Home / Fantasi / PWSPD 2 : AKHIR DUNIA / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of PWSPD 2 : AKHIR DUNIA: Chapter 111 - Chapter 120

148 Chapters

BAB 110 KEBERANGKATAN FATTA DAN RAMA

Seminggu setelah acara pernikahan, Rama kembali bersiap untuk melakukan perjalanan mengantar bayi Raja Saetan untuk diberi segel tambahan, menurut penjelasan Ara. Bayi Raja Saetan mudah sekali beradaptasi dengan keadaan di alam Manusia, ia mampu menyerap energi jahat untuk membuka segelnya, ia juga mempelajari segala hal dengan cepat dan mudah. Karena itulah Rama memutuskan akan mengantar bayi Raja Saetan untuk disegel dalam kristal hitam yang berada di dalam gunung keabadian yang terletak di benua Asia. Rama tak bisa menunda waktu lebih banyak dengan resiko besar bayi Raja Saetan yang mampu melepaskan segelnya sendiri. "Bapak~ibu... Aku berangkat, tolong doakan kami..." kata Rama mulai berpamitan. Seperti biasa ibu Sri selalu menangis ketika melepaskan kepergian Rama ke tempat yang konon katanya penuh dengan monster dan siluman. Pak Bima hanya tersenyum bangga dan menepuk bahu Rama. Ia tak pernah menyangka anak bungsunya itu akan menjadi pemuda kuat yang mampu menyelamatkan
Read more

BAB 111 JANG SHAN DAN BANDIT

"Astaga!! Apa yang mau kalian lakukan pada orang-orang itu!!" kata Fatta geram. Rama bahkan mulai berkilat marah dan tak bisa lagi menahan aura membunuhnya. Seketika para pria bertubuh besar seperti bandit itu bergidik ngeri dengan perubahan udara saat ini. Terlebih Rama menatap dengan kilat marah di matanya. "Jangan macam-macam, kami sangat banyak!! Jika kalian berhasil melumpuhkan kami pun maka pasukan kami yang lainnya akan datang..." kata salah seorang pria besar itu, pria itu berambut gondrong dengan luka di pipinya. Sepertinya ia tau kini kalau Rama dan Fatta bukan orang sembarangan. Karena itulah ia mengancam lebih dulu. "Berapa ongkos kami digabung dengan mereka?" tanya Rama akhirnya, ia tak ingin membuat keributan, terlebih saat ini bayi Raja Saetan yang berada di dalam kotak penyimpanan, bisa menyerap kejahatan di sekitarnya untuk menjadi kekuatannya. "Hahaha... Itu hal yang bagus, seharusnya kalian tidak perlu bersikap angkuh, langsung bayar saja jika punya bany
Read more

BAB 112 PERTARUNGAN DI ATAS KAPAL

"Bolehkah aku bertanya? Apa paman tau dimana gunung keabadian?" tanya Rama kemudian. "Aku kurang ingat tempat itu, tapi setauku gunung keabadian berada di kabupaten Xianwen terletak di provinsi Yunnang. Jika memang masih ada, aku punya beberapa kerabat yang tinggal di dekat sana." jelas Jang Shan. "Tetapi suamiku, tempat itu bukanlah tempat yang aman untuk di datangi, setauku banyak hewan-hewan spiritual di sana," kata Xian Ling, istri Jang Shan. "Apa yang istriku katakan sangat benar, seingatku jika mendekat ke kawasan sekitar gunung, maka akan banyak hewan spiritual, apakah Tuan seorang pendekar yang mencari hewan spiritual?" tanya Jang Shan memastikan, karena ia sedikit mengenal tempat itu. "Bisa dikatakan seperti itu, aku hanya mempunyai ilmu beladiri yang rendah, lagipula lihatlah ada Fatta yang menjagaku," kata Rama, Fatta yang disebut namanya langsung memperlihatkan otot tubuhnya. "Apakah Tuan akan pergi ke perguruan untuk belajar?" tanya Jang Shan lagi. "Benar, seka
Read more

BAB 113 PERJANJIAN DENGAN PARA BANDIT

"Berdirilah, aku tidak mencari anak buah!! Hanya saja jangan merampok lagi, bukankah kalian masih bisa mencari rezeki yang lebih baik dari ini?" kata Rama dengan sorot mata yang kelam. "Tidak bisa Tuan, kami ini sudah cacat di mata orang lain, apapun yang kami lakukan selalu salah!! Aku mohon, setidaknya pekerjakan kami!!" kata Mardi sembari berlutut. "Mardi benar, kami ini manusia buangan!! Hal baik apapun yang kami lakukan, orang lain tak pernah percaya!!" sahut Anji. Fatta terlihat menggaruk kepalanya yang tak gatal, tentu Rama bukanlah orang yang pelit dalam hal memberi pekerjaan, namun mereka memiliki misi yang penting dan tak punya waktu untuk hal seperti ini. "Aku akan pergi ke gunung keabadian, apa kalian tau tempat itu?" tanya Rama. Setidaknya jika mereka tau tempat seperti apa yang Rama akan tuju, maka mereka akan mengurungkan niat untuk menjadi anak buahnya. "Gunung keabadian? Aku tau tempat itu, tempat yang paling terkenal di kalangan perompak dan bandit-bandit g
Read more

BAB 114 BADAI

"Paman, maafkan kami karena sikap kasar kami, perlahan tapi pasti kami ingin menjadi orang baik!! Tolong maafkan kami!!" Kali ini Anji, Mardi dan anak buahnya menangkupkan tangan dan menundukkan kepala meminta maaf kepada Jang Shan serta keluarganya. Jang Shan memegang tangan Anji, "aku memaafkan kalian, tolong jadilah manusia yang baik, yang bisa memberi manfaat buat manusia lainnya," kata Jang Shan. Mardi maupun Anji merasa malu karena selama ini belum mampu menjadi manusia yang dapat memberi manfaat untuk manusia lainnya. "Paman, aku akan berubah!!" kata Anji meyakinkan, kini sorot matanya juga tidak terlihat kejam, Anji bertekad kali ini ia dan teman-temannya harus berubah menjadi lebih baik. "Tuan Muda, karena terbiasa berbuat jahat, terkadang kami lupa bagaimana caranya berbuat baik, kami terbiasa mendapatkan apa yang kami inginkan dengan cara instan!! Tolong bimbing kami!!" kata Anji kemudian. "Tentu saja, aku akan membimbing kalian!!" Fatta menyahut dengan mengge
Read more

BAB 115 PERSIAPAN MASUK KE GUNUNG KEABADIAN

Jang Shan memaksa Rama untuk ikut beristirahat di kediaman Jang Bao, padahal Rama sudah menolak dengan halus, jelas ia mendengar kegelisahan hati Jang Bao saat di dermaga tadi. Lagipula Rama bukan orang yang suka merepotkan orang lain. Namun Jang Shan terlihat sedih jika Rama menolak kebaikannya, jadi Rama akan beristirahat untuk sehari saja, sedangkan Anji dan anak buahnya Rama beri uang untuk beristirahat di penginapan dan Fatta yang akan memastikan mereka tidak membuat masalah. "Tuan, apa kau yakin akan pergi ke gunung keabadian?" tanya Jang Bao. Rama mengangguk, "aku harus pergi ke sana, ada hal yang sangat penting harus kulakukan di sana," sahut Rama lagi. Jang Bao terlihat berpikir, "Tuan, aku tidak melarangmu kesana, tapi gunung keabadian terkenal karena siluman, monster dan hewan spiritualnya. Kini tempat itu tertutup untuk umum, hanya pendekar-pendekar hebat yang memiliki plakat yang diperbolehkan masuk. Karena hampir semua pendekar datang untuk mencari hewan spir
Read more

BAB 116 MENYAMAR JADI PELAYAN

"Tuan, kudengar kau juga seorang pendekar, kau sudah berada di ranah apa? Maaf jika pertanyaanku terdengar lancang, hanya saja aku senang menanyakan hal ini..." kata Wan Bingwen dengan bersemangat. Bingwen dengan bersemangat. "Tuan, sekarang aku adalah pelayanan, kau harus memanggil namaku saja, Rama..." kata Rama mengingatkan, karena meskipun memakai baju pelayan, kharisma Rama masih terlihat. Terbukti ketika para gadis sibuk menatap dan berbisik sembari melihat ke arah Rama dan Wan Bingwen yang juga tampan. "Haish!! Aku lupa, Rama..." kata Wang Bingwen menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. "Aku tidak seperti kalian yang berkultivasi, di tempatku berasal kami hanya melakukan pemurnian diri dan mendapatkan kekuatan dari beberapa pusaka kuno. Latihan fisik juga diperlukan untuk menampung kekuatan dari dalam," jelas Rama. Karena pahlawan belum ada di jaman ini, Rama tidak bisa menjelaskan apa itu peringkat. "Ah, jadi begitu... Aku tak sabar untuk melihat bagaimana kekuata
Read more

BAB 117 HUTAN LARANGAN XIANWEN

Rama memasuki gerbang menuju hutan larangan, sudah ada beberapa pendekar dengan pelayan yang membawa keperluan sang pendekar. Beberapa pendekar membawa 1 atau 2 orang pelayan yang membantu mereka. Beberapa pendekar juga terlihat bergerombol saling membentuk tim agar bisa saling membantu. Namun begitu Wan Bingwen masuk, beberapa pendekar langsung menatap ke arahnya, menertawakannya secara terang-terangan dengan tatapan menghina walau masih ada yang menatap iba kepada Wan Bingwen, berhubung keluarga Wan cukup terkenal di kabupaten Xianwen. Wan Bingwen tidak terlalu perduli, ketika semua pendekar mulai memasuki hutan. Rama meminta untuk langsung di arahkan menuju gunung keabadian. "Apa urusan Guru selesai jika sampai di gunung keabadian?" tanya Wan Bingwen lagi. "Aku berharap seperti itu, semoga tidak terlalu banyak rintangan saat diperjalanan, berapa lama perjalanan kita ke sana?" tanya Rama lagi. "Sekitar 2 hari perjalanan, sudah dengan waktu istirahat untuk makan," kata
Read more

BAB 118 SILUMAN SRIGALA

Salah satu siluman Srigala mengendus aroma yang sangat familiar, "aku seperti mengenal aroma ini," katanya. "Benar, seperti aroma yang begitu kuat, namun tersembunyi sehingga baunya sangat samar..." kata siluman Srigala lainnya. "Kearah sana!!" kata siluman Srigala yang pertama. Siluman Srigala itu kemudian berlari diikuti oleh siluman Srigala lainnya, jumlah mereka ada sekitar 20 ekor siluman srigala, dengan Ork sebagai ketua dan Ark sebagai wakil ketua. Ork kembali menajamkan penciumannya, ia kembali berlari menuju tenda para pendekar. Malam semakin sunyi, bulan mulai menerangi dedaunan di dalam hutan. Mereka belum pernah mendatangi area hutan ini, dari atas pohon Ork menatap sebuah tenda yang terlihat besar dan kuat. "Dari situ kah asal aroma kuat ini?" tanya Ark kepada Ork. Ork mengangguk, aroma kuat yang sangat familiar, aroma kejahatan, aroma kegelapan. "Tapi itu tenda manusia, tidak mungkin ada manusia yang lebih jahat dari kita para siluman," kata Ark kurang yaki
Read more

BAB 119 PHOENIX API

Pagi ini setelah sarapan roti lapis daging, Rama dan timnya berangkat menuju gunung keabadian, menurut Wang Bingwen jarak gunung keabadian hanya memerlukan waktu sehari perjalanan lagi, dan akan beruntung jika mereka sampai sebelum malam. "Aku khawatir kita akan bertemu para siluman lagi, jadi sebaiknya perhatikan langkah kalian!!" kata Rama agar semua orang waspada. Wang Bingwen, Fatta, Anji dan Mardi mengangguk, semua orang berjalan dengan tenang dan menajamkan telinga mereka. "Fatta, apa Tuan Muda memang tidak terlalu sering bicara?" tanya Wan Bingwen, ia berjalan di samping Fatta dan berada di depan. Sedangkan Rama berjalan di paling belakang, ia khawatir jika ada siluman dari arah belakang menyerang Anji dan Mardi, kedua orang itu belum memiliki pengalaman melawan siluman dan monster. "Tuan muda suka bicara, tapi kalau keadaan seperti ini beliau bersikap waspada karena tidak mau ada yang terluka," jelas Fatta. Wan Bingwen mengangguk, Rama terkesan misterius dan meny
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status