Home / Urban / Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Chapter 151 - Chapter 160

218 Chapters

151. Tamu yang Tak Diundang

Mendengar sejumlah uang yang telah disebutkan oleh Rayan itu, mata sang penjaga sontak melebar, “Serius, Mas?”Dia terlihat tidak percaya dan kemudian mulai menatap Rayan dengan tatapan curiga.Tetapi, Rayan tahu bila dirinya sedang dalam keadaan terdesak sehingga pria muda itu cepat-cepat merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu rupiah.Segera saja dia memberikan uang itu pada sang penjaga, “Saya bayar di depan.”Sang penjaga yang awalnya ragu itu pun langsung tersenyum lebar lalu menerima uang itu dengan mata berbinar, “Saya kira cuman bercanda aja loh ini.”Dia meneliti uang itu dan setelah yakin bahwa uang tersebut adalah uang yang asli dia pun mengangkat wajah dan menatap Rayan dengan tatapan luar biasa senang, “Satu juta dua ratus ribu rupiah. Ini ….”“Semuanya buat kamu tapi saya minta jika ada yang bertanya mengenai saya, jawab saja kamu nggak pernah lihat saya. Dan … untuk tas saya ini, akan diambil oleh orang saya sekitar 1 jam lagi.”Penjaga terseb
Read more

152. Arik Antara

Wanita itu kemudian melirik ke arah dahi sang suami dimana keringat mulai menetes. Secara refleks dia pun kembali mengangkat tangannya untuk menyeka keringat tersebut.Tapi, sebelum dia bisa melakukan hal itu, Rayan kembali menghindar darinya dan berkata, “Jangan, Kirana!”Kirana mulai merasa ada sesuatu yang aneh dengan sang suami. Wanita itu pun menyipitkan mata dan berkata, “Aku cuman mau ngelap keringat kamu, Mas. Tapi … kalau kamu memang nggak mau ya sudah, Mas.”Dia kemudian menoleh ke arah lain seolah memang sengaja melakukannya. Rayan langsung tersadar dengan sikap istrinya yang tidak biasa itu. Sungguh Kirana begitu sangat jarang marah ataupun hanya sekedar merajuk. Wanita itu walaupun marah pasti selalu berhubungan dengan keputusan dirinya yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh dirinya. Namun, kali ini dia tentu saja tahu istrinya sedang kesal terhadap sikapnya yang mungkin terlihat seperti tidak biasanya. “Kirana, saya … maafkan saya, saya tidak be
Read more

153. Penasaran?

Mita tiba-tiba saja mengubah ekspresinya yang semula terlihat santai menjadi kesal. Gadis muda yang masih berusia belia itu pun berkata dengan nada sinis, “Memang kamu itu siapa sampai memintaku untuk memanggilmu dengan sebutan itu?” “Kamu-”“Kamu itu hanya orang luar yang kebetulan menjadi salah satu anggota keluarga Antara. Kamu itu nggak memiliki darah keluarga kami dan jangan sekalipun merasa seolah-olah kamu keturunan asli dari keluarga kami,” potong Mita yang kini terlihat begitu sangat terganggu. Arik mengepalkan tangannya dan merasa hampir saja akan meledak marah. Namun, saat ini situasi sedang tidak mendukungnya. Dia sedang berada di tempat umum dan akan sangat merugikan dirinya sendiri jika dia sampai terpancing emosi. Pria itu pun kemudian menatap Mita dengan tatapan benci dan gadis muda itu pun menyadari hal itu. Mita tersenyum miring pada Arik, “Menjadi anggota keluarga Antara dengan cara yang dilakukan oleh ibumu tidak akan mengubah apapun. Dan kamu tidak bisa memb
Read more

154. Bukan Kamu Pintar!

Arik mencengkram tangannya sendiri seolah menahan diri agar benar-benar tidak sampai mencekik Mita akibat rasa amarah yang sedang menguasai dirinya. Andai saja saat ini mereka berdua sedang tidak berada di publik, dia pasti sudah benar-benar melakukan kekerasan pada Mita.Dia bersumpah gadis itu telah membuatnya luar biasa kesal dengan semua kata-kata yang dikeluarkan oleh mulut tajamnya. “Kenapa, Arik? Mengapa kamu … sangat penasaran dengan semua yang dikerjakan oleh Mas Rayan? Apa … kamu berpikir ingin menghancurkan dia lewat salah satu bisnis yang Mas Rayan miliki?” lanjut Mita kini dengan tatapan menohok. Arik terdiam selama beberapa saat tetapi kemudian pria itu mendesah dan berjalan mendekat ke arah Mita.Mita sama sekali tidak takut dan tetap berdiri di tempatnya karena dia yakin Arik tidak akan mungkin melukai dirinya di tempat di mana banyak orang mengawasi mereka.“Katamu kakak sepupu kamu itu hebat, lalu … mengapa seolah-olah dia merasa terusik dengan apa yang aku kerjak
Read more

155. Tidak Perlu

Dengan tegas Arik Antara pun menjawab, “Tidak perlu.”Orang itu pun kembali bertanya untuk memastikan, “Apa Anda yakin, Pak?”Arik yang merasa terganggu sontak perkata dengan nada dingin, “Aku sudah bilang tidak perlu ya tidak perlu.”Orang kepercayaan Arik itu pun akhirnya mengangguk dan menunduk seakan menunggu perintah selanjutnya dari sang tuan. Arik melihat sekeliling area itu dan kemudian berkomentar, “Aku terlalu meremehkan Rayan. Dia … pasti memiliki rencana cadangan sampai aku tidak bisa melacak keberadaannya.”Pria berusia 30 tahun yang masih menunduk itu pun tidak berani memberikan tanggapan atas perkataan sang tuan.“Tapi … lihat saja nanti. Aku pasti bisa menemukan tempat persembunyiannya saat ini sekaligus identitas dari istrinya yang masih disembunyikannya itu,” kata Arik.Setelah berkata demikian, Arik memerintahkan seluruh anak buahnya untuk meninggalkan area tempat berlangsungnya anniversary PT Antara Shoes tersebut.Dia merasa percuma saja menyusuri daerah itu kare
Read more

156. Sebuah Perintah

Win, seorang pria berusia 29 tahun itu pun tahu bila dirinya tidak memiliki pilihan. Dia hanyalah seorang pesuruh dan orang yang memberinya gaji adalah orang yang saat ini sedang memerintah dirinya. Meskipun dia tidak pernah menyukai Arik, tapi pria itu telah berjasa begitu banyak pada kehidupannya. Di saat dirinya menghadapi kesulitan yang begitu besar beberapa tahun yang lalu, Arik yang memberinya pertolongan dan bahkan memberinya sebuah pekerjaan bergaji tinggi di mana dia menjadi seorang asisten pribadi dari Arik. Memang benar Arik selalu memberinya pekerjaan-pekerjaan sulit tetapi tak sekalipun pria itu pernah membuatnya mengerjakan pekerjaan kotor seperti menculik Mita.Penculikan terhadap Mita dilakukan oleh anak buah Arik yang lain dan dia hanya ditugaskan untuk mengawasi gadis muda itu. Selain itu, pekerjaan-pekerjaan yang diperintahkan kepadanya hanya seputar mencari informasi tentang Rayan Antara yang selalu menjadi musuh Arik.Dia pun tahu bila atasannya tersebut hany
Read more

157. Kamu Mengikuti Saya?

Suara Kirana membuat Rayan akhirnya tersadar.Pria muda itu langsung memegang pundak sang istri dan berkata dengan nada yang terdengar agak cemas, “Sayang, Mas mau ngomong teman sebentar ya. Kamu … bisa nggak tunggu di minimarket itu sebentar aja?”“Di depan sana, Sayang,” lanjut Rayan sembari menuju ke arah sebuah minimarket yang hanya berjarak beberapa meter dari mereka.Kirana masih sangat bingung tetapi menyadari bila suaminya sepertinya tidak mau menjelaskan lebih lanjut saat itu dia pun hanya menganggukkan kepalanya. “Ya udah, aku beli air minum dulu aja. Nanti Mas samperin aku atau aku yang ke sini lagi?” Kirana bertanya pada sang suami. “Mas yang akan samperin kamu dan … jangan pergi ke mana-mana ya! Tetaplah berada di dalam minimarket itu dulu sebelum Mas datang,” kata Rayan.Kirana mengangguk dengan patuh dan segera saja wanita itu pergi menuju ke minimarket yang dimaksud oleh sang suami. Setelah melihat istrinya masuk ke dalam area minimarket itu, Rayan menyeberang jala
Read more

158. Janji Win

Rayan tercengang saat mendengar perkataan Win. Saat pria itu terdiam, Win kembali berbicara, “Pak Rayan tidak perlu khawatir. Saya akan menganggap tidak pernah bertemu dengan Anda hari ini beserta istri Anda.” Pria muda itu kemudian menatap Rayan dengan tatapan serius seolah dia sedang berjanji. “Saya sungguh-sungguh, Pak. Hari ini saya tidak melihat Anda dan istri Anda. Pak Arik hanya akan mengetahui jika saya kembali ke area tempat berlangsungnya acara anniversary ini tanpa mendapatkan informasi apapun,” tambah Win dengan nada yang terdengar begitu sangat meyakinkan. Pria muda itu bahkan mengangguk pada Rayan dan berkata lagi, “Percayalah, Pak! Saya tidak akan mengingkari apa yang telah saya katakan tadi.” Usai mengatakan hal itu Win meninggalkan Rayan yang masih terlihat agak bingung sendirian. Tak mau membuang-buang waktu, Rayan segera menghubungi asisten pribadinya. “Feb, saya bertemu dengan Win dan dia telah melihat Kirana.” Pria itu kemudian menyampaikan semua percak
Read more

159. Sayang, Maaf!

Melihat istrinya yang menampilkan mimik wajah yang serius, Rayan tersenyum samar dan kemudian memegang pipi sama istri, “Jangan terlalu serius seperti itu!”Kirana mendesah karena ternyata suaminya masih memiliki rasa humor di tengah-tengah situasi yang menurutnya menegangkan. “Mas bilang mau ngomong serius dan butuh waktu satu hari penuh. Aku … bantu saya nggak bisa berpikir santai, Mas.” Rayan menganggukan kepalanya dan memahami apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya. Tetapi, Rayan tidak bisa menjelaskan hal itu lebih lanjut lantaran dia memilih untuk melakukannya esok hari agar istrinya jauh lebih mengerti alasan-alasan yang dia lakukan ketika dia terpaksa untuk menyembunyikan segala hal tentangnya. “Sayang, maaf. Tapi … percayalah ini bukan sesuatu yang ….”“Bukan sesuatu yang akan bikin aku sedih kan? Mas … nggak mau bilang kalau ternyata Mas itu ….”Jantung Rayan tiba-tiba saja berdegup dengan jauh lebih kencang lantaran takut bila istrinya mulai menebak-nebak hal yang mun
Read more

160. Rencana Rayan

Rayan mengulas sebuah senyuman lembut pada Kirana, “Sabar ya, Sayang!”Dia lalu menyentuh kepala sang istri dan dan mengusap rambutnya dengan lembut, “Besok kamu akan tahu.”Kirana pun tahu bila suaminya tidak akan mungkin mengatakan hal yang sebenarnya saat itu. Maka, tidak ada pilihan lain selain menunggu dan Kirana hanya bisa menganggukkan kepalanya, menurut pada sang suami. Malam itu ketika mereka tiba di rumah, Rayan seperti biasa masih memberikan uang sejumlah lima ratus ribu rupiah pada kedua orang tua Kirana tanpa beban.“Besok tetap bisa kasih kan?” Parlan bertanya pada menantu laki-lakinya itu. Teringat bawa esok hari menjadi hari yang penting bagi dirinya, cepat-cepat Rayan kembali merogoh sakunya lalu menambahkan uang dengan jumlah yang sama seperti sebelumnya. Dia kemudian menyerahkan uang tersebut pada Parlan lagi.Hal itu tentu saja membuat Parlan menjadi bingung. “Apa maksudnya ini?” Parlan bertanya dengan nada heran. Herni yang baru saja muncul setelah membereska
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status