All Chapters of BALASAN UNTUK SUAMIKU YANG PELIT: Chapter 61 - Chapter 70

84 Chapters

BAB 61

Pagi itu Zulkifli asik merokok sambil memandang mobil yang baru saja dia lap sehingga kinclong mentereng. Tiba-tiba lima lembar uang gambar Presiden Soekarno tergeletak di depannya. Refleks Zulkifli menoleh."Ba-bapak," sapanya dari hati paling dalam. Panggilan benar-benar untuk bapaknya sendiri."Bawa Qirani jalan-jalan sana. Sumpek di rumah terus. Hari ini kita kan libur."Zulkifli tersenyum. "Sudah sana. Pergi bawa mobil. Jangan pakai motor.""Iiya, Pak. Terimakasih banyak, Bapak," lirih Zulkifli dengan perasaan membuncah senang. Pandangannya tak berkedip melihat punggung ayahnya yang kembali masuk rumah. 'Begini rasanya punya ayah. Ya Allah, nikmatnya. Alhamdulillah' batin Zulkifli berbinar meraih uang yang berjejer itu. Wussh! Tiba-tiba uang itu sudah berpindah tangan. Zulkifli melongo, uang di tangannya hilang. Laki-laki itu mendongak dan Bu Anggun sudah berdiri dengan wajah angkuh. "Gayamu mau pake uang suamiku. Kamu di sini hanya supir dan jangan melonjak. Dasar gak punya
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

BAB 62

"Kita pulang ya, Mak. Aku jemput Mamak terus kita temui Bapak. Kasihan Bapak karena sudah sangat lama menunggu kita. Ayo, Mak! Aku rindu Bapakku, Mak! Tolong, Mak ...."Zulkifli sampai sesegukan memohon pada ibunya. "Ya Allah, Zul ... anakku."Bu Ningsih gemetar meraih ponsel yang sempat jatuh ke tanah. Ia melihat putranya juga menangis. "Iya, ya Mak. Aku jemput ya, Mak. Kita ke Bapak ya!""Ya Allah anakku. Bagaimana ... bagaimana Mamakmu ini berujar, Zulkifli. Aku begitu takut keluarga ayahmu membahayakanmu, Nak. Aku tidak takut dengan keselamatan diriku sendiri, Zul. Tapi aku takut, istri ayahmu dan ibu ayahmu membuatmu celaka, anakku yang semata wayang. Ya Allah ....""Tidak, Mak. Mereka tidak akan mampu mencelakaiku. Percaya padaku, Mak. Aku bisa jaga diriku. Kita ketemu Bapak, ya, Mak!"Berputar isi kepala Bu Ningsih bersamaan dengan dadanya yang bergemuruh hebat. Menggema kembali ucapan ibu mertuanya yang mengancamnya akan membunuh putranya. Ooh tidak! Bu Ningsih menggeleng-ge
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

BAB 63

Fadli berhasil menemui Badrul, ketua begal yang tertangkap. Ia memberikan pria itu uang lima juta untuk membuka mulut dan rupanya itu berhasil. Meskipun di dalam penjara, Badrul bisa bertransaksi. Apa yang tidak bisa dibeli oleh uang? Bahkan Badrul bisa menentukan kebebasannya karena ia memiliki uang. Mendapatkan informasi bahwa malam itu, aksi begalnya disponsori oleh Zulkifli, Fadli luar biasa kagetnya. "Mas! Cabut laporanmu!" seru Qiran setelah berhasil menemui Fadli. Sedari tadi dia menunggu mantan suaminya itu di depan kantor. "Ngimpi kamu, Dek. Dia sudah begal aku, ambil motorku. Lalu kamu mau suruh aku cabut laporan?! Jangan asbun deh. Asal bunyi!""Mas! Aku siap ganti rugi motormu, Mas! Cabut laporanmu!" Qirani sampai menarik tangan Fadli. "Aku sudah keluar banyak untuk mengungkapkan kasus ini. Sialan, dia rupanya di balik ini! Apa jangan-jangan, rampok yang di rumahku itu juga sahabatmu itu, Qi?!""Bodo amat. Intinya aku minta kamu cabut laporanmu, Mas! Aku akan membayar
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

BAB 64

"Wahyu!!! Aku bawakan kamu istrimu! Aku bawa kembali Ningsih padamu, Wahyu!!!" teriak Bu Nurul langsung berderai air mata. Berdenging telinga Pak Wahyu mendengarnya. Apa yang sedang Nurul ucapkan? pikirnya. Jantungnya bertalu-talu hebat dengan matanya tak berkedip menatap wanita bercadar yang sedang digandeng Bu Nurul. 'Apa yang di katakan Nurul itu? Apa aku sedang berhalusinasi? Sungguhkan dia Ningsih?'Pak Wahyu tak menyadari kakinya bergerak tapi perlahan. Gemetar tapak kakinya menyentuh paving block tanpa alas kaki. Selangkah ... dua langkah ... "Wahyu! Ini Ningsih, Wahyu!" seru Bu Nurul melangkah cepat, seperti menyeret Bu Ningsih yang sudah basah dengan air matanya sendiri. Qiran mengikuti langkah ibunya, memegang pundak Bu Ningsih. Kini mereka sudah berjarak dua hasta. Bu Nurul terengah-engah sebab dia sendiri sebenarnya tak kalah berdebarnya. Mulutnya tersenyum lebar, membuncahkan perasaannya yang bahagia. "Wah-wahyu! I-ini istrimu, Wahyu! Ini Ningsih-mu. Dia tidak mening
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

BAB 65

"Dia bukan supirku. Zulkifli adalah putraku. Dia ternyata anakku bersama Ningsih. Zulkifli adalah janin yang ada di rahim Ningsih saat dia pergi karena ancaman ibuku itu. Aku bahagia sekali, Anggun. Rupanya aku memiliki seorang putra yang gagah. Jadi, uang 100 juta tak cukup untuk menebus ketidakbisaanku mendidiknya selama ini. Putraku hanya sedikit nakal."Jatuh tas branded yang ada di tangan Bu Anggun bersama wajahnya yang langsung putih pucat. Supir itu putra suaminya? Bagaimana bisa? Apakah ini sudah diatur? Siapa yang mengaturnya? Bayangan wajah Bu Nurul dan Bu Ningsih seperti sedang menertawakannya. "Besok pagi kita urus. Sore ini aku akan mengundang pelapornya ke rumah. Tolong bantu siapkan jamuan untuk mereka. Kemungkinan aku akan mengundang satu keluarga langsung.""Kalau begitu, aku akan bantu di dapur dan beres-beres, Mas. Sudah mau ashar sebentar lagi," ujar Bu Ningsih mencoba akan keluar. Rasanya masih sangat asing sekarang berduaan di kamar meskipun itu suaminya. "Tida
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

BAB 66

"Tidak perlu, Qiran. Di rumah ini, kamu bukan tamu apalagi pembantu. Kamu anakku, kamu akan menjadi menantu di sini. Jadi duduklah!" seru Pak Wahyu yang membuat Fadli sekeluarga terperanjat hebat. Apalagi Nilamsari, mendadak gelap pandangannya seketika. Terbuka mulut Qirani seperti huruf 0. Ia bahkan tidak tiba-tiba tidak tahu caranya duduk kembali. Mundur apa maju dulu. Ucapan Pak Wahyu membuatnya jiwanya melayang-layang ke awan. Bu Nurul yang mendengarnya semar mesem bahagia. Meskipun dia tidak tahu, apakah ucapan Wahyu itu sungguh-sungguh dari hatinya atau hanya ingin memanasi keluarga mantan suami Qirani. Bu Nurul pernah bercerita pada Pak Wahyu bagaimana perlakuan keluarga Fadli pada putrinya. "Mbak Nilam!" seru Nita melihat Nilam tidur di atas meja. Lengannya yang menjadi alas kepalanya. Setelah mendengar suara Nita barulah jiwa Qirani kembali ke bumi. Kaget lagi dia melihat Nilamsari pingsan. Bu Sita nampak cuek saja dengan kondisi menantunya. Namun dia tak punya tenaga kare
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

BAB 67

"Sekarang, kamu sudah siap menemui Mama?" tanya Pak Wahyu pada Bu Ningsih. Sebab, semenjak kemarin, Bu Ningsih belum mau menemui mertuanya. "Siap, Mas. Asalkan aku ditemani Zulkifli, insyaAllah siap.""Untuk apa menemuinya? Tidak perlu," ketus Zulkifli. Melihat respon putranya, Pak Wahyu hanya menghela napas. Ia tak bisa menyalahkan Zulkifli jika tak bisa menerima neneknya. Terlalu dalam belati yang dihujamkan ibunya dalam kehidupan istri dan putranya. "Nenekmu pasti sudah sangat tua, Nak. Kasihan jika kita tahan maaf untuknya. Maaf yang sekarang, saat kita masih di bumi jauh lebih berpahala. Kita harus bisa melapangkan dada untuk menerima nenekmu, Zul.""Papa tahu, kita menderita dalam perpisahan karena nenekmu. Demi Papa, maafkan nenekmu, Zul."Tak ada respon Zulkifli selain pasrah dibawa oleh ayahnya berjalan menuju kamar Bu Sari. Bahkan ketika sudah di kamar itu, Zulkifli pun enggan melihat neneknya. Sedangkan Bu Ningsih menangis sesegukan melihat kondisi mertuanya yang hanya
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

BAB 68

"Kamu cantik," ucap Zulkifli melihat Qirani yang sedang menatap langit yang begitu cerah. "Kamu juga tampan," sambut Qiran kikuk. Mereka sedang candle night dinner di atas gedung tertinggi yang tanpa atap. Sebuah fasilitas yang ditawarkan oleh hotel berbintang. Para pengunjung bisa menikmati makan malam yang berhiaskan lilin dan taburan bintang dari langit secara langsung. Lampu-lampu kuning temaram digantung dengan cantik di setiap pohon palem hias dan juga bunga-bunga cantik yang menjadi pagar sisi pinggir gedung. Bisa melihat pemandang kota dengan gemerlap kelap kelip suasana malam yang menjadi andalan hotel itu. "Kira-kira, mantan kita akan datang gak?" tanya Zulkifli serius. "Datang lah. Rugi kalau gak datang. Untuk mendapatkan makan malam di sini kan tidak sembarangan orang. Aku heran, kenapa Papa-mu sampai adakan acara makan malam segala dengan keluarga Fadli," sungut Qiran tak habis pikir."Biasanya berdasarkan pengalamanku sama dia, ya untuk menunjukkan kekuasaan dan keko
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

BAB 69

"Menikahlah denganku. Aku mencintai kamu tidak hanya di waktu sekarang, tapi sudah jauh lebih dulu saat kita masih remaja. Mau kan kamu, jadikan aku teman hidupmu selamanya, Qirani?"Sejenak hening di antara mereka. Tiba-tiba Qirani manyun, memonyongkan mulutnya. Zulkifli keheranan. Lagi ditembak kok cemberut gitu? Zulkifli melepaskan tangannya lalu mendorong bibir Qirani dengan telunjuknya sampai mundur ke belakang kepala Qirani. "Aaaihhhh!" seru Qirani menangkap telunjuk Zulkifli dan menepisnya. "Kenapa mulutmu macam ikan asin cucut?" tanya Zulkifli menjentik kening Qiran. "Haaaih sakit!" Qiran memukul lengan Zulkifli. Namun semua orang juga tahu jika melihat, pukulan itu adalah pukulan manja dan penuh perasaan. "Kenapa makanya?!""Karena aku kesal sih," timpal Qiran masih manyun."Ya Allah segitunya. Makanya aku gak mau ungkapkan perasaanku yang sebenarnya sama kamu sejak dulu, gini nih, malah dikeselin. Kamu gak tahu, butuh berapa lama aku punya nyali untuk mengaku."Kali ini
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

BAB 70

Mobil Zulkifli sudah berada Mall. "Sudah sampai. Ayo kita turun!" seru Zulkifli."Eittz! Tunggu dulu. Itu kan duit 25 juta. Kita berempat. Bagi dulu duitnya baru turun!" usul Bu Nurul antusias. "Naah ide bagus, Mbak," sambut Bu Ningsih setuju. "Iya, biar gak anak dua ini saja yang habiskan uang. Baju yang biasa 3 seratus ribu di pasar, dibeli mahal-mahal di sini," cerocos Bu Nurul. "Iiih Ibuk, baju apaan dapat 3 seratus ribu," ketus Qiran manyun. "Udah, kamu keluarin aja duitnya. Kita dapat masing-masing 5 juta. Nah sisa 5 juta pake makan enak-enak!" usul Zulkifli. "Aku setuju," sambut Bu Nurul. Bu Ningsih menyenggol putranya."Nanti kamu boleh pakai uang Mamak juga. Gak apa-apa, Zul.""Mamak beli lah sesuatu. Itu kan tujuan Papa. Nanti aku bantu carikan gamis-gamis oke biar Mamak makin cantik di depan Papa!""Iiih Mamak sudah tua juga, ngapain cantik-cantik," ucap Bu Ningsih malu. "Mama tetap cantik bagaimana pun dandanannya. Tapi supaya mengimbangi Papaku yang gagah, mestila
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status