SCENE SAAT FADLI DITELPON NILAM"Maaf, Dek. Tadi yang bicara itu istriku. Dia memang gak punya adab. Sudah aku ajari tapi tak terbuka pikirannya.""Adek malu digituin, Bang. Dimarah-marah, diumpat-umpat!""Ya, Dek. Maafkan, ya.""Bang, ceraikan dia dan nikahi aku.""Dek ...."Sejenak Fadli menarik napasnya dalam-dalam. Menceraikan Qirani? Dia memang mengakui sudah tidak memiliki selera dengan istrinya itu. Apalagi dibandingkan dengan kecantikan Nilam, sangat jauh. Qirani juga terlalu cerewet, banyak menentang ucapannya, dan juga membawa sial dalam hidupnya. Apalagi sekarang, wanita itu mengidap penyakit rahim. Ia jadi jijik, makin tak selera. "Abang, adek siap jadi istri Abang.""Ii-iiya, Dek. Aku juga ingin jadi suamimu. Aku akan melepaskan istriku. Aku juga sudah bosan sama dia. Dia juga membawa kesialan dalam hidupku.""Janji, ya, Bang!""Ya, Dek Nilam. Abang janji. Cepat atau lambat, aku akan menceraikan istriku. Sekarang Adek sabar dulu.""Temani aku, Bang. Aku butuh teman. Aku
Baca selengkapnya