Home / Pernikahan / BALASAN UNTUK SUAMIKU YANG PELIT / Kabanata 51 - Kabanata 60

Lahat ng Kabanata ng BALASAN UNTUK SUAMIKU YANG PELIT: Kabanata 51 - Kabanata 60

84 Kabanata

BAB 51

Zulkifli menikmati sarapan pagi yang dikirimkan ibunya. Abon ikan asin buatan Bu Ningsih sangat nikmat dicampur nasi panas. Pria itu duduk di kursi bundar halaman samping, dilengkapi dengan segelas kopi yang masih mengebul asapnya. "Enak sekali nampaknya sarapanmu, Zul. Sampai tak mendongak kamu," sapa Pak Wahyu yang baru pulang joging. "Hehehe, iya, Pak. Saya sarapannya kepagian ya, Pak."Pak Wahyu duduk. "Ini lauk kiriman Mama saya, Pak. Lauk kesukaan saya. Ikan asin yang dijadikan abon.""Wah menggoda aromanya, Zul. Mau dong saya coba. Sudah sangat lama ... lama sekali saya tidak pernah makan abon ikan asin.""Waah, Bapak suka?""Iya, dulu saya suka. Tapi sekarang tidak pernah ketemu abon begini, jadi hampir lupa saya rasanya. Boleh saya minta?" tanya Pak Wahyu antusias. Zulkifli mengangguk senang. Ia lalu masuk ke dapur dan mengambil satu piring nasi hangat lagi beserta air mineral khusus untuk majikannya. "Ayo, Pak. Cobalah. Semoga suka, ya!".. .. Terpaku Pak Wahyu ketika
Magbasa pa

BAB 52

Qirani berusaha menahan dirinya agar lebih tenang. 'Aku harus tunggu emosi ibuku stabil dulu, kalau gak, bisa-bisa aku yang dijadikan umpan lele' desis hatinya bertekad. Menjelang sore, Bu Nurul nampak sibuk menyapu halaman. Disapunya halaman itu dengan kekuatan penuh, seperti daun-daun kering kelengkeng itu adalah dosa yang harus dibersihkan. Melayang-layang di udara sapu lidi itu setiap kali menjalankan tugasnya. "Itu setengah jam aja gitu nyapunya Bu E, bisa habis sapu itu teraniaya. Lagi marahan sama bestinya, ssapu yang jadi korban," celetuk Mala duduk di ruang tamu, membuka tirai jendela lalu mengintip dari jendela kaca. "Jangan komentar, mungkin masalahnya benar-benar serius," ucap Qiran berusaha setenang mungkin. "Iya. Aneh banget. Nyapu supaya bersih, NO! Nyapu untuk meluapkan emosi yang terpendam, YES! Itu bukannya bersih, malah bisa patah nanti sapu itu nanti Mbak!""Biarin aja. Nanti kamu bisa disapu juga kan bahaya."Mala hanya cekikikan. Ia kembali memainkan hapenya
Magbasa pa

BAB 53

"Mari kita berkenalan jika itu diperlukan," ucap Bu Anggun mengangkat rahangnya, berusaha menjelaskan posisinya. Bu Ningsih diam saja. Tangannya mengepal menahan diri. Wusssh! Wusssh! . Lima lembar foto sedang berterbangan di depan Bu Ningsih. "Itu foto pernikahanmu dengan Mas Wahyu. Tak usah sembunyikan diri lagi."Bu Nining melihat ke arah foto-foto yang sudah tergeletak kotor di tanah. Hatinya sakit. Air matanya sekuat tenaga dia tahan agar tidak pecah. Ia menunduk, meraih foto-foto itu lalu mengusapnya. Ia tak kuasa untuk mengabaikan foto itu. Benda itu amat berharga untuknya. "Kenapa kamu datang untuk mengusik hidupku? Bukankah aku sudah merelakan Mas Wahyu untukmu, Anggun?" Bu Ningsih melirih, menyesap kembali air matanya. Dia tak ingin tampak lemah di depan orang lain. Bu Nurul telah banyak mempengaruhi pikirannya bahwa jangan mengganggu orang lain, tapi kalau diganggu, libas saja. Begitu ucapan wanita yang sudah dianggap sebagai kakak kandungnya itu. Namun tak mudah unt
Magbasa pa

BAB 54

"Aku tidak akan melanggar batasanku, Ning. Aku hanya orang luar. Tanpa izin darimu, aku tidak bisa memberitahu mereka. Jadi bagaimana, apa aku sampaikan berita dan keadaan ini pada Wahyu sekarang?" tanya Bu Nurul dengan napas menderu. "Ti-tidak, Mbak! Tidak boleh, Mbak! Aku tidak mengizinkan Mbak menyampaikan berita ini.""Kubunuh saja kamu, Ning! Kamu membuatku perang batin! Bisa cepat mati aku kalau begini terus!""Tolong Mbak, demi persahabatan kita. Tolong jangan biarkan orang tahu siapa putraku, Mbak! Apalagi keluarga ayahnya! Mereka bisa melakukan apa saja padanya, Mbak."Bu Nurul menggigit giginya sendiri, sampai muncul suara gesekan-gesekan dalam mulutnya karena menahan amarah. Menggemeletuk tak tertahan. "Mbak, aku bersujud di kakimu, Mbak Nurul! Tolong aku. Jangan biarkan napasku hilang karena khawatir putraku dalam ancaman mereka, orang-orang jahat!""Terserah. Terserah sudah! Capek aku!"Kliiik! Panggilan itu terputus. Kali ini Bu Nurul sudah bisa menemukan tombol off d
Magbasa pa

BAB 55

Fadli melipat bibirnya karena panggilannya ditolak Qirani. "Cuek banget sih kamu, Qi," lirihnya sendu. Sekarang pria itu menopang dagu, memikirkan kehidupan yang sedang berjalan dan kehidupannya yang sudah terlewati. Memang dulu dia tinggal di kontrakan reot, yang temboknya ada yang hampir bolong karena dindingnya mengeropos. Tapi hatinya tenang saja menjalani hari. Qirani melayaninya dengan tulus tanpa protes. Sekarang, dia tinggal di kontrakan yang bagus. Ada AC-nya, berlantai keramik yang licin, dindingnya bahkan berhias stiker cantik tapi hatinya kosong. Seperti ada sebagian dari dirinya yang hilang. Nilamsari tidak seperti yang dia perkirakan. Wanita itu rupanya senang sekali meninggalkan rumah dan pulang larut. Alasannya refreshing dan bawaan bayi. Katanya kalau di rumah, bawaannya mual. Rumah jarang disapu, masak hanya sesekali. Lagi-lagi katanya mual, pusing. Tapi kalau keluar jalan-jalan, gak mual gak pusing. Dinasehati malah balik marah-marah, nangis, tantrum. Fadli hanya
Magbasa pa

BAB 56

"Gak ada, Bang. Uangmu sudah habis. Kalau nanya sisa, tinggal 4 juta. Aku mau pake persiapan beli daster busui."... ... "Jangan bercanda, Nilam. Uang 20 juta itu. Dalam waktu 2 minggu bagaimana kamu bisa bilang sisa 4 juta?""Yaa ... 16 jutanya habis, Bang. Hemmm ... aku pakai perawatan, kamu mau kan aku tetap cantik? Aku beli skin care paket lengkap, baju-baju hamil, terus aku juga beli sandal dan tas baru. Aku juga beli makanan sehat untukku dan anak kita. Kalau aku terjamin makanannya, tentulah anakmu akan cerdas pandai sejak dalam kandungan. Selain itu, aku juga beli aneka kebutuhan dapur seperti perbumbuan. Jangan kira tumis kangkung yang kamu puji enaknya itu hanya menggunakan bawang saja. Ada banyak jenis saos yang diperlukan untuk itu. Jadi, uang 16 jutamu gak sia-sia, Bang.""Bagaimana kamu seenteng ini, Nilam? Uang itu aku kumpulkan dengan berpahit-pahit. Sampai-sampai Qirani pun kuajak hidup mencekik. Jangankan 16 juta, Nilam, 16 ribu saja dia tidak pernah kuberikan. De
Magbasa pa

BAB 57

"Ji-jika kamu ingin me-melihat wa-wajah kakekmu, a-ayahku sa-saat muda, li-lihatlah dia. Me-me-mereka sa-sangat mi-mmirip sekali," ucap Bu Sari terengah-engah. Mendengar itu, Zulkifli salah tingkah. Rasanya terlalu berlebihan. "Ya, Mama istirahat sudah. Memang aku tak tahu wajah kakekku saat muda, tapi jika memang mirip Zul, ya syukurlah. Kakekku berarti tampan," sanggah Pak Wahyu sekilas menoleh ke arah Zulkifli."Wajah boleh mirip, tapi nasibnya beda, Nyonya. Terimakasih, saya merasa tersanjung," ucap Zulkifli merasa malu dan sungkan."Ti-tidak ha-hanya wa-wa-wajah, post-postur tubuhnya juga," tambah Bu Sari dengan napasnya naik turun. Bahkan dia belum berpaling dari memandang Zulkifli. 'Ya emang cucumu, Bu! Cucu yang kamu buang bahkan mungkin belum jadi gumpalan daging di rahim mantumu!' gerutu hati Bu Nurul gregetan. Pak Wahyu mengabaikan ucapan ibunya. Baginya, perkara mirip itu relatif. Apalagi mata tua ibunya, tidak bisa terlalu dianggap serius. Ia mengusap dadanya yang sud
Magbasa pa

BAB 58

Pak Wahyu mengusap mata tuanya, memandang foto pernikahannya dengan Ningsih. Sebuah foto yang sudah dia perkecil, menyisakan dirinya yang sedang bersanding dengan pengantinya 28 tahun yang lalu. "Bagaimana caranya aku mengucapkan maafku padamu, Ningsih? Ya Allah, Ning.""Maaf, Pak. Baru nemu tempat fotokopiannya," ujar Zulkifli masuk, meletakkan map di atas dashboard mobil. "Tidak apa-apa, Zul. Resiko aku yang lupa bawa berkas proposalnya. Kita sudah sejauh ini mau balik," tanggap Pak Wahyu. Zulkifli melanjutkan perjalanan dan beberapa kali menoleh pada bosnya itu. Was-was hatinya melihat kondisi bosnya yang masih shock tapi harus tetap bekerja. "Apa ada komplen terkait acara yasinan yang sudah berlangsung dua hari ini, Zul?" "Alhamdulillah tidak ada, Pak. Semua senang dan mendoakan almarhumah istri Bapak, Bu Ningsih.""Iya, Zul. Terimakasih banyak, ya. Kamu sudah banyak membantu.""Sama-sama, Pak. Sudah menjadi tugas saya. Cuma saya minta, Bapak jangan terlalu lelah. Jaga keseha
Magbasa pa

BAB 59

Kleeek! Tangan Zulkifli sempurna membuka laci dashboard depan mobil itu. "Ini dia headsetku... korekku juga, kok bisa ada di sini? Apa punya kaki mereka?"Zulkifli mengeluarkan gumpalan headset putih dan koreknya. Tangannya mer4ba sesuatu yang halus. "Apa ini? Foto?"... ... Klaaaak! Suara mobil yang dibuka. Secepat kilat Zulkifli meletakkan kembali lembaran foto itu dan menutup kotak dashboard. "Loh, kok kaget?" tanya Pak Wahyu memasang sabuk pengaman."Ii-ii-iiya, Pak."Korek gas dan headset itu jatuh. Dengan tangan gemetar, Zulkifli segera memungutnya. Tubuhnya lemas sampai-sampai ia terjerembab ke bawah. Dipaksanya tubuhnya bangun, meski kepalanya sempat terpentok dashboard mobil. "Apa semua baik-baik saja, Zul?""I-iiya, Pak. Saya minum dulu ya, Pak."Zulkifli menegak air mineral dengan cepat. 'Ya Allah, ya Allah ... apa yang barusan aku lihat? Aku tidak salah lihatkan? Ya Allah, kuatkan tanganku menjalankan tugas hari ini. Tolong aku."Tatapan Zulkifli fokus ke depan.
Magbasa pa

BAB 60

Saat Pak Wahyu keluar dari kantor, pria itu berjalan mendekat. Zulkifli langsung keluar dengan hati yang membuncah. Zulkifli berlari seperti ia mengejar sesuatu yang telah hilang dan baru terlihat lagi. Melihat Zulkifli berlari mendekatinya, Pak Wahyu berhenti sembari mengangkat alisnya karena bingung. Langkah Zulkifli berhenti di depan Pak Wahyu dengan napas naik turun. Gemetar tangan dan lidah Zulkifli. "Pppaaak ...."Sekuat tenaga Zulkifli menahan air matanya. "Iya, Zul?""Ba-ba-bapak ....""Ya, Zul. Kenapa kamu sampai lari begini? Ayo kita pulang."Sekuat tenaga Zulkifli menggenggam tangannya menahan batinnya yang menyeruak. Apa obat kerinduan selain pertemuan? *Hampir lepas nyawa ibumu untukmu, Pli*Suara Bu Nurul terus menelisik memenuhi pikirannya. *Sementara ini, junjung tinggi ibumu. Jangan lewati izinnya, Pli*Zulkifli menelan air liurnya yang terasa menggumpal banyak. Ia ingin memeluk bapaknya, ia ingin menangis di pundak bapaknya dan dia ingin menceritakan betapa berat
Magbasa pa
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status