Pagi ini setelah sarapan roti lapis daging, Rama dan timnya berangkat menuju gunung keabadian, menurut Wang Bingwen jarak gunung keabadian hanya memerlukan waktu sehari perjalanan lagi, dan akan beruntung jika mereka sampai sebelum malam. "Aku khawatir kita akan bertemu para siluman lagi, jadi sebaiknya perhatikan langkah kalian!!" kata Rama agar semua orang waspada. Wang Bingwen, Fatta, Anji dan Mardi mengangguk, semua orang berjalan dengan tenang dan menajamkan telinga mereka. "Fatta, apa Tuan Muda memang tidak terlalu sering bicara?" tanya Wan Bingwen, ia berjalan di samping Fatta dan berada di depan. Sedangkan Rama berjalan di paling belakang, ia khawatir jika ada siluman dari arah belakang menyerang Anji dan Mardi, kedua orang itu belum memiliki pengalaman melawan siluman dan monster. "Tuan muda suka bicara, tapi kalau keadaan seperti ini beliau bersikap waspada karena tidak mau ada yang terluka," jelas Fatta. Wan Bingwen mengangguk, Rama terkesan misterius dan meny
Da Daoi langsung melancarkan jurusnya, ia menggunakan pedang dengan jurus yang indah, namun Rama melihat gerakan itu sangat lambat baginya. Sehingga dengan mudah Rama memukul Da Daoi hingga ia terjungkal. "Apa hanya seperti ini kekuatanmu?" tanya Rama dengan senyum mengejek. Da Daoi mengelap bibirnya yang mengeluarkan darah, padahal Rama tidak terlalu menggunakan tenaganya. Namun tubuhnya terasa sakit karena pukulan Rama barusan. "Aku tidak akan menghalangimu lagi!!" kata Da Daoi menangkup kan tangan, hanya orang gila yang masih mau melawan Rama. Da Daoi bahkan kini bisa mengukur kekuatannya dengan kekuatan Rama. Ia bahkan tidak berani lagi menghadapi Rama, sakit di badannya terasa sangat meremukkan tubuhnya, hingga ia kesulitan untuk bangun. "Pluk!!" Rama memberikan cairan Elixir Healing potion 2 botol kepada Da Daoi. "Untukmu dan temanmu yang tadi kupukul, minum itu jika kau ingin menyembuhkan kerusakan di dalam tubuhmu," kata Rama. Da Daoi menatap tak percaya, ia ragu untuk m
"Wuuuuuuurrrrrsssshhh!!" Semburan Phoenix api sangat besar, bukan larva seperti Naga. Namun benar-benar api panas berwarna putih, tidak seperti api sebelumnya yang berwarna merah. Api putih kali ini benar-benar panas. Bahkan terkena hawanya saja dapat melelehkan kulit. "Phoenix mengeluarkan api putih!! Menjauh atau kita akan terbakar!!" teriak Wan Bingwen, semua orang yang mengetahui kekuatan api putih milik Phoenix api segera menjauh dari pertempuran itu. Beruntung Rama memiliki kekuatan meregenerasi serta rompi pelindung yang menyembuhkan tubuhnya secara instan. Meski begitu, rasa panas dari api putih Phoenix cukup menyiksa sehingga Rama harus membuat pelindung di sekitarnya. "Rasakan!! Kini kau sadar seperti apa perbedaan kekuatan kita!!" kata Phoenix api. Rama hanya kembali mengangkat senyumnya dan bergerak dengan cepat, ia juga mengaktifkan ilusi untuk membuat Phoenix api lengah. Hutan mulai terbakar karena api putih, terlihat di bawah sana para pendekar dan pelaya
Bai Ju Lai kesal melihat Phoenix api melakukan kontrak dengan Wan Bingwen. Bahkan Phoenix api kini naik ke tahap Raja Phoenix, selain kedua Naga yang tadi muncul juga membuat Bai Ju Lai semakin kesal, bagaimana bisa Wan Bingwen bertemu dengan seorang pendekar hebat seperti Rama. "Kau curang!!" kata Bai Ju Lai menunjuk Wan Bingwen. "Curang? Di bagian mana aku curang?" tanya Wan Bingwen. "Kau membawa seorang pendekar hebat untuk membantumu!! Apalagi namanya kalau bukan curang?" tuding Bai Ju Lai. Phoenix api maju, "anak muda kau berkata kasar kepada Tuanku!! Apa kau mau kubakar?" kata Pho-En mengancam. Bai Ju Lai jelas ketakutan, api putih Phoenix sangatlah panas. Ia bergetar sembari menunjuk Wan Bingwen. "Banyak saksi yang menyaksikan ini, aku akan menuntutmu diperguruan nanti!!" kata Bai Ju Lai, ia kemudian melangkah pergi. Namun diam-diam baik Chao Donghai maupun Da Daoi malah ingin menjalin hubungan baik dengan Wan Bingwen, mereka kagum dengan Rama. "Wan Bingwen
"Syuuuung!! Syuuuung!!" Ular besar kepala 3 itu menyerang Rama dari segala arah, Wan Bingwen juga membantu untuk mengalahkan ular besar kepala 3. Sedangkan Pho-En mencari dimana letak kristal hitam di dalam gua. "BAM!!" Rama berhasil memukul kepala ular bagian kanan. "Sial*n!!" "Wuuuuurrrr!!" [Racun ular terdeteksi] kata Ara memberi peringatan. "Wan Bingwen!!" Rama langsung memasukkan Wan Bingwen ke dalam kotak penyimpanannya, sementara Rama mengaktifkan pelindung kepada Pho-En. Racun ular besar telah menyebar ke seluruh gua, jika manusia biasa menghirup racun tersebut. Maka hanya dalam hitungan detik manusia itu akan lumpuh atau mati. "Kau bukan manusia biasa rupanya!! Kau bisa menahan racun mematikan kami!!" kata Ular kepala bagian tengah. Mereka berdesis bersamaan. Seperti merapalkan suatu mantra... " Hati-hati Tuan, sepertinya dia membaca sihir ilusi!!" kata Pho-En memberi peringatan, namun sihir ilusi tidak mempan kepada Rama. Karena ia juga mampu membuat
"Siiiiiinnnngggg!!" "Wush!!" Sebuah ledakan udara terjadi setelah kutukan diramalkan. Seolah menghentikan waktu dan menyegel setiap perkataan yang diucapkan. Suasana di gua gunung keabadian juga berubah menjadi lebih gelap karena hadirnya Bayi Raja Saetan yang tersegel dalam keadaan tertidur. "Hanya siluman ular dan keturunanmu yang bisa melihat tempat ini nantinya," kata Rama. Gua yang tadinya terang menjadi lebih gelap dengan aura mencekam, tidak lupa Rama membuat penghalang masuk gua kepada semua siluman kecuali keturunan dari Wan Bingwen, namun Rama berharap tidak ada satupun dari keturunan Wan Bingwen yang akan membuka segel tersebut. Tanpa Rama tutup sekalipun gua tersebut menutup dengan sendirinya ketika Rama, Wan Bingwen dan Pho-En meninggalkan tempat itu. Tanpa mereka ketahui, beberapa siluman ular menyaksikan kejadian tersebut dalam diam dan ketakutannya. *** "Wan Bingwen berguru kepada asal sembarang orang, aku tidak menyukai ini!!" kata petua Chen Ruong memukul
Lei Quo menatap istrinya yang sedang tertidur lelap, di tangannya terdapat cairan yang kata Wan Bingwen mampu menyembuhkan penyakit istrinya itu. Lei Quo berjalan mendekati istrinya, ia duduk dan menggenggam tangan An Fang-Hua dengan lembut. "Kau sudah pulang sayang?" An Fang-Hua tersenyum dan menoleh ke arah sisi Lei Quo. Ia kemudian bangun untuk duduk bersandar, Lei Quo membantunya dengan hati-hati. "Aku masih punya tenaga kalau hanya untuk duduk," kata An Fang-Hua dengan wajah tidak terima saat Lei Quo membantunya, An Fang-Hua tidak ingin terlihat lemah. "Aku percaya, aku hanya ingin membantumu sayang..." kata Lei Quo dengan lembut. An Fang-Hua menatap Lei Quo heran, matanya memicing membaca setiap ekspresi yang Lei Quo tunjukkan, "mengapa kau sudah pulang? Bukankah hari masih belum beranjak sore?" tanya An Fang-Hua. "Astaga sayang, tidak bolehkah aku menemuimu?" kata Lei Quo tidak terima dan memasang wajah cemberut. "Kau boleh menemuiku, tapi sikapmu hari i
"Hiks... Hiks...!!" An Fang-Hua menangis tersedu, di bibirnya masih terdapat jejak darah hitam yang telah ia muntahkan. Melihat istrinya menangis pilu, Lei Quo buru-buru menghampirinya. Hatinya sakit mendengar suara tangisan itu. "Apakah sakit sayang? maafkan aku dengan sembarangan memberikanmu obat!! Aku akan membuat Wan Bingwen dan Rama menanggung akibatnya!!" kata Lei Quo geram, ia menyesal telah membuat istrinya merasakan sakit karena cairan obat itu. Namun bukannya marah, An Fang-Hua menggeleng dan tersenyum, "aku menangis bukan karena sakit, tapi sakit itu telah hilang, aku merasakan aliran Qiku mengalir dengan lembut dan selaras." jelas An Fang-Hua. Karena sakit yang ia derita, hampir tak pernah ia rasakan aliran Qi nya mengalir selembut ini. An Fang-Hua merasa tubuhnya terasa bugar, seolah ia diberikan tubuh baru tanpa rasa sakit yang ia derita. "Maksudmu apa sayang?" tanya Lei Quo dengan tatapan tidak mengerti. "Cairan obat itu menyembuhkanku, darah hitam yang t
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak