Home / Fantasi / PWSPD 2 : AKHIR DUNIA / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of PWSPD 2 : AKHIR DUNIA: Chapter 131 - Chapter 140

148 Chapters

BAB 130 TIDAK ADA AMPUN!!

Fatta mulai mengayunkan kapak kembarnya, sementara Rama kembali ke arah Hasan dan pengawal bayaran lainnya yang menawan para wanita. "Aku tidak ingin membunuhmu, jadi lepaskan wanita-wanita itu!!" kata Rama lagi. "Maaf, meski harus mati, aku tidak akan berkhianat!!" kata Hasan, ia mengarahkan pedangnya ke Rama. "Baiklah, jika itu maumu!! Kau memang setia kawan, namun tempatmu salah!! Kau setia pada kejahatan!!" kata Rama, ia kemudian mengeluarkan pedang suci kembarnya, semua mata pengawal bayaran tercengang melihat kejadian itu. Mereka tak melihat dari mana arah datangnya pedang itu. "Wush!! klak!! Klang!! Duak!!" Hasan langsung muntah darah dan jatuh tak sadarkan diri, Rama masih berbelas hati tidak langsung membunuhnya, sementara teman-teman pengawal Hasan yang lain tidak berani maju menghadang Rama, bagi mereka Hasan sudah sangat hebat saja langsung terjatuh dalam satu serangan. Bagaimana mereka yang hanya bermodalkan senjata? Para pengawal itu mundur dan menjatuhkan sen
Read more

BAB 131 RENCANA TERSELUBUNG PARA SILUMAN!!

"Tuan Muda, kau baru pulang dari negeri yang jauh sembari membawa penjahat, aku rasa dimana pun kau berada, kau selalu menangkap para penjahat!!" kata Panglima Fatih. Rama mengirim pesan kepada pihak kerajaan tentang beberapa pengawal bayaran yang berniat merampok para pedagang. Raja Baskara tentu bergerak cepat, ia langsung mengirim Panglima Fatih untuk menemui Rama. "Haish!! Itu tidak benar, hanya kebetulan!!" kata Rama tersenyum tipis. Hasan dan anak buahnya kemudian diikat dan dituntun untuk masuk ke dalam kereta tahanan. "Panglima Fatih, bolehkah aku bicara dengannya?" tanya Rama, ia menatap Hasan yang sedang dibawa ke kereta tahanan. Panglima Fatih ikut menatap siapa yang Rama maksud. "Tuan Muda, aku memberikan waktu sebanyak yang kau mau," kata Panglima Fatih, seperti yang ia tau Rama jarang mengajukan sebuah permintaan, jika ia ingin bicara dengan tahanan itu, maka itu sudah bisa dipastikan adalah pembicaraan yang penting. Rama mendekati Hasan yang sudah berada di dala
Read more

BAB 132 BIMBANG!!

"Kalian rundingkan waktu terbaiknya, semakin cepat semakin baik, kalian juga perlu waktu untuk mempersiapkan banyak hal jika ingin membawa keluarga pindah," jelas Rama. Pasukan bayangan mengangguk setuju, kebanyakan dari mereka sudah menikah dan memiliki anak, bahkan mereka juga sudah membangun rumah. Namun itu bukan suatu masalah, karena menjalankan misi ini bukan untuk selamanya. Mereka bisa kembali kapanpun mereka mau, desa Mekarsari sangat maju, bahkan dijadikan sebagai desa percontohan oleh Raja Baskara. Beberapa pengajar mengirim murid mereka untuk mempelajari bagaimana desa Mekarsari bisa berkembang, para pejabat yang dulu sempat menantang Rama, kini membangun 3 sekolah gratis, salah satunya dibangun di desa Mekarsari. Alan memenangkan tantangan dari ketiga pejabat itu sehingga mereka mengaku kalah dan membangun 3 sekolah gratis. "Bang Rama, apa aku juga boleh ikut? Kebetulan paman Dharma mengundang ku untuk mengajarkan beberapa hal di kota Jawali." jelas Alan. Alan memakai
Read more

BAB 133 PEJABAT HUANG

"Bang Rama, kami berangkat!!" kata Alan dan Pandu, mereka berdua membungkuk dan menangkupkan tangan, Rama, pak Bima, ibu Sri, Jaya, Chu Hua, Melisa dan pasukan bayangan mengantarkan kepergian Alan dan Pandu. Fatta, Jami dan Komang diberi perintah untuk menemani Alan dan Pandu menuju Jawali. Setelah mengantarkan kepergian Alan dan Pandu, Rama bergandengan tangan dengan Melisa, berjalan-jalan di sekitar desa. Pagi ini langit masih terlihat sangat cerah, beberapa pembangunan di desa Mekarsari mulai terlihat. Namun pertanian masih mendominasi desa ini. "Rama bagaimana kabarmu?" teriak paman Suli, ia sedang memantau beberapa pemuda yang menyiangi rumput liar di sekitar cabai. "Kabarku baik paman!!" sahut Rama, paman Suli hanya melambaikan tangannya. Mendengar nama Rama di sebut, pak Wijaya tergopoh-gopoh keluar dari rumah. "Rama!!" panggil pak Wijaya, tangannya terbentang untuk memeluk Rama. "Bagaimana kabar paman?" sapa Rama. "Kabarku baik, hanya saja tubuh tua ini suda
Read more

BAB 134 RANI GADIS PILIHAN

Yuemi sedang berpikir, gadis mana kali ini yang akan ia kirim ke rumah pejabat Huang, pejabat Huang itu tampan dan banyak uangnya, tentu banyak gadis yang mengantri untuk mendatangi rumahnya, namun pejabat Huang punya kriteria terhadap gadis yang ia inginkan. Ketika berpikir seperti itu, entah mengapa mata Yuemi menangkap kehadiran Rani. Rani ini sangat sesuai dengan kriteria yang pejabat Huang inginkan, pejabat Huang suka gadis yang masih perawan, dan pastinya masih muda. "Rani, sudah berapa lama kau jadi pelayan di sini?" tanya Yuemi, ia sedang berada di dalam bak mandi dan Rani membantunya mengusap bagian punggung. Rani yang tadi sedang fokus mengusap punggung Yuemi berhenti dan menatap Yuemi heran. Tak biasanya Yuemi mengajaknya bicara, gadis itu sangat terkenal di tempat hiburan malam. Banyak gadis muda ingin menjadi pelayannya termasuk Rani. Jadi mendengar Yuemi bertanya seperti itu membuat Rani heran. Apakah Yuemi akan mengangkatnya menjadi dayang? "Sebulan kak Yuemi," jawab
Read more

BAB 135 RAJA IBLIS

Rani sampai di rumah pejabat Huang, rumah pribadi miliknya ini agak jauh dari pusat kota, rumah ini dikelilingi pagar tinggi jauh dari rumah penduduk lainnya. Memiliki halaman luas dengan pemandangan malam yang sangat indah. Beberapa lampion bergantung menerangi setiap jalan di halaman rumah itu. Rumah pribadi milik pejabat Huang sangat besar, beberapa pelayan menatap Rani dengan tatapan tak biasa, seolah Rani bukanlah gadis pertama yang datang kerumah itu, ada banyak gadis yang memiliki usia seperti Rani, mereka tertawa dan terkikik ketika bertemu tatap dengan Rani. "Masuklah, Tuan sudah menunggumu!!" seorang pelayan pria paruh baya itu menatap Rani dengan tajam, ia tak seperti pelayan lainnya. "Baik..." sahut Rani, ia mengikuti pria paruh baya itu dengan patuh. Rani dibawa ke sebuah kamar yang besar, ada meja makan yang penuh dengan buah, kudapan malam dan minuman. Sementara pejabat Huang duduk di kasurnya dengan tatapan yang sangat lapar, seolah ia akan menerkam Rani saat
Read more

BAB 136 MENCARI RANI

Cacao kembali mendatangi rumah penghibur, seperti biasa ia bertemu dengan Yuemi untuk meminta gadis yang pejabat Huang inginkan. "Kak Cacao, apakah tidak ada kenaikan harga untukku? Sekarang mencari gadis perawan yang sukarela dikirim sangat susah, kali ini sepertinya aku harus mencari keluar kota." kata Yuemi, ini hanya alasan untuknya meminta kenaikan gaji kepada Cacao. "Yuemi, aku akan mengatakan apa yang kau sampaikan tadi kepada pejabat Huang!!" "Ish!! Jangan kak Cacao!! Aku hanya minta kenaikan sedikit, apa kau tidak bisa mengusahakannya sendiri tanpa melibatkan pejabat Huang?" goda Yuemi lagi, ia bahkan mengerling manja kepada Cacao, Yuemi tidak tau manusia di depannya ini adalah siluman rubah, bukannya tergoda, Cacao malah ingin memakan Yuemi jika saja pejabat Huang tidak memerlukannya lagi. "Nona, apakah kau tau Rani yang bekerja di sini?" Bibi Miah dan paman Rahmad yang sedang sakit di tuntun menghampiri Yuemi dan Cacao yang sedang bicara. Saat ini masih sangat pag
Read more

BAB 137 KALI INI SASYA YANG PERGI

"Dulu kupikir sangat menyenangkan bisa melayani orang seperti pejabat Huang, sehingga dulu salah seorang kenalanku, seperti dirimu, sudah kuanggap seperti adikku sendiri, aku mengirimnya ke rumah pejabat Huang dan ia tak pernah kembali..." kenang Yuemi. "Tapi kak, apa yang membuatmu berpikiran buruk tentang itu, bisa jadi ia tidak kembali karena merasa senang tinggal di sana?" kata Dona berspekulasi sendiri. Yuemi menggeleng pelan, "Dia bilang akan membalas jasaku karena mengirimnya pergi, ia juga bilang akan kembali dan akan membawaku belanja, aku tau dia bukan gadis yang ingkar janji, dia gadis yang ceria, pekerja keras, semua pekerjaan ia kerjakan tanpa banyak mengeluh, gadis baik yang terpaksa masuk ke dalam rumah hiburan ini." Yuemi menutup semua perasaan bersalahnya, kini ia hanya berfokus pada mencari nafkah. Tapi ia terpaksa membongkar semua karena Dona sepertinya juga berambisi ingin masuk ke rumah pejabat Huang, Yuemi jelas takkan mengijinkannya. "Kak Yuemi, ceritam
Read more

BAB 138 INFORMASI PERTAMA

Danang terkejut ketika menyadari ia kembali ke rumah pejabat Huang, ia melihat dengan jelas sosok itu, sosok dengan tanduk di kepalanya, memancarkan aura membunuh yang sangat kuat. Sosok itu lalu berbalik dan menatap Danang!! "Argh!!" Danang terbangun dari mimpi buruknya dengan bermandikan keringat di sekujur tubuh. Ia melihat sekitarnya, sebuah ruangan sederhana namun memiliki kasur empuk yang ia pergunakan. Dan ada sepasang pedang di dinding kamar. Bukankah rumah ini rumah makan? Bagaimana bisa pemilik rumah memiliki pedang? Danang tidak terlalu memikirkannya, bisa jadi pedang itu hanya pajangan, ia lalu keluar dari ruangan itu, ia dapati Rizal sedang memotong kayu. "Dimana aku?" tanya Danang kepada Rizal. "Ah, kau sudah bangun Tuan? Kau berada di rumah makanku, silahkan duduk!!" kata Rizal dengan senyum ramah. Ia kembali menyiapkan segelas teh hangat untuk Danang, "minumlah dulu Tuan, kau sepertinya lelah..." kata Rizal lagi. Danang termenung, ia tak menyangka aka
Read more

BAB 139 MERASA TERSAINGI

Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status