Mobil Zulkifli sudah berada Mall. "Sudah sampai. Ayo kita turun!" seru Zulkifli."Eittz! Tunggu dulu. Itu kan duit 25 juta. Kita berempat. Bagi dulu duitnya baru turun!" usul Bu Nurul antusias. "Naah ide bagus, Mbak," sambut Bu Ningsih setuju. "Iya, biar gak anak dua ini saja yang habiskan uang. Baju yang biasa 3 seratus ribu di pasar, dibeli mahal-mahal di sini," cerocos Bu Nurul. "Iiih Ibuk, baju apaan dapat 3 seratus ribu," ketus Qiran manyun. "Udah, kamu keluarin aja duitnya. Kita dapat masing-masing 5 juta. Nah sisa 5 juta pake makan enak-enak!" usul Zulkifli. "Aku setuju," sambut Bu Nurul. Bu Ningsih menyenggol putranya."Nanti kamu boleh pakai uang Mamak juga. Gak apa-apa, Zul.""Mamak beli lah sesuatu. Itu kan tujuan Papa. Nanti aku bantu carikan gamis-gamis oke biar Mamak makin cantik di depan Papa!""Iiih Mamak sudah tua juga, ngapain cantik-cantik," ucap Bu Ningsih malu. "Mama tetap cantik bagaimana pun dandanannya. Tapi supaya mengimbangi Papaku yang gagah, mestila
SCENE SAAT ZULKIFLI BARU SAMPAI DI RUMAH SAKITQirani melihat Pak Wahyu sedang bicara dengan Bu Ningsih juga ibunya. 'Mumpung sekarang di rumah sakit, aku harus membawa obat yang kemarin itu ke laboratorium. Dari kemarin gak sempat' batin Qirani. Ia langsung berdiri. "Kamu mau kemana, Qi?" tanya Zulkifli. "Mau ke depan. Ada urusan sedikit.""Kamu akan jadi istriku, Qi. Terbukalah secara detail."Qiran kembali duduk. Dari tasnya, dia mengeluarkan tablet obat yang sudah dia bungkus dengan tisu."Dua hari yang lalu, aku melihat Tari menukar obat nenekmu dengan obat ini. Lalu dia memberikan Bu Sari minum obat ini.""Mungkin itu memang sudah obatnya?" "Tapi gelagatnya mencurigakan. Aku ingin membawa obat ini ke laboratorium. Kita cek apa kandungannya dan untuk apa?""Okelah. Aku temani. Ayo!".... .... "Kapan bisa diambil hasilnya, Mbak?" tanya Qirani. "Besok pagi.""Baik."Qirani berbalik dan mendapati Zulkifli menerima panggilan. Setelah selesai, mereka bertatapan. Zulkifli memega
"Kamu dimana, Qi? Disuruh nemenin ibu tiriku, kok ngilang?" tanya Zulkifli via telepon. "Ya gimana aku gak kabur, dia ngusir aku!"Qiran menjawab sembari berjalan perlahan mendekati Zulkifli. Kebetulan Zulkifli menelpon di luar ruangan dan dia pun sudah dekat dengan ruangan perawatan Bu Anggun. "Iya sudah. Kamu dimana makanya itu?""Di hatimu, Sayang," jawab Qiran menahan senyum. "Duh duh duh! Kawin lari yuk!" kekeh Zulkifli merab4 tengkuknya karena terasa ada angin. Geli seperti ada yang tiup dengan lembut. "Ayok!"Refleks Zulkifli berbalik dan sudah mendapati Qiran di belakangnya. Alhasil, hidung Qiran yang tidak semancung dia jadi sasaran. Ditariknya hidung itu gemas. "Pinter ngerjain memang, ya!""Iiih! Aku gak mau mancung! Nanti banyak cowok yang mau! Cukup kamu aja yang mau sama aku!"Qiran merengek menjauhkan wajahnya sembari mengusap hidungnya yang terasa menyatu dan mengembang hampir bersamaan. Zulkifli tertawa. "Kamu bawa apa itu?" tanya Zulkifli menoleh ke arah goodie
"Mulai hari ini, DIA BUKAN ISTRIKU! Aku TALAK 1 Anggun Anggraini dan meskipun talak 1, semoga aku tidak kembali menyatu selamanya dengan dia lagi."Suara Pak Wahyu yang masuk di telinga Bu Anggun yang menyebut namanya dengan diiringi kata talak seperti boom dahsyat yang benar-benar meluluhlantakkan dunia Bu Anggun dalam hitungan detik. "Mmmas ...." lirih Bu Anggun gemetar. "Jangan panggil aku!""Mas Wahyu!" teriak Bu Anggun histeris. "Jangan panggil namaku! Bagaimana aku masih beristrikan wanita yang mencoba meracuni ibuku?! Ibuku, Anggun! Ibuku! Sejahat-jahatnya dia, dia tetap ibuku. Tapi rupanya ada yang lebih jahat dari dia! Ternyata kamu! Kamu tega membuat propoganda! Aku terpisah dari istri pertamaku karena kalian dan yang paling bersalah adalah kamu! Kamu lebih dari iblis!""Mas Wahyu! Jahat sekali kalimatmu untukku, Mas!""Jahat katamu? Kamu yang sangat jahat telah memberikan penderitaan sangat lama padaku dan ibuku!""Aku hanya membuatnya sedikit tenang, Mas! Dia terlalu ce
"Kan rusakin mesin mobil Pajero hitam. Iya kan? Pajero hitam kan? Bukan Fortuner hitam."... ... Pak Wahyu merasakan dunia yang dia pijak saat itu sedang berhenti berotasi lalu sebuah meteor menghantam keras bumi di mana tempatnya berpijak. Jatuh ponsel di tangan Pak Wahyu bersamaan dengan lututnya yang langsung menyentuh tanah. Zulkifli seketika menangkap tubuh ayahnya. Sampai keluar otot-otot punggung tangan pria itu menahan tubuh ayahnya yang sedang jatuh. Pak Wahyu berusaha bernapas tapi seperti dia sedang belajar menarik udara. Ia kesulitan. "Hallo?! Hallo?! Gimana ini? Kapan saya akan ditransferkan?!"Klik! Zulkifli mematikan panggilan itu. "Pa! Papa! Kendalilan diri Papa. Bernapas pelan, Pa. Pa ... aku di sini, Pa. Papa!"Pak Wahyu terus memegang dadanya. Sedangkan wajahnya merah menyala. Bulir bening di kening dan lehernya tiba-tiba muncul dengan butiran-butiran yang besar dan merembes. "Kita ke rumah sakit sekarang, Pa!" seru Zulkifli mencoba mengangkat tubuh ayahnya.
Boooooom! Sekali lagi, kepala Bu Anggun terhantam keras dan darah langsung keluar dari matanya yang tertutup perban. Namun Bu Nurul benar-benar tak memiliki belas kasihan dan sudah tak bisa dikendalikan lagi. "Ibuk!" teriak Qiran menekan suaranya agar tenaga medis yang sedang berjaga tidak mendengar. Ia langsung menarik tangan ibunya dengan keras. Bu Nurul menepis kasar. Qiran kembali memegang tangan ibunya dengan suara yang menekan."Sadar, Buk! Ibuk bisa membunuhnya!""Memang aku akan membunuhnya," desis Bu Nurul tanpa ragu. Qiran semakin mengeratkan pegangannya dan Bu Nurul langsung mendorong putrinya sendiri. Qirani tersungkur. Zulkifli refleks melompat dan menangkap tubuh Qirani yang sedang mundur tak terkendali. "Jangan campuri urusanku. Akan kubuat wanita ini menyesali dirinya. Kurang ajar dia. Jahannam.""Tolooooong!" teriak Bu Anggun yang langsung menerima serangan. Tangan kiri Bu Nurul menekan tangan kanan Bu Anggun sedangkan tangan kiri Bu Nurul mencekik leher korbannya
"Mana uangnya?" tanya Joger. "Mana temanmu yang lain?" tanya Zulkifli berbalik, membuang asap rokoknya yang baru dia nyalakan. Joger ditemani seorang laki-laki bertato. "Buat apa? Serahkan saja uangnya. Kami terburu-buru.""Jadi kalian hanya berdua?!"Zulkifli melepaskan rokoknya di dekat telapak kaki lalu dilumatkannya dengan sekali giling. Ia menatap kaki kirinya yang sedang berputar. "Ya. Hanya kami berdua. Apa masalahnya? Dari tadi kamu mengulur waktuku."Buuuuughhhh! Zulkifli langsung melayangkan tinjunya di wajah Joger. Tersungkur jatuh pria itu ke tanah kering berbukit. Teman Joger langsung sigap menendang Zulkifli namun kaki Zulkifli begitu kokoh. Hanya mundur saja tidak sampai jatuh. Justru ia berbalik menyerang dengan memutar tubuhnya lalu menendang bahu pria itu. Pria itu langsung jatuh. Ia kembali bangun dan melayangkan tinjunya. Zulkifli menunduk lalu secepat kilat memukul punggung lawannya hingga tersungkur membungkuk. Zulkifli langsung mengangkat kakinya lalu mengha
Sudah banyak orang berkumpul karena penasaran dengan acara lamaran Qiran. Antara percaya dan tidak percaya jika benar Zulkifli yang akan datang bersama keluarganya. Memangnya siapa keluarga Zulkifli? Siapa keluarga Ningsih? Semua orang tahu, mereka adalah petani. Bahkan puluhan tahun yang lalu, mereka disuruh-suruh menjadi buruh di sawah. "Menurutmu, ucapan Mbak Nurul kemarin benar gak sih?""Ya gak percaya sih, Mbak Nurul bisa saja berkelit untuk menutupi calon yang sebenarnya. Aku tak percaya juga kalau sekarang Kipli sama ibunya jadi orang kaya," jawab Bu Nanik. "Lah iya, ada dua apa tiga minggu yang lalu, Ningsih masih jemur padi," sambut yang lain. "Itu dah. Mungkin Nurul lagi sinting," tambah bu Tatik. "Terus Ningsih di mana sekarang? Sepi aja rumahnya tadi aku lewat. Apalagi ini kan acara gengnya, kok tak nampak dia?""Pergi ke desa sebelah, kerja panen padi kali."Yang lain pun ikut mengangguk seperti mengiyakan. Terlihat Bu Nurul sudah rapi dandanannya dengan gamis coklat
"Mas?! Kamu kenapa?!""Ni ... Nilam, Qiran. Dia pergi membawa bayi kami." "Maksudmu?!!" tanya Qiran langsung tegang. "Nilam kabur, Qiran!""Ooh ya, Allah...."Qiran menggigit bibirnya. Ia tahu, tidak mudah di posisi Nilam. Dia sudah merasakan di posisi wanita itu dan Nilam merasakan imbas yang terparah. Ternyata yang diucapkan Nilam waktu itu serius. ***"Aku ingin bercerai," ujar Nilam saat baru seminggu dia disecar. "Cerai?" tanya Qiran. "Iya. Kamu hebat bisa tahan 2 tahun, aku tak sampai setahun sudah habis jiwaku, Qiran.""Kamu yakin? Bayimu butuh ayahnya.""Bayiku lebih butuh ibu yang bahagia. Bukankah begitu?"Qiran diam. Sejak itu Nilam tak pernah bicara soal itu lagi. Dia mengira, Nilam tidak melanjutkan niat itu karena ia melihat Fadli sepertinya mulai lebih luwes pada istrinya. Setiap kali dia ke sana menjenguk Nilam, dia sudah menemukan aneka roti dan buah di dekat meja. Qiran mengira itu semua bisa meluluhkan perasaan Nilam. Tapi rupanya, dua bulan terlewati, wanita i
Fadli terkejut tak mengerti. Alisnya yang mengkerut dengan kening berlipat-lipat itu menandakan dia heran. Nilam pun yang sedang menggendong bayinya juga ikut bingung. "Uangmu yang hilang di rekening sejumlah 63 juta itu, aku yang ambil. Jadi yang 2 jutanya anggap aku sedekah saja," ucap Qiran tanpa keraguan sedikit pun. "Bicara yang jelas, Qirani," ujar Fadli tegang. "Perlu aku ulang, Mas?" tanya Qirani dengan wajah biasa saja. Dddrrrrtt... Ponsel Qirani bergetar. Qiran mengangkat tangannya seolah mengisyaratkan agar Fadli diam dulu. Pembawaan Qiran santai saja seolah-olah tidak ada beban. Sedangkan Fadli masih terbengong-bengong. "Ya, Yank. Ooh, oke deh. Tunggu dah sebentar lagi ... Gak, Yank. Nanti lah di Star Five aja, belum kucoba menu yang itu. Oke. Siap."Panggilan selesai. Nilam hanya tersenyum kecil. Itu pasti dari mantan suaminya. Luar biasa beruntung Qirani, hidup mewah, makan siang di hotel. Tapi sekarang Nilam tak mau iri lagi pada Qiran meski sakit itu jelas masih
SCENE FLASH BACKNita dan Pak Hasan secara tidak sengaja mendengar percakapan dokter yang sedang merayu Fadli dan Bu Sita agar setuju Nilam dioperasi. Mendapati keduanya masih kekeh, Nita langsung menyeret tangan ayahnya menjauh. "Pak, yakin gak kalau kita rayu Mama dan Mas Fadli, mereka akan luluh?""Bapak sudah ngomong, kok tadi subuh sama Mamamu. Jika memang harus kakak iparmu dioperasi, ya bismillah aja. Tapi Mama mu malah menggerutu tak jelas.""Mas Fadli juga kok gitu banget sih, Pak. Aku merasa kasihan sama Mbak Nilam meskipun aku gak akur sama dia.""Fadli sama Mamamu sama-sama punya bibit kikir. Sudah berulang kali Bapak kasih tahu kalian bahwa kikir itu sulur rambatnya sudah ada di neraka. Siapa yang kikir atas hartanya, tinggal ditarik ke neraka oleh rambatannya. Macam sulur labu. Menjalar."Nita menggigit bibirnya. Ia punya ide tapi ia sendiri masih ragu. Namun daripada tidak dicoba sama sekali, lebih baik gagal. "Aku akan menghubungi Mbak Qiran, Pak. Mungkin Mbak Qiran
"Ini bayinya kalau lahir, akan prematur. Usianya baru 24 minggu. Beratnya kurang sekali ini, Bu. Seperti berat janin usia 4 bulan. Janinnya kurang nutrisi ini. Ibunya malas makan, ya?!" cecar Bu Dokter yang langsung membuat jantung Nilam seperti dihantam batu besar. "Makan kok, Dok. Cuman sering muntah," sambung Fadli tak mau dikira istrinya tak makan. "Makan, Dok tapi nasi dan kepala ayam atau ceker ayam, bukan dagingnya," tambah Nilam penuh dendam. Dalam hatinya, kalau sampai ada apa-apa dengan bayinya, ia akan membuat perhitungan yang besar dengan suaminya itu. "Ibu hamil itu harus makan yang bernutrisi tinggi. Malah perlu juga disokong dengan susu dan vitamin. Karena apa yang dimakan ibunya, itu yang dimakan janin."Bu Dokter langsung memberi intruksi. "Sus, siapkan suntik pematangan paru. Jaga-jaga kalau bayinya lahir," ujar Bu Dokter pada asistennya. "Baik, Dok."Suasana menjadi tegang. Bu Dokter kembali melihat layar. "Denyut jantung janin masih bagus. Saya akan bantu su
"Apa?!" Suara Fadli agak ketus. Sebab, dia sedang merasa diganggu saat menatap mantan istrinya yang begitu sangat cantik jelita. "Perutku sakit sekali, Mas. Sakit sekali.""Sakit gimana maksudmu?""Ya sakit. Cekat cekit. Ta-taapi sekarang sudah hilang," lirih Nilam. "Kamu pasti shock melihat mantan suami kamu yang sekarang jadi anak konglomerat, kan? Perempuan matre kayak kamu pasti nyesel banget."Mendengar ucapan suaminya, Nilam hanya memandang sinis. Ia ingin menimpali tapi kembali lagi rasa sakit di perutnya menyerang. Sejenak dia bergeming. Ada apa ini? Apakah sudah waktunya dia melahirkan? Usia kandungannya baru lima bulan jalan enam. Dia tidak mau memiliki bayi yang tidak normal. Usaha dan perjuangannya sudah sangat jauh untuk janinnya. Nilam berusaha bernapas dengan teratur. "Ayo! Kita ucapkan selamat atas kemenangan mereka dan kekalahan pada kita, Nilam," lirih Fadli dari hatinya paling dalam. Nilam bergeming. "Ayo kita naik! Biar cepat makan!" seru Bu Sita. "Ayo, Nila
"Jadi gimana, Fadli, kamu mau datang tidak ke acara resepsi mantan istrimu?"Fadli hanya diam. Benar-benar diam. "Biar kita berangkat bareng pake mobil. Mama akan sewa mobil khusus biar kelihatan mewah, sesuai dengan pesta yang akan kita datangi. Nanti kamu yang bayar tapi ya."Wuuushhh! Undangan tebal dan berbingkai ukiran timbul berwarna emas itu melayang dan jatuh. "Cukup ya, Ma! Cukup! Aku muak mendengar Mama yang mau terlihat hidup hedon padahal modal pun tak ada. Mama itu seperti sedang memerasku! Mama belum sadar-sadar juga? Seberapa besar dan banyak akibat yang ditimbulkan oleh Mama! Mama yang jadi ibuku yang menyebabkan aku sampai cerai dari Qirani!""Loh, kok kamu jadi ngegas, Fadli? Mama cuman kasih tawaran aja. Masa sekedar sewa mobil kamu gak mampu?! Kan uang dari Pak Wahyu sampai 75 juta. Janganlah kikir banget!""Kikir?! Ya! Aku kikir dan pelit memang! Ini semua karena ajaran dari Mama! Mama yang suruh aku pelit kikir pada Qirani sehingga dia sampai gak betah jadi is
"Ini gaes, kakak sepupu aku ternyata langsung akad nikah gaes. Sekarang nih! Pantengin ya!"Nilam langsung menelan salivanya berdebar. Mantan suaminya akan akad nikah, sungguh luar biasa gejolak batin Nilamsari. "Assalamu'alaikum!"Deegh! Sampai gugup tangan Nilam memegang hp karena terkejut. "Waalaikumsalam, Bang.""Kenapa mukamu tegang begitu?" tanya Fadli yang baru pulang dari kantor. "Ooh iya, Bang. Gak kok. Aku buatin kopi?""Gak usah. Aku mau langsung mandi aja."Nilam diam dan itu membuat Fadli jadi penasaran. "Ada apa di hp itu?""Nonton ... nonton vidio pernikahan Qirani dan mantan suamiku, Bang.""Qiran?! Nikah hari ini?!!!"Fadli terkejut luar biasa. Dia langsung meraih ponsel Nilam. 'Aku tak mau shock sendirian, Bang. Sama-sama mampuslah kita. Kamu kira aku gak tahu, kamu masih sering merindukan mantan istrimu itu' batin Nilam bersamaan dengan detak jantungnya mulai stabil. Terkadang Nilam heran dengan dirinya sendiri, begitu takut Fadli menceraikannya. Demi janinny
Sudah banyak orang berkumpul karena penasaran dengan acara lamaran Qiran. Antara percaya dan tidak percaya jika benar Zulkifli yang akan datang bersama keluarganya. Memangnya siapa keluarga Zulkifli? Siapa keluarga Ningsih? Semua orang tahu, mereka adalah petani. Bahkan puluhan tahun yang lalu, mereka disuruh-suruh menjadi buruh di sawah. "Menurutmu, ucapan Mbak Nurul kemarin benar gak sih?""Ya gak percaya sih, Mbak Nurul bisa saja berkelit untuk menutupi calon yang sebenarnya. Aku tak percaya juga kalau sekarang Kipli sama ibunya jadi orang kaya," jawab Bu Nanik. "Lah iya, ada dua apa tiga minggu yang lalu, Ningsih masih jemur padi," sambut yang lain. "Itu dah. Mungkin Nurul lagi sinting," tambah bu Tatik. "Terus Ningsih di mana sekarang? Sepi aja rumahnya tadi aku lewat. Apalagi ini kan acara gengnya, kok tak nampak dia?""Pergi ke desa sebelah, kerja panen padi kali."Yang lain pun ikut mengangguk seperti mengiyakan. Terlihat Bu Nurul sudah rapi dandanannya dengan gamis coklat
"Mana uangnya?" tanya Joger. "Mana temanmu yang lain?" tanya Zulkifli berbalik, membuang asap rokoknya yang baru dia nyalakan. Joger ditemani seorang laki-laki bertato. "Buat apa? Serahkan saja uangnya. Kami terburu-buru.""Jadi kalian hanya berdua?!"Zulkifli melepaskan rokoknya di dekat telapak kaki lalu dilumatkannya dengan sekali giling. Ia menatap kaki kirinya yang sedang berputar. "Ya. Hanya kami berdua. Apa masalahnya? Dari tadi kamu mengulur waktuku."Buuuuughhhh! Zulkifli langsung melayangkan tinjunya di wajah Joger. Tersungkur jatuh pria itu ke tanah kering berbukit. Teman Joger langsung sigap menendang Zulkifli namun kaki Zulkifli begitu kokoh. Hanya mundur saja tidak sampai jatuh. Justru ia berbalik menyerang dengan memutar tubuhnya lalu menendang bahu pria itu. Pria itu langsung jatuh. Ia kembali bangun dan melayangkan tinjunya. Zulkifli menunduk lalu secepat kilat memukul punggung lawannya hingga tersungkur membungkuk. Zulkifli langsung mengangkat kakinya lalu mengha