Home / Pernikahan / Jeratan Mantan Suami / Chapter 571 - Chapter 580

All Chapters of Jeratan Mantan Suami: Chapter 571 - Chapter 580

620 Chapters

Bab 571

Zola menghabiskan sepanjang hari dalam kegelisahan. Hatinya tidak bisa tenang. Dia seperti seorang siswa yang akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, begitu gugup dan khawatir.Namun, apa yang harus dihadapi pada akhirnya tetap harus dihadapi. Apa pun yang terjadi, Zola tidak bisa menghindarinya selamanya.Zola tidak pergi ke perusahaan selama dua hari. Mahendra juga tidak pernah menghubunginya. Akan tetapi, Mahendra masih pergi dan pulang kerja tepat waktu seperti biasa. Jeni tahu soal itu dari Caca.Jeni pun mengomel di depan Zola, “Aku harus akui kalau Mahendra benar-benar orang yang licik. Kamu lihat saja. Dia sudah lakukan banyak hal, tapi sama sekali nggak merasa bersalah bahkan nggak panik. Dia juga nggak takut ditangkap. Sampai sekarang, nggak ada niat mau melarikan diri. Niatnya apa, sih?”Zola tidak memberikan tanggapan apa pun. Zola masih dalam pergulatan batin. Di satu sisi, Mahendra melakukan semua itu demi dirinya. Meskipun Zola tidak akan pernah terima kebaikan sepe
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 572

“Kamu rasa apa lagi yang bisa kita temukan?” Boris tertawa sinis. Seandainya bisa menemukan apa yang ingin dia tahu, pasti sudah ditemukan sejak awal.Boris langsung menutup telepon dan melempar ponselnya ke atas meja. Wajahnya muram dan dingin. Dia bergumam dalam hati, “Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku, Zola?”Boris berdiam diri di ruang kerjanya cukup lama. Sekitar pukul sebelas, Zola mengetuk pintu. Kemudian, dia bertanya sambil berdiri di depan pintu, “Boris, kamu sudah selesai, belum?”“Hmm.” Boris bergumam dengan suara serak.Zola tertegun, lalu bertanya dengan suara pelan, “Kamu kenapa? Nggak enak badan?”Ada yang aneh dengan suara Boris. Zola melihat Boris menutup laptop, lalu berdiri dan berjalan ke arahnya. Pria itu pun berkata dengan santai, “Nggak apa-apa. Sudah mau tidur, ya?”Zola menganggukkan kepala sambil menatap wajah Boris. Namun, tidak ada yang janggal dengan ekspresi pria itu. Jadi Zola juga tidak terlalu memikirkannya.Setelah kembali ke kamar, Zola ber
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 573

Tedy hanya ingin mendengar Boris meminta bantuannya dengan cara baik-baik. Namun, terkadang orang tidak boleh berharap terlalu banyak. Kalau tidak, pada akhirnya yang rugi dia sendiri.Setelah Tedy selesai bicara, Boris hanya mendengus sinis, lalu berkata dengan tenang, “Jadi kamu menolak? Oke, yang penting kamu sudah pikir baik-baik sebelum ambil keputusan. Aku harap kamu ingat kata-katamu hari ini. Kalau kelak kamu menyesal, ingat, di dunia ini nggak ada obat untuk penyesalan.”Usai berkata, Boris hendak menutup telepon. Tedy melihat Boris benar-benar serius. Dia pun segera berkata, “Aku nggak bilang nggak mau bantu kamu. Nggak usah terburu-buru dulu. Jangan marah. Mulai besok, aku akan awasi Sedam Residence. Oke?”“Hmm.”Boris menanggapi dengan acuh tak acuh. Tedy merasa antusiasme dirinya dibalas dengan sikap dingin. Namun, karena mereka sudah berteman selama bertahun-tahun lamanya, dia hanya bisa bersabar.“Apa yang akan kamu lakukan, Boris? Kamu bisa bocorkan sedikit ke aku. Biar
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 574

Boris memasang wajah datar, sorot matanya juga tenang. “Sekitar dua atau tiga hari. Sekarang belum pasti.”“Kalau begitu hati-hati, jaga diri baik-baik. Nanti aku akan kemaskan barang-barang bawaanmu,” ujar Zola dengan suara pelan.Boris hanya mengiyakan dengan bergumam pelan. Kemudian, Zola bangun dan cuci muka dulu. Setelah itu mulai mengemasi barang bawaan Boris. Usai sarapan, Boris langsung pergi. Setelah melihat Boris masuk ke dalam lift, Zola baru menutup pintu apartemennya.Boris turun dari apartemen dengan lift. Jesse sudah menunggunya di tempat parkir. Begitu melihat koper di tangan Boris, dia segera turun dari mobil dan mengambil koper Boris.Setelah masuk ke dalam mobil, Jesse baru bertanya, “Sekarang kita pergi ke mana, Pak?”“Cari hotel dekat Morrison Group. Kamu langsung beritahu kantor sekretaris tentang rencana perjalananku. Kalau ada yang tanya, suruh mereka langsung umumkan kalau aku sedang dalam perjalanan bisnis ke Kota Sabota.”Usai berkata, Boris menyipitkan mata
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 575

Sekitar satu jam kemudian, Zola mencoba menelepon Boris lagi. Namun, dia baru menyadari kalau ponselnya tidak ada sinyal.Zola mengerutkan kening dan berjalan ke depan jendela, tapi masih tidak ada sinya. Zola merasa aneh. Dia langsung menggunakan telepon Sedam Residence, tapi dia mendengar bunyi bip dari telepon.Zola semakin bingung. Dia memanggil pelayan dan bertanya, “Kenapa nggak ada sinyal? Boris matikan jaringan di rumah?”“Saya juga nggak tahu, Bu,” jawab si bibi.Zola merasa tidak berdaya. Dia segera berjalan ke pintu, hendak keluar untuk mencoba apakah ponselnya tetap tidak ada sinyal.Namun, Zola baru saja membuka pintu, kakinya bahkan belum melangkah keluar. Tiba-tiba. Ada dua pengawal yang langsung datang menghentikannya.“Maaf, Bu Zola nggak boleh keluar.” Si pengawal menundukkan kepala dan berkata dengan sangat sopan.Namun, Zola tidak senang. Dia langsung bertanya, “Apa maksudmu aku nggak boleh keluar?”“Bu Zola, jangan persulitkan kami. Kami juga hanya ikuti perintah P
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 576

Zola mengernyitkan kening. Wajahnya tampak pucat pasi. Ditambah lagi, sepanjang hari ini dia memang tidak makan banyak. Jadi si bibi langsung menganggukkan kepala dan bergegas turun ke lantai bawah.Zola menutup pintu dan berbaring di tempat tidur. Dia menatap langit-langit kamar tanpa bergerak, menunggu Guntur datang dengan tenang.Sekitar setengah jam kemudian, suara mesin mobil terdengar di luar jendela. Zola langsung bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar bahkan tanpa memakai sandal. Zola turun ke lantai bawah. Baru sampai di belokan tangga, dia melihat dokter yang masuk dari luar.Si bibi hendak membawa dokter ke atas. Begitu mendongak, dia melihat Zola berdiri di sana. Si bibi langsung bertanya, “Dokter sudah datang, Bu. Mau periksa di bawah atau di kamar saja, Bu?”Zola melirik dokter yang berdiri di sebelah si bibi. Zola tidak pernah melihat dokter itu sebelumnya.“Boris yang suruh dia datang?” tanya Zola.“Bu Zola, Pak Jesse yang suruh saya ke sini. Bu Zola sakit perut?”
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 577

Namun setelah membuka pintu, Boris perlahan-lahan menjadi tenang kembali. Hasil pemeriksaan kehamilan Zola selama ini selalu sangat bagus. Biasanya juga tidak apa-apa. Jadi seharusnya Zola baik-baik saja.Namun, Boris tetap tidak bisa menganggap enteng. Jadi dia memilih menghubungi Guntur dan menyuruh Guntur untuk atur salah satu dokter pergi ke sana. Kemudian, Boris bertanya kepada Guntur, “Di usia kehamilannya sekarang, seharusnya nggak apa-apa, kan?”“Pada dasarnya nggak akan kenapa-napa. Dilihat dari data pemeriksaan, kamu bisa tenang. Tapi aku akan atur salah satu muridku pergi ke sana untuk periksa. Kamu juga bisa yakin.”“Oke.”Ekspresi Boris masih tegang. Setelah menutup telepon, dia berdiri di depan jendela dengan tangan terlipat di depan dada. Wajah tampannya tampak begitu tegang.Boris tetap seperti itu sampai Guntur meneleponnya. Setelah mendapat jawaban Guntur, Boris baru merasa lega. Pada saat yang sama, amarah meluap di dalam lubuk hatinya. Perlahan-lahan, emosi mengambi
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 578

“Ini aku.”“Hmm. Ada apa?”Percakapan keduanya sangat dingin. Si pria berkata dengan suara berat, “Kamu lagi cari Zola, ya?”“Kamu tahu dia pergi ke mana?” tanya Jeni dengan nada mendesak.“Nggak tahu, tapi dia baik-baik saja. Sementara kamu jangan ikut campur dalam masalah ini dulu. Zola istrinya Boris, sekarang di sedang hamil. Hal yang kamu khawatirkan nggak akan terjadi,” kata si pria.Telepon itu dari Tedy. Meskipun Tedy seolah-olah tidak mengatakan apa pun, itu sudah termasuk jawaban bagi Jeni. Yang penting Zola baik-baik saja.Jeni pun memiliki gambaran kasar di benaknya. Dia mengerti mengapa Zola tiba-tiba tidak dapat dihubungi. Antara Zola sudah mengaku kepada Boris tentang Mahendra, atau Boris sendiri yang sudah mengetahuinya.Apa pun itu, ini adalah masalah antara Zola dan Boris. Jadi Jeni hanya bisa menunggu kabar dari Zola. Setelah Jeni mendengar jawaban Tedy, dia terdiam sebentar, lalu bergumam pelan. Kemudian, tidak ada yang bicara.Keduanya menunggu satu sama lain untuk
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 579

Mahendra memasang raut wajah dingin. Kedua matanya spontan menyipit. “Apa hubungannya denganmu?” tukasnya dengan ketus.“Kamu ....”Mahendra hanya melirik Jeni sekilas. Dia langsung pergi tanpa menunggu Jeni selesai bicara. Pria itu keluar dari apartemen dengan wajah dingin. Dia berdiri di pinggir jalan dan menghentikan taksi. Karena Boris ke luar kota bersama Boris, itu berarti Zola belum memberitahu Boris.Mahendra naik taksi, lalu memberitahu tujuannya kepada sopir taksi. Kemudian, dia bersandar di kursi dan memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak. Mahendra tidak menyadari pada detik berikutnya setelah taksi yang membawanya berjalan, sebuah mobil hitam mengikutinya di belakang.Sepanjang perjalanan, Mahendra diam saja. Namun, dia tidak tertidur. Karena dia tidak bisa menghubungi Zola, sekalipun saat ini dia bisa menebak kalau Zola belum beritahu Boris, Mahendra juga tidak begitu yakin.Semakin memikirkannya, Mahendra merasa semakin tertekan. Dia membuka mata dan duduk tegak, l
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 580

Boris menggelengkan kepala dan berkata, “Kalau dari usia, aku seharusnya panggil Pak Wanto dengan sebutan om. Pak Wanto sudah kerja sejak kakekku yang urus Morrison Group. Aku tahu jelas kontribusi dan kerja keras yang sudah Pak Wanto berikan kepada perusahaan. Jadi, aku percaya seratus persen pada Pak Wanto. Kalau nggak, aku juga nggak akan biarkan Pak Wanto menjadi penanggung jawab proyek ini.”Nada bicara Boris yang sopan membuat Wanto sedikit takut. Karena dia merasa seolah dibalik sikap sopan Boris, ada serangan yang sedang menunggunya.“Pak Boris, jangan bicara seperti ini. Kalau ada apa-apa, katakan langsung saja pada saya,” kata Wanto.Boris menyipitkan matanya. Dia pun langsung bertanya tanpa berbasa-basi lagi, “Kamu yakin nggak ada yang keluar selama beberapa hari ini? Juga nggak ada yang keluar melalui pintu ini?”Wanto spontan mengerutkan kening dan terdiam. Boris tersenyum tipis, “Karena ada orang yang keluar, panggil dia ke sini.”Wajah Wanto tampak serius. Dia pun segera
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more
PREV
1
...
5657585960
...
62
DMCA.com Protection Status