau menemui Shopia sebentar.Kemarin, ketika Sarah bertanya kepada Zeline tentang Sean, gadis itu tidak terlalu tahu banyak tentang Sean. Zeline hanya tahu bahwa Sean adalah pengawal yang sering dipanggil Kevin saat membutuhkan perlindungan ekstra."Apa nanti kamu juga yang akan menjemputku di butik?" tanya Sarah."Iya, Nona. Tuan Kevin malam ini akan pergi ke perjamuan yang diadakan oleh Pak Zidan," jawab Sean dengan bahasa formal.Sarah mengerti. Memang, Kevin sudah diundang langsung oleh kakeknya Olivia untuk datang. Hatinya tidak sedikit pun cemburu jika Kevin bertemu dengan cinta pertamanya itu. Baginya, masa lalu hanyalah lembaran usang yang sudah tidak bisa dibaca lagi. Begitu pula dengan dirinya, cinta pertamanya dulu telah
***Suasana di rumah Olivia cukup ramai, meski undangan yang disebar terbatas. Kakek Zidan hanya mengundang orang-orang yang menurutnya sangat dekat.Kevin melihat Bastian dan Christian sedang berbicara. Saat ia melangkahkan kakinya, ada suara berat yang memanggilnya. Ia menoleh ke arah sumber suara itu dan tersenyum bahagia saat melihatnya."Akhirnya Kakek bisa bertemu dengan orang yang super sibuk sepertimu," sapa Kakek Zidan sambil merangkul pundak Kevin."Maafkan cucumu yang nakal ini, Kek. Sungguh bukan sengaja, tapi pekerjaanku ini sangat menyita waktu," jelas Kevin."Iya, Kakek tahu perusahaanmu sedang ada proyek besar dari Swiss, kan?" tanya Kakek Zidan."Iya, Kek. Makanya aku harus mengerjakannya dengan sempurna. Aku tak ingin pekerjaanku ada noda sedikit pun," jawab Kevin."Kamu memang selalu bekerja sangat keras dan baik. Tak salah kamu jadi pebisnis top di Asia," puji Kakek Zidan bangga."Kakek terlalu memuji. Nanti hidungku bisa terbang," ujar Kevin sambil tersenyum."Ayo
***Waktu menunjukkan jam sepuluh pagi. Ponsel Sarah terus berbunyi. Kevin dan Zeline tak henti-hentinya menghubunginya untuk segera datang ke rumah sakit. Hari ini Shopia sudah bisa pulang ke rumah. Tadinya, ia dan Kevin akan pergi bersama ke rumah sakit, tetapi mendadak ada pelanggan yang komplain sehingga ia harus menyelesaikan masalah di butik terlebih dahulu.Sean telah menunggu Sarah selama kurang lebih satu jam. Para karyawan perempuan di butik berbisik-bisik, memandang ke arah Sean dengan malu-malu. Mereka kagum dengan ketampanan Sean dan aura dingin yang lelaki itu pancarkan."Sean, maaf menunggu lama," ucap Sarah merasa bersalah."Tak masalah, Nona," jawab Sean datar.Lelaki itu hanya sesekali tersenyum, padahal jika Sean terus tersenyum, Sarah yakin pasti banyak gadis yang akan mengantri menjadi pacar lelaki itu. Namun, wajah datar dan bahasanya yang terlalu formal membuat para gadis enggan mendekatinya. Sean terlalu kaku!"Apa nanti kita telat sampai rumah sakit?" tanya Sa
***Kevin memijat kepalanya perlahan dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Beberapa hari terakhir ini ia sangat lelah. Urusan kantor dan beberapa masalah lain menguras habis tenaganya. Sebenarnya ia ingin menemui Sarah, tapi perkataan Sarah kemarin membuatnya kecewa. Gadis itu sekali lagi meragukan hubungan mereka, meragukan dirinya sendiri. Kevin tak ingin berdebat dengannya karena itu hanya akan membuatnya semakin pusing."Kenapa kamu mengulanginya lagi? Aku membenci kata perpisahan di antara kita," gumam Kevin sambil menghembuskan napas dengan kasar.Pintu diketuk tiga kali, Nancy datang membawa makanan. Sejak siang, ia tidak melihat Kevin makan sesuatu. Nancy melihat wajah Kevin yang kusut."Makanlah, sudah malam dan kamu belum makan dari siang," kata Nancy khawatir."Kenapa kamu belum pulang?" tanya Kevin pelan."Aku khawatir padamu. Dari pagi aku melihatmu sangat murung. Apa kamu sedang sakit?" Nancy bertanya dengan prihatin.Kevin menggeleng lemah, "Kamu pulanglah! Kasihan anakmu
***Sudah lebih dari satu jam Sarah duduk di pangkuan Kevin. Lelaki itu sibuk dengan dokumen yang dari tadi ia baca, pelajari, dan koreksi. Sarah merasa sangat bosan hanya duduk melihat dokumen-dokumen. Saat ia protes, Kevin hanya mengabaikannya. Ketika Sarah mencoba berdiri, tangan Kevin malah memegang pinggangnya lebih erat."Apa kamu tidak pegal? Aku sudah duduk satu jam lebih di atas pahamu ini," tanya Sarah."Tidak. Kamu sangat ringan seperti kapas. Mau seharian kamu duduk di atas pahaku pun tidak terasa apa-apa," jawab Kevin santai sambil tetap fokus dengan pekerjaannya."Jadi maksudmu aku ini kurang gizi?" gerutu Sarah."Bisa jadi," jawab Kevin, membuat Sarah sebal."Makanku sangat banyak!" protes Sarah."Mungkin lemakmu itu terserap ke dunia lain," Kevin menanggapi dengan asal."Jadi maksudmu lemakku itu diibaratkan hantu?" tanya Sarah heran. Kevin tidak menjawab, hanya tersenyum.Tak lama kemudian Sarah bertanya, "Besok kamu berarti ke Swiss hanya berdua dengan si dada balon
***Siang ini, Bastian mengajak Sarah dan Zeline. Pria itu beralasan kalau ia bosan menghabiskan makan siang seorang diri karena saat ia akan mengajak Christian, lelaki itu sedang ada janji dengan istrinya."Tumben mengajakku?" tanya Sarah ketika baru sampai di restoran tempat mereka bertiga janjian."Biar orang-orang melihat, aku hebat. Makan siang ditemani dua wanita cantik," jawab Bastian membanggakan dirinya sendiri."Bilang saja, kamu gugup kalau hanya mengajak makan siang berdua dengan Zeline dan kamu mengajakku hanya untuk mencari alasan agar Zeline tak curiga!" celeteuk Sarah."Tidak! Aku memang ingin mengajakmu juga, kan kekasihmu saat ini sedang berada di Swiss dan aku akan menjagamu sangat baik," Bastian memberi alasan."Jangan membohongiku! Kamu tak akan pernah bisa!" balas Sarah."Aku mana bisa bohong dengan wanita cantik sepertimu, baby," Bastian tersenyum."Berhenti memanggilku dengan sebutan itu! Aku geli mendengarnya," protes Sarah."Tapi aku sangat menyukainya," Bast
***"Umurmu berapa?" tanya Sarah tiba-tiba pada Sean, membuat lelaki itu mengerutkan alisnya."Dua puluh delapan tahun," jawab Sean."Apa kamu pernah berkencan sebelumnya?" Sarah bertanya lagi.Sean hanya menggelengkan kepalanya."Apa kamu pernah menyukai atau memendam cinta pada seseorang?" Sarah terus bertanya, wanita itu penasaran.Sean menggeleng lagi, tidak mengerti kenapa kekasih bossnya sangat ingin tahu tentang kehidupan asmaranya."Apa kamu tipe lelaki yang mencari pasangan dengan ta'aruf?" Sarah bertanya sambil menatap Sean."Apa itu ta'aruf?" Sean malah bertanya balik."Ta'aruf itu proses perkenalan secara Islami, di mana kamu didampingi beberapa orang untuk berkenalan dengan calon pasangan. Sebelumnya, kamu dan calonmu bertukar biodata. Jika saling tertarik, bisa lanjut sampai menikah. Itu yang aku tahu tentang ta'aruf. Jadi, tidak ada istilah pacaran," Sarah menjelaskan secara garis besar."Saya tak pernah berpikir untuk pacaran, apalagi menikah," ucap Sean."Jadi kamu ma