Home / Fantasi / PWSPD 2 : AKHIR DUNIA / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of PWSPD 2 : AKHIR DUNIA: Chapter 121 - Chapter 130

148 Chapters

BAB 120 KEKUATAN PHOENIX API

Da Daoi langsung melancarkan jurusnya, ia menggunakan pedang dengan jurus yang indah, namun Rama melihat gerakan itu sangat lambat baginya. Sehingga dengan mudah Rama memukul Da Daoi hingga ia terjungkal. "Apa hanya seperti ini kekuatanmu?" tanya Rama dengan senyum mengejek. Da Daoi mengelap bibirnya yang mengeluarkan darah, padahal Rama tidak terlalu menggunakan tenaganya. Namun tubuhnya terasa sakit karena pukulan Rama barusan. "Aku tidak akan menghalangimu lagi!!" kata Da Daoi menangkup kan tangan, hanya orang gila yang masih mau melawan Rama. Da Daoi bahkan kini bisa mengukur kekuatannya dengan kekuatan Rama. Ia bahkan tidak berani lagi menghadapi Rama, sakit di badannya terasa sangat meremukkan tubuhnya, hingga ia kesulitan untuk bangun. "Pluk!!" Rama memberikan cairan Elixir Healing potion 2 botol kepada Da Daoi. "Untukmu dan temanmu yang tadi kupukul, minum itu jika kau ingin menyembuhkan kerusakan di dalam tubuhmu," kata Rama. Da Daoi menatap tak percaya, ia ragu untuk m
Read more

BAB 121 SATU KEBERUNTUNGAN

"Wuuuuuuurrrrrsssshhh!!" Semburan Phoenix api sangat besar, bukan larva seperti Naga. Namun benar-benar api panas berwarna putih, tidak seperti api sebelumnya yang berwarna merah. Api putih kali ini benar-benar panas. Bahkan terkena hawanya saja dapat melelehkan kulit. "Phoenix mengeluarkan api putih!! Menjauh atau kita akan terbakar!!" teriak Wan Bingwen, semua orang yang mengetahui kekuatan api putih milik Phoenix api segera menjauh dari pertempuran itu. Beruntung Rama memiliki kekuatan meregenerasi serta rompi pelindung yang menyembuhkan tubuhnya secara instan. Meski begitu, rasa panas dari api putih Phoenix cukup menyiksa sehingga Rama harus membuat pelindung di sekitarnya. "Rasakan!! Kini kau sadar seperti apa perbedaan kekuatan kita!!" kata Phoenix api. Rama hanya kembali mengangkat senyumnya dan bergerak dengan cepat, ia juga mengaktifkan ilusi untuk membuat Phoenix api lengah. Hutan mulai terbakar karena api putih, terlihat di bawah sana para pendekar dan pelaya
Read more

BAB 122 GUA KRISTAL HITAM

Bai Ju Lai kesal melihat Phoenix api melakukan kontrak dengan Wan Bingwen. Bahkan Phoenix api kini naik ke tahap Raja Phoenix, selain kedua Naga yang tadi muncul juga membuat Bai Ju Lai semakin kesal, bagaimana bisa Wan Bingwen bertemu dengan seorang pendekar hebat seperti Rama. "Kau curang!!" kata Bai Ju Lai menunjuk Wan Bingwen. "Curang? Di bagian mana aku curang?" tanya Wan Bingwen. "Kau membawa seorang pendekar hebat untuk membantumu!! Apalagi namanya kalau bukan curang?" tuding Bai Ju Lai. Phoenix api maju, "anak muda kau berkata kasar kepada Tuanku!! Apa kau mau kubakar?" kata Pho-En mengancam. Bai Ju Lai jelas ketakutan, api putih Phoenix sangatlah panas. Ia bergetar sembari menunjuk Wan Bingwen. "Banyak saksi yang menyaksikan ini, aku akan menuntutmu diperguruan nanti!!" kata Bai Ju Lai, ia kemudian melangkah pergi. Namun diam-diam baik Chao Donghai maupun Da Daoi malah ingin menjalin hubungan baik dengan Wan Bingwen, mereka kagum dengan Rama. "Wan Bingwen
Read more

BAB 123 KUTUKAN SILUMAN ULAR KEPALA 3

"Syuuuung!! Syuuuung!!" Ular besar kepala 3 itu menyerang Rama dari segala arah, Wan Bingwen juga membantu untuk mengalahkan ular besar kepala 3. Sedangkan Pho-En mencari dimana letak kristal hitam di dalam gua. "BAM!!" Rama berhasil memukul kepala ular bagian kanan. "Sial*n!!" "Wuuuuurrrr!!" [Racun ular terdeteksi] kata Ara memberi peringatan. "Wan Bingwen!!" Rama langsung memasukkan Wan Bingwen ke dalam kotak penyimpanannya, sementara Rama mengaktifkan pelindung kepada Pho-En. Racun ular besar telah menyebar ke seluruh gua, jika manusia biasa menghirup racun tersebut. Maka hanya dalam hitungan detik manusia itu akan lumpuh atau mati. "Kau bukan manusia biasa rupanya!! Kau bisa menahan racun mematikan kami!!" kata Ular kepala bagian tengah. Mereka berdesis bersamaan. Seperti merapalkan suatu mantra... " Hati-hati Tuan, sepertinya dia membaca sihir ilusi!!" kata Pho-En memberi peringatan, namun sihir ilusi tidak mempan kepada Rama. Karena ia juga mampu membuat
Read more

BAB 124 PERGURUAN WUNAN

"Siiiiiinnnngggg!!" "Wush!!" Sebuah ledakan udara terjadi setelah kutukan diramalkan. Seolah menghentikan waktu dan menyegel setiap perkataan yang diucapkan. Suasana di gua gunung keabadian juga berubah menjadi lebih gelap karena hadirnya Bayi Raja Saetan yang tersegel dalam keadaan tertidur. "Hanya siluman ular dan keturunanmu yang bisa melihat tempat ini nantinya," kata Rama. Gua yang tadinya terang menjadi lebih gelap dengan aura mencekam, tidak lupa Rama membuat penghalang masuk gua kepada semua siluman kecuali keturunan dari Wan Bingwen, namun Rama berharap tidak ada satupun dari keturunan Wan Bingwen yang akan membuka segel tersebut. Tanpa Rama tutup sekalipun gua tersebut menutup dengan sendirinya ketika Rama, Wan Bingwen dan Pho-En meninggalkan tempat itu. Tanpa mereka ketahui, beberapa siluman ular menyaksikan kejadian tersebut dalam diam dan ketakutannya. *** "Wan Bingwen berguru kepada asal sembarang orang, aku tidak menyukai ini!!" kata petua Chen Ruong memukul
Read more

BAB 125 MUNTAH DARAH HITAM

Lei Quo menatap istrinya yang sedang tertidur lelap, di tangannya terdapat cairan yang kata Wan Bingwen mampu menyembuhkan penyakit istrinya itu. Lei Quo berjalan mendekati istrinya, ia duduk dan menggenggam tangan An Fang-Hua dengan lembut. "Kau sudah pulang sayang?" An Fang-Hua tersenyum dan menoleh ke arah sisi Lei Quo. Ia kemudian bangun untuk duduk bersandar, Lei Quo membantunya dengan hati-hati. "Aku masih punya tenaga kalau hanya untuk duduk," kata An Fang-Hua dengan wajah tidak terima saat Lei Quo membantunya, An Fang-Hua tidak ingin terlihat lemah. "Aku percaya, aku hanya ingin membantumu sayang..." kata Lei Quo dengan lembut. An Fang-Hua menatap Lei Quo heran, matanya memicing membaca setiap ekspresi yang Lei Quo tunjukkan, "mengapa kau sudah pulang? Bukankah hari masih belum beranjak sore?" tanya An Fang-Hua. "Astaga sayang, tidak bolehkah aku menemuimu?" kata Lei Quo tidak terima dan memasang wajah cemberut. "Kau boleh menemuiku, tapi sikapmu hari i
Read more

BAB 126 PETUA AN FANG-HUA

"Hiks... Hiks...!!" An Fang-Hua menangis tersedu, di bibirnya masih terdapat jejak darah hitam yang telah ia muntahkan. Melihat istrinya menangis pilu, Lei Quo buru-buru menghampirinya. Hatinya sakit mendengar suara tangisan itu. "Apakah sakit sayang? maafkan aku dengan sembarangan memberikanmu obat!! Aku akan membuat Wan Bingwen dan Rama menanggung akibatnya!!" kata Lei Quo geram, ia menyesal telah membuat istrinya merasakan sakit karena cairan obat itu. Namun bukannya marah, An Fang-Hua menggeleng dan tersenyum, "aku menangis bukan karena sakit, tapi sakit itu telah hilang, aku merasakan aliran Qiku mengalir dengan lembut dan selaras." jelas An Fang-Hua. Karena sakit yang ia derita, hampir tak pernah ia rasakan aliran Qi nya mengalir selembut ini. An Fang-Hua merasa tubuhnya terasa bugar, seolah ia diberikan tubuh baru tanpa rasa sakit yang ia derita. "Maksudmu apa sayang?" tanya Lei Quo dengan tatapan tidak mengerti. "Cairan obat itu menyembuhkanku, darah hitam yang t
Read more

BAB 127 KAPAL PEROMPAK

"Kau akan pulang hari ini?" tanya petua An Fang Hua, ketika mendapati Rama dan Fatta telah bersiap untuk pulang. Bahkan Rama juga harus berpamitan terlebih dulu kepada paman Jang Shan dan paman Jang Bao. "Petua An, aku pamit pulang!!" kata Rama menangkup kan tangannya sopan, Fatta mengikuti Rama memberi hormat. "Aku senang kau berada di sini, mengapa kau tidak mengajar di sini saja? Kurasa kekuatanmu akan sangat berguna..." rayu petua Lei Quo. "Guru, Tuan Muda memiliki istri di negaranya, istrinya pasti sedang menunggunya, bagaimana bisa kita memisahkan Tuan Muda dengan istrinya?" kata Wan Bingwen, meski ia juga berharap sangat besar kalau Rama mau pindah ke benua Asia. Maka benua Asia pasti akan mencetak murid-murid berbakat di bawah bimbingannya. "Haish!! Kalau begitu aku tidak berani menghalanginya pulang, aku pun tak mau berpisah dari istriku!!" sahut petua Lei Quo maklum. "Namun, jika kau mau kembali kesini, maka kami akan menerimamu dan keluargamu dengan senang hati Tu
Read more

BAB 128 MENCURIGAKAN!!

Rama yang tadinya duduk kini berdiri dan menoleh ke arah yang Fatta tunjukkan, terlihat kapal yang tidak jauh besar dari kapal dagang yang mereka tumpangi, karena kapal dagang ini juga membawa penumpang biasa. "Ba~bagaimana ini?! Itu adalah kapal perompak!! Minta Kapten kapal putar balik, mereka tidak akan mengampuni kita, bukan hanya barang, tapi kita pasti juga akan ditahan untuk dijadikan budak!!" kata salah satu penumpang. Rumor tentang perompak sudah tersebar di kalangan pedagang, membuat setiap pedagang membawa banyak pengawal, meski harus menghabiskan uang untuk menyewa pengawal ketika tidak ada perompak, para pedagang-pedagang kaya tetap menyewa pengawal bayaran untuk mengatasi kejadian seperti ini. Saat mereka bertemu dengan perompak. Ada 4 pedagang besar yang saat ini berada di kapal, pedagang kain keluarga Darmakusuma, pedagang kertas keluarga Laozan, pedagang bahan baku makanan keluarga Karisma dan pedagang perhiasan keluarga Guan. Keempat pedagang ini sangat kaya
Read more

BAB 129 PENYAMARAN SILUMAN SRIGALA

"Baik Tuan...?" "Rama!!" Udin tersenyum, "baik Tuan Rama, aku akan melapor kepadamu jika gerak-gerik mereka terlihat mencurigakan!! Tapi bagaimana caraku memberitahumu?" tanya Udin lagi. Rama memberikan sebuah kain merah, "ikat ini di tiang dan aku akan langsung paham maksudmu," Udin mengangguk paham, ia mengambil kain merah itu dan mengikatnya di tangan agar tidak hilang. "Aku akan mengikatnya di tiang jika mereka terlihat mencurigakan!!" kata Udin lagi. Rama tersenyum, ia mengacak rambut Udin kemudian turun dari tiang pengawas. Udin kembali dibuat takjub, jarang melihat pendekar dengan ilmu beladiri yang seperti Rama. Fatta lalu melapor, kalau kapal perompak mulai mendekati kapal dagang, terlihat mereka mengayunkan senjata untuk menakuti para penumpang. "Fatta, bersiaplah!!" kata Rama sembari memberikan senjata kapak kembar besar milik Fatta. Fatta mengangguk dan menggenggam senjatanya dengan mantap. Kini perhatian mereka fokus kepada kapal perompak yang kian mendekat.
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status