Semua Bab BALASAN UNTUK SUAMIKU YANG PELIT: Bab 31 - Bab 40

84 Bab

BAB 31

"Jadi benar kamu gak hamil? Gak ada benih mantan suamimu itu di rahimmu?!"Dengan terpaksa aku mengangguk. Ya Allah, aku pasrah. "Alhamdulillah kalau begitu. Alhamdulillah ya Allah," sambut ibuku dengan suara yang sangat pelan.Aku membelalak karena terkejut dengan respon ibu. Aku mengira ibu akan semakin down namun ternyata dia justru memberikan senyum dan menarik tanganku untuk semakin jauh. "Ayo kita pergi dari sini," ucap ibuku menggenggam tanganku yang mengepal. Aku ikut saja saat tubuhku terseret. Zulkifli dan Mala yang sedari tadi menunggu kami langsung bergerak juga. Tiba-tiba suara pekikan nenek peot itu berteriak mendekat. "Tunggu dulu, Mbak!"Ternyata masih punya nyali dia untuk mendekat. Bahkan mungkin singa saja tak berani mendekat,apalagi berjalan angkuh seperti itu menghampiri ibuku yang sedang murka. Ibuku tak menjawab panggilannya. Tapi bersamaan dengan itu, aku deg-degan sekali. Begitu congkak dia berdiri tak jauh dari kami, seperti menelusuri tubuhku dengan tata
Baca selengkapnya

BAB 32

28 TAHUN YANG LALU ...Seorang wanita muda sedang menangis tersedu-sedu. Sesekali dia memegang perutnya sembari menutup mulutnya yang sedang terisak. "Tolong saya, Mbak Nurul. Saya tidak tahu harus pulang kemana lagi. Malu teramat malu jika sampai kembali ke kampung dengan kondisi begini. Lagi pula, nenek sudah meninggal, tidak ada tempat saya pulang. Siapa sudi memelihara wanita yatim piatu seperti saya.""Ya Allah Ningsih, aku kira kamu sudah bahagia bersama Wahyu. Kalian kan sudah sah jadi suami istri, meski nikah siri. Kenapa bisa jadi begini? Kalau ada masalah rumah tangga, baiknya diselesaikan bersama, bukan dengan cara kamu kabur dari rumah suamimu."Ningsih hanya menggeleng. **Ningsih memang sudah sah menjadi istri Wahyu Pramana, putra pengusaha properti yang masih sedang merintis. Mereka bertemu di pasar malam dan akhirnya menjalin kasih. Ningsih yang merantau karena ingin mengubah hidup, mendapatkan angin segar karena dipinang oleh seorang pemuda yang tampan dan berpendid
Baca selengkapnya

BAB 33

Nurul menenteng sebuah pepaya matang lalu mengetuk rumah tua yang sudah lapuk dimakan usia. Rumah itu kosong, berada di tengah sawah. Pemiliknya sudah pindah ke kota dan sukses di kota. Namun karena rumah masa kecil, mereka tidak mau merobohkannya. Nurul berinisiatif meminta izin untuk menempatkan Ningsih di sana dan setelah dihubungi lewat hp, ternyata mereka tidak keberatan. Daripada dibiarkan kosong. "Terimakasih banyak,ya Mbak. Ini saya habis kupas kacang tanah lima bakul. Mudahan barangnya cepat laku biar upah saya dibayarkan," tutur Ningsih begitu lahap makan pepaya matang itu. "Kalau ada yang bikin ulah sama kamu, kasih tahu saja. Biar kucincang hidup-hidup.""Hehehe, Mbak bisa saja. Sudah satu bulan saya merepotkan Mbak Nurul di sini. Mbak sudah seperti kakak kandung saya. Terimakasih banyak, Mbak. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan Mbak Nurul. Saya siap jadi pelayan Mbak Nurul sepanjang hidup saya."Nurul hanya menghela napas berat. Tak pernah sekali pun dia bertanya d
Baca selengkapnya

BAB 34

"Ja-janin?""Ya. Hari dimana Ningsih mengetahui dirinya hamil, hari itu ibumu yang jahat itu datang menghancurkan dunianya!" seru Bu Nurul tak sungkan langsung menembak dengan kata-kata. "Allah ...."Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Pak Wahyu. Air matanya sampai berderai-derai. Luar biasa sakit perasaannya saat ini. Membayangkan Ningsih, rupanya membawa janin mereka. Ribuan pertanyaan di dalam otaknya namun tak sanggup dia bicara sepatah kata pun. 28 tahun adalah waktu yang sangat lama tapi sekarang seperti dia berada di masa itu. Ia ingin berlari, berlari sekuat kakinya melangkah. Seperti apakah anak mereka?"Niiiiing!"Pak Wahyu meremas rambutnya dan benar-benar menangis. "Lalu, apakah kamu sudah menikah?" tanya Bu Nurul seolah tak peduli dengan shocknya Pak Wahyu. Pria itu mengangguk. "Dengan Anggun?"Lagi-lagi Pak Wahyu mengangguk. 'Ciih! Matilah kamu dalam rasa bersalahmu, Wahyu. Begitu mudahnya kamu diputar fitnah ibumu. Malah menikah pula kamu dengan wanita itu. Har
Baca selengkapnya

BAB 35

Zulkifli hanya bisa melihat langkah gontai majikannya yang keluar dari mobil. Dia sudah menawarkan bantuan namun pria yang berwibawa itu menolak.Entah mengapa, melihat bosnya terpuruk begitu, Zulkifli begitu sedih. Pak Wahyu terus menyeret kakinya masuk ke rumahnya yang sangat megah bak istana itu. Dua pelayannya sudah siap membuka jaketnya dan menunggu sepatunya dilepas. Postur tubuh Pak Wahyu persis sekali dengan postur tubuh Pak SBY. "Sayang! Syukur lah kamu pulang. Dari pagi kamu menghilang!" seru Bu Anggun mendekati suaminya. Nampak segar dan harum wanita itu meski pun sudah berusia 52 tahun. Pak Wahyu hanya diam saja dengan wajah yang sangat masam. Satu prasangkanya yang sangat kental adalah dia yakin Anggun juga terlibat dalam membuat fitnah itu. Buktinya saat itu, tumben sekali dia mau merayakan ulang tahun. Dia biasanya tidak suka dirayakan ulang tahun dengan acara resmi seperti saat itu. "Sayang! Kenapa? Ada masalah di kantor?!"Bu Anggun menghadang suaminya dengan ma
Baca selengkapnya

BAB 36

"Maksudmu?!!!""Gak ada maksud apa-apa, mau memberikan efek jera saja," jawab Qirani memasuk botol itu ke dalam tasnya. "Apa tidak mengancam nyawa?" tanya Zulkifli tiba-tiba jadi takut. Tak menyangka, Qirani punya ide segila itu. "Tidak mengancam nyawa, hanya mengancam burung dan sangkarnya."Zulkifli mengusap wajahnya. Sekarang Dia yang berpikir keras. Biar bagaimana pun, Nilam pernah menjadi bagian hidupnya yang indah. Sangat tak nyaman jika membayangkan dia sampai gencet. "Kenapa pucat gitu wajahmu? Panik ya? Tenang saja. Aku yang tanggung jawab. Kamu hanya perlu mengantarku ke toko ATK di depan.""Aku tak mau kalau sampai Nilam celaka.""Diiih ... yang masih bucin," sindir Qirani mencebik."Bukan begitu. Jangan sampai ini membawa masalah baru.""Baru kena lem. Mereka itu wajib kena hukum rajam lo ya kalau benar-benar ikut hukum Islam."Tak ada jawaban dari mulut Zulkifli. Dia menjalankan mobil dengan perlahan dan akhirnya sampai di sebuah toko alat tulis kantor. Rupanya Qirani
Baca selengkapnya

BAB 37

Saldo Anda:Rp. 80.734.38Seketika hening dan berdenging dunia Fadli Irawan. Nilam memajukan kepalanya untuk memastikan pandangannya. Dia berharap, dia sedang salah baca karena rasa berdenyut nyeri di bawah sana. Berkali-kali dia menghitung angka di belakang titik. Harusnya, harusnya ada tiga angka lagi. Setelah benar-benar yakin dengan penglihatannya, ia menoleh pada Fadli yang gemetar, pucat seperti mayat hidup. Pria itu langsung duduk di lantai. Lemas kakinya bagai tak bertungkai."Bang, mung-mungkin kamu salah masukin ATM. Coba cek lagi.""Aku ... aku hanya punya satu ATM, Dek!""Terus bagaimana bisa jadi delapan puluh ribu, Bang?""Bagaimana aku tahu, Dek! Aku tak tahu! Aku tak pernah cek saldo selama lebih dari tiga minggu bahkan rasanya terakhir pas masuk gaji bulan lalu. Itu yang terakhir. Bagaimana ini, bagaimana ini????!!!".Fadli merenggut rambutnya sendiri. Dia memukul-mukul lantai ATM itu sampai ia merasakan sakit di telapak tangannya. Saking shocknya, pria itu bersujud l
Baca selengkapnya

BAB 38

"Mama!" teriak Nilam langsung mencoba menangkap tubuh tua Bu Sita. Wanita itu sampai mangap-mangap karena shock. Seperti udara itu begitu sulit dia hirup. Bayangan angka 66 juta membuatnya tak bisa membuka mata. Seolah-olah angka 66 sedang menindihnya, berat sekali. "Ma! Kendalikan diri Mama!" seru Nilam panik. "Uang ... uang 66 juta ... ya Allah, 66 juta. Ya Muhammad, 66 juta. Uhuuuhuuhu ....""Ya, tenang, Ma. Nanti takutnya jantung Mama berhenti berdetak!""Ya Allah, gimana itu 66 juta? Huhuhu ... Ya Allah!"Nilamsari hanya memainkan bibirnya seperti menyembunyikan ejekan hatinya. 'Sekarang saja si ibu tua ini ingat Allah, pake bawa nabi Muhamad pula. Dari kemarin gibahnya pol polan, pamernya ih, mukenah bau lemari' batin Nilam mengejek. Semula dia mau cari muka jadi calon mantu soleha, namun rasanya dia diprank sebab mengetahui keluarga itu juga tak kalah jauh dengannya, jarang ingat Tuhan. Setiap adzan hanya lewat saja, tak ada yang sujud. Dia berduaan di ruang tamu dengan Fad
Baca selengkapnya

BAB 39

*Scene saat Fadli masuk kamar ibunya*Melihat Fadli menyusul ibunya ke kamar, Nilam langsung melepaskan cucian piring itu. Gegas dia mengendap di balik tembok, mencuri dengar semua pembicaraan ibu dan anak itu. Ia langsung membatin:'Toxic banget keluarga ini! Bisa jadi tengkorak hidup-hidup aku kalau begini terus. Bodo amat sama PNS! Punya suami dikendalikan ibunya itu adzab. Aduh, bukan mundur alon-alon lagi judulnya ini tapi kabuuuur!' Nilam sari langsung melesat meraih tasnya di ruang tamu lalu berjalan hampir seperti orang berlari. Cepat sekali dia melangkah seperti ada setan yang mengejarnya. "Benar pulu-pulu si Fadli itu. Bertopeng PNS menawarkan kesejahteraan, namun saat jadi istrinya malah zonk. Pantas saja Qirani penyakitan. Pasti karena kelamaan memendam beban batin. Aduh ... amit-amit!"Nilam terus mengoceh sembari langkahya tak berhenti. Napasnya ngos-ngosan namun dia terus saja. Dengan cepat dia mengeluarkan hpnya. Ia langsung mematikan ponselnya. "Ganti nomor, yes. G
Baca selengkapnya

BAB 40

Pak Wahyu mengetuk pintu kamar yang ditempati Bu Nurul, tapi tak ada jawaban. "Tuan mencari Bu Nurul?""Ii-iiya," jawab Pak Wahyu agak kikuk disapa begitu oleh pelayannya. Ada rasa segan, dia seorang Tuan Besar yang mencari lebih dulu. "Bu Nurul sedang membersihkan taman, Pak." Pak Wahyu langsung berbeda raut wajahnya. "Ka-kami sudah melarangnya, Tuan tapi Bu Nurul tidak mengindahkan," lanjut pelayan itu mengerti. "Sudah, lanjutkan pekerjaanmu. Biar aku yang bicara dengannya. Kalian harus memastikan dia betah di sini, karena dia adalah tamuku.""Baik, Tuan."Pak Wahyu langsung menuju taman samping dan terlihat Bu Nurul sedang sibuk mencabut rumput dan menanam beberapa tumbuhan di bagian-bagian yang menurutnya perlu diisi. "Apa tidak bisa kamu rehat dulu? Nanti kalau sudah di desa, kamu bisa menanam sepuasmu.""Aku takut masa tuaku nanti stroke kalau terlalu malas bergerak!" timpal Bu Nurul fokus menggali tanah. Tak ada sedikit pun dia menoleh. "Memangnya sekarang kamu masih muda?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status