Zola tertawa sinis. Tanpa menunggu Tedy menjawab, dia pun lanjut berkata, “Bagaimana mungkin kamu bisa menyesal? Tentu saja kamu nggak akan menyesal. Bagaimanapun juga, kamu hanya ingin balas dendam padanya karena sudah meninggalkan kamu, kan? Tapi apa kamu tahu? Dia pergi karena kamu sudah punya tunangan, tapi kamu masih saja ganggu dia. Kalau dipikir-pikir, Jeni sama sekali nggak bersalah. Salah kamu yang terlalu serakah. Karena kamu nggak bisa berikan kebahagiaan, kenapa kamu nggak mau lepaskan dia? Hanya demi harga dirimu sebagai seorang pria, kamu lukai dia sampai seperti itu. Kamu rasa dia akan maafkan kamu?”Setelah Zola selesai bicara, ekspresi Tedy menjadi semakin muram. Dia tertawa, lalu berkata, “Zola, kamu benar-benar bermulut tajam, bisa menusuk hati orang dengan kata-kata yang kamu ucapkan. Sudah cukup sindir aku? Kalau sudah, bisa nggak kamu kasih aku kesempatan untuk temukan dia lebih cepat?”“Aku hanya ngomong sebentar, kamu sudah nggak sanggup dengar lagi?” Zola memas
Baca selengkapnya