"Hiks... Hiks...!!" An Fang-Hua menangis tersedu, di bibirnya masih terdapat jejak darah hitam yang telah ia muntahkan. Melihat istrinya menangis pilu, Lei Quo buru-buru menghampirinya. Hatinya sakit mendengar suara tangisan itu. "Apakah sakit sayang? maafkan aku dengan sembarangan memberikanmu obat!! Aku akan membuat Wan Bingwen dan Rama menanggung akibatnya!!" kata Lei Quo geram, ia menyesal telah membuat istrinya merasakan sakit karena cairan obat itu. Namun bukannya marah, An Fang-Hua menggeleng dan tersenyum, "aku menangis bukan karena sakit, tapi sakit itu telah hilang, aku merasakan aliran Qiku mengalir dengan lembut dan selaras." jelas An Fang-Hua. Karena sakit yang ia derita, hampir tak pernah ia rasakan aliran Qi nya mengalir selembut ini. An Fang-Hua merasa tubuhnya terasa bugar, seolah ia diberikan tubuh baru tanpa rasa sakit yang ia derita. "Maksudmu apa sayang?" tanya Lei Quo dengan tatapan tidak mengerti. "Cairan obat itu menyembuhkanku, darah hitam yang t
"Kau akan pulang hari ini?" tanya petua An Fang Hua, ketika mendapati Rama dan Fatta telah bersiap untuk pulang. Bahkan Rama juga harus berpamitan terlebih dulu kepada paman Jang Shan dan paman Jang Bao. "Petua An, aku pamit pulang!!" kata Rama menangkup kan tangannya sopan, Fatta mengikuti Rama memberi hormat. "Aku senang kau berada di sini, mengapa kau tidak mengajar di sini saja? Kurasa kekuatanmu akan sangat berguna..." rayu petua Lei Quo. "Guru, Tuan Muda memiliki istri di negaranya, istrinya pasti sedang menunggunya, bagaimana bisa kita memisahkan Tuan Muda dengan istrinya?" kata Wan Bingwen, meski ia juga berharap sangat besar kalau Rama mau pindah ke benua Asia. Maka benua Asia pasti akan mencetak murid-murid berbakat di bawah bimbingannya. "Haish!! Kalau begitu aku tidak berani menghalanginya pulang, aku pun tak mau berpisah dari istriku!!" sahut petua Lei Quo maklum. "Namun, jika kau mau kembali kesini, maka kami akan menerimamu dan keluargamu dengan senang hati Tu
Rama yang tadinya duduk kini berdiri dan menoleh ke arah yang Fatta tunjukkan, terlihat kapal yang tidak jauh besar dari kapal dagang yang mereka tumpangi, karena kapal dagang ini juga membawa penumpang biasa. "Ba~bagaimana ini?! Itu adalah kapal perompak!! Minta Kapten kapal putar balik, mereka tidak akan mengampuni kita, bukan hanya barang, tapi kita pasti juga akan ditahan untuk dijadikan budak!!" kata salah satu penumpang. Rumor tentang perompak sudah tersebar di kalangan pedagang, membuat setiap pedagang membawa banyak pengawal, meski harus menghabiskan uang untuk menyewa pengawal ketika tidak ada perompak, para pedagang-pedagang kaya tetap menyewa pengawal bayaran untuk mengatasi kejadian seperti ini. Saat mereka bertemu dengan perompak. Ada 4 pedagang besar yang saat ini berada di kapal, pedagang kain keluarga Darmakusuma, pedagang kertas keluarga Laozan, pedagang bahan baku makanan keluarga Karisma dan pedagang perhiasan keluarga Guan. Keempat pedagang ini sangat kaya
"Baik Tuan...?" "Rama!!" Udin tersenyum, "baik Tuan Rama, aku akan melapor kepadamu jika gerak-gerik mereka terlihat mencurigakan!! Tapi bagaimana caraku memberitahumu?" tanya Udin lagi. Rama memberikan sebuah kain merah, "ikat ini di tiang dan aku akan langsung paham maksudmu," Udin mengangguk paham, ia mengambil kain merah itu dan mengikatnya di tangan agar tidak hilang. "Aku akan mengikatnya di tiang jika mereka terlihat mencurigakan!!" kata Udin lagi. Rama tersenyum, ia mengacak rambut Udin kemudian turun dari tiang pengawas. Udin kembali dibuat takjub, jarang melihat pendekar dengan ilmu beladiri yang seperti Rama. Fatta lalu melapor, kalau kapal perompak mulai mendekati kapal dagang, terlihat mereka mengayunkan senjata untuk menakuti para penumpang. "Fatta, bersiaplah!!" kata Rama sembari memberikan senjata kapak kembar besar milik Fatta. Fatta mengangguk dan menggenggam senjatanya dengan mantap. Kini perhatian mereka fokus kepada kapal perompak yang kian mendekat.
Fatta mulai mengayunkan kapak kembarnya, sementara Rama kembali ke arah Hasan dan pengawal bayaran lainnya yang menawan para wanita. "Aku tidak ingin membunuhmu, jadi lepaskan wanita-wanita itu!!" kata Rama lagi. "Maaf, meski harus mati, aku tidak akan berkhianat!!" kata Hasan, ia mengarahkan pedangnya ke Rama. "Baiklah, jika itu maumu!! Kau memang setia kawan, namun tempatmu salah!! Kau setia pada kejahatan!!" kata Rama, ia kemudian mengeluarkan pedang suci kembarnya, semua mata pengawal bayaran tercengang melihat kejadian itu. Mereka tak melihat dari mana arah datangnya pedang itu. "Wush!! klak!! Klang!! Duak!!" Hasan langsung muntah darah dan jatuh tak sadarkan diri, Rama masih berbelas hati tidak langsung membunuhnya, sementara teman-teman pengawal Hasan yang lain tidak berani maju menghadang Rama, bagi mereka Hasan sudah sangat hebat saja langsung terjatuh dalam satu serangan. Bagaimana mereka yang hanya bermodalkan senjata? Para pengawal itu mundur dan menjatuhkan sen
"Tuan Muda, kau baru pulang dari negeri yang jauh sembari membawa penjahat, aku rasa dimana pun kau berada, kau selalu menangkap para penjahat!!" kata Panglima Fatih. Rama mengirim pesan kepada pihak kerajaan tentang beberapa pengawal bayaran yang berniat merampok para pedagang. Raja Baskara tentu bergerak cepat, ia langsung mengirim Panglima Fatih untuk menemui Rama. "Haish!! Itu tidak benar, hanya kebetulan!!" kata Rama tersenyum tipis. Hasan dan anak buahnya kemudian diikat dan dituntun untuk masuk ke dalam kereta tahanan. "Panglima Fatih, bolehkah aku bicara dengannya?" tanya Rama, ia menatap Hasan yang sedang dibawa ke kereta tahanan. Panglima Fatih ikut menatap siapa yang Rama maksud. "Tuan Muda, aku memberikan waktu sebanyak yang kau mau," kata Panglima Fatih, seperti yang ia tau Rama jarang mengajukan sebuah permintaan, jika ia ingin bicara dengan tahanan itu, maka itu sudah bisa dipastikan adalah pembicaraan yang penting. Rama mendekati Hasan yang sudah berada di dala
"Kalian rundingkan waktu terbaiknya, semakin cepat semakin baik, kalian juga perlu waktu untuk mempersiapkan banyak hal jika ingin membawa keluarga pindah," jelas Rama. Pasukan bayangan mengangguk setuju, kebanyakan dari mereka sudah menikah dan memiliki anak, bahkan mereka juga sudah membangun rumah. Namun itu bukan suatu masalah, karena menjalankan misi ini bukan untuk selamanya. Mereka bisa kembali kapanpun mereka mau, desa Mekarsari sangat maju, bahkan dijadikan sebagai desa percontohan oleh Raja Baskara. Beberapa pengajar mengirim murid mereka untuk mempelajari bagaimana desa Mekarsari bisa berkembang, para pejabat yang dulu sempat menantang Rama, kini membangun 3 sekolah gratis, salah satunya dibangun di desa Mekarsari. Alan memenangkan tantangan dari ketiga pejabat itu sehingga mereka mengaku kalah dan membangun 3 sekolah gratis. "Bang Rama, apa aku juga boleh ikut? Kebetulan paman Dharma mengundang ku untuk mengajarkan beberapa hal di kota Jawali." jelas Alan. Alan memakai
"Bang Rama, kami berangkat!!" kata Alan dan Pandu, mereka berdua membungkuk dan menangkupkan tangan, Rama, pak Bima, ibu Sri, Jaya, Chu Hua, Melisa dan pasukan bayangan mengantarkan kepergian Alan dan Pandu. Fatta, Jami dan Komang diberi perintah untuk menemani Alan dan Pandu menuju Jawali. Setelah mengantarkan kepergian Alan dan Pandu, Rama bergandengan tangan dengan Melisa, berjalan-jalan di sekitar desa. Pagi ini langit masih terlihat sangat cerah, beberapa pembangunan di desa Mekarsari mulai terlihat. Namun pertanian masih mendominasi desa ini. "Rama bagaimana kabarmu?" teriak paman Suli, ia sedang memantau beberapa pemuda yang menyiangi rumput liar di sekitar cabai. "Kabarku baik paman!!" sahut Rama, paman Suli hanya melambaikan tangannya. Mendengar nama Rama di sebut, pak Wijaya tergopoh-gopoh keluar dari rumah. "Rama!!" panggil pak Wijaya, tangannya terbentang untuk memeluk Rama. "Bagaimana kabar paman?" sapa Rama. "Kabarku baik, hanya saja tubuh tua ini suda
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak