Semua Bab Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku: Bab 61 - Bab 70

123 Bab

61. Ayo, menikah!

Radit masih diam terpaku. Dia masih belum percaya atas apa yang baru saja terjadi. Semua begitu cepat, tanpa sempat memikirkan ujungnya nanti."Ayo, menikah!" seru Airin beberapa menit lalu. Dan itu terjadi. Dia sudah menikah. Benar, Airin kini sudah menjadi istri dari Radit Mahesa. Airin sudah menjadi penyelamat keluarganya. Benar kata Airin, kalau pernikahan ini demi menyelamatkan nama baik keluarga. "Aku gak bisa, Ai. Pernikahan itu harus dilandasi rasa cinta, dan aku tidak mencintaimu. Mungkin aku menyayangi, tapi itu hanya seperti Abang pada adiknya," terang Radit menolak saran Airin tegas. "Abang tidak akan mencium bibir adiknya!" sambar Airin jutek. Melipat tangan di dada, hingga menyembulkan gundukan indah yang bulat miliknya. Radit sempat melihat siluet dada Airin yang baru disadari sangat indah dan ... menggoda.Radit terdiam. Kulit wajahnya yang putih terlihat memerah menahan rasa malu yang sangat besar. Dia tidak menyangka kalau Airin akan menyerangnya dengan kejadian
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya

62. Rumah Baru

Tidak ada kesempatan bagi Airin untuk berbagi rasa bahagianya bersama Nasya, meskipun bahagia itu harus dia tekan dalam hati, jangan ada yang tahu kalau dia memang menginginkan pernikahan ini, tapi tetap saja dia ingin bersama Nasya untuk berbagi cerita paling tidak dalam beberapa hari ini. Namun, keinginannya itu langsung dipatahkan oleh Radit. Malam pernikahan mereka harus kembali ke apartemen Radit, meski Anisa meminta untuk tinggal sampai besok. "Gak papa, Mi. Airin. akan ikut bersama mas Radit. Sejujurnya, Airin takut kalau kecewanya pada Dinar membuatnya melakukan tindakan konyol," ucap Airin menenangkan hati mertuanya. Anisa memang memaksa Airin memanggilnya mami setelah mereka menikah. "Besok aku akan mampir ke sana," ucap Nasya melepas kepergian sahabatnya. Radit sudah ada di mobil, diam seribu bahasa. Dia cukup pamit pada kedua orang tuanya. Biasanya dia akan mengajak Zain bercanda terlebih dulu sebelum pulang, tapi kali ini, pria itu tampak dalam keadaan mood yang san
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-09
Baca selengkapnya

63. Malam Meresahkan

"Sial!" umpat Radit mengepal tinju. Dia kembali berbalik, yang entah sudah ke berapa kalinya. Kali ini dia menghadap ke arah Airin yang sudah terlelap. Gadis itu memunggungi Radit hingga pria itu bisa lebih leluasa berbalik. Meski sudah membuat batasan di tengah-tengah mereka, Radit tetap tidak bisa terpejam. Bayangan bentuk dada Airin membayang jelas. "Kenapa aku bisa gelisah seperti ini? Sementara yang biang masalah justru enak sekali terlelap. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, tapi matanya masih enggan terlelap. Meski masih mendapat izin cuti dari kantor, Radit memutuskan besok akan kembali bekerja, paling tidak, bisa memberi jarak dengan Airin. Lamunan panjangnya tentang Dinar yang tiba-tiba datang menyerang pikirannya buyar. Airin telentang dan kakinya menindih pinggul Radit. "Selama ini gue pikir cewek ini manis, imut, gak tahunya bar-bar! Kalau dipikir-pikir kenapa dulu bisa sampai menciumnya, ya?" cicit Radit memperhatikan Airin yang begitu lasak saat tidur
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

64. Istri Yang Sebenarnya

"Makan dulu, nanti dilanjut." Chris sudah mendekati Nasya yang tampak sibuk menyusun letak perabot di rumah mereka. Terlihat berkeringat dan rambut lepak, tapi Chris tetap terpesona padanya. Definisi mencintai meski bagaimanapun bentuknya. "Nanggung, Mas," jawab Nasya masih sibuk menimbang sebaiknya box bayi Zain di letak di sebelah kanan ranjang atau sebelah kiri. "Buka mulutnya." Chris sudah menyodorkan nasi ke hadapan Nasya. Bukan pake sendok, pakai tangan Chris, karena kata Nasya lebih enak rasanya disuapi dengan tangan orang lain. Awalnya Chris sempat menolak. Rasanya jijik sekali harus menyuapi pakai tangan, tapi karena Nasya hanya mau makan saat itu kalau disuapi dengan tangan, Chris pun menurut. Lama kelamaan jadi biasa dan rasa jijik itu hilang.Anisa yang tenang menggendong Zain melihat kemesraan anak mantunya itu sembari tersenyum. Hatinya merasa damai dan ikut merasakan kebahagiaan mereka. Paling tidak, Nasya sudah mendapatkan pasangan yang tepat. Meski Dirga belum sep
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

65. Kurang Sentuhan

"Jangan nangis, kayaknya udah sering 'kan kamu bawa Zain imunisasi. Masa tiap disuntik kamu nangis," ujar Airin mengusap punggung Nasya yang masih terisak. Hari ini jadwal Zain ikut imunisasi. Nasya mengajak Airin untuk menemaninya karena Anisa kurang sehat sementara Chris, harus berangkat pagi ini ke New York ngantuk urusan pekerjaan. Untunglah Airin ikut bersamanya, setidaknya ada yang menenangkan Nasya ketika sedang sedih dan panik seperti ini. "Makanya kamu cepat punya anak, dong, biar tahu rasanya suara Ibu tidak akan bisa melihat anak ini menangis untuk apapun alasannya," jawab Nasya mengusap jejak air mata di pipi. Airin memutar bola matanya buru-buru punya anak buat niat aja tidak pernah sudah dua bulan menikah, Radit tidak pernah menyentuhnya. "Kamu sama bang Radit udah mulai buat, kan?" tanya Nasya tiba-tiba berubah serius. "Belum jadi," jawab Airin singkat. Dia tidak ingin membuka rahasia bahwa sampai detik ini ready sama sekali tidak menyentuhnya. Selesai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

66. Film pembawa Petaka

Radit kembali melirik Airin yang duduk di sampingnya. Entah sudah keberapa kali dia lakukan. Hatinya tergelitik, ada yang aneh pada Airin. Wanita itu bergerak gelisah dan sesekali mengipas dengan tangannya. Padahal suhu di mobil sudah sangat dingin. Belum lagi di luar gerimis mulai turun. "Kamu baik-baik aja?" "Hah? Baik, kok." Airin kembali menunduk. Di dekat Radit perasaannya semakin terbakar. Ingatan akan adegan dalam film membuatnya hilang akal sehat. Tidak bisa memikirkan hal lain selain bercinta. "Kamu udah makan?" kembali Radit bertanya. Dia semakin khawatir pada Airin. Biasanya wanita itu ngoceh dan banyak bicara. Apa sebenarnya yang terjadi hingga mampu membungkam mulut Airin. "Udah. Bisa gak, kamu fokus nyetir aja, gak usah tanya ini itu." Airin mengerucutkan bibir ditengah wajahnya yang memerah. Terkutuklah film itu hingga buat dia meriang seperti ini. Perasaan aneh yang menggerogoti, seakan ada sesuatu dari dalam tubuhnya yang akan keluar, tapi tidak tahu cara me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

67. Duka Menyapa

Berkali-kali ponsel Airin berdering, tapi belum bisa membangunkan pasangan suami istri yang tadi malam baru menikmati malam pengantin mereka meski telah lama menikah. Nasya yang ternyata menghubungi Airin semakin kesal karena sahabatnya itu tidak kunjung mengangkat teleponnya. "Sudah kita tinggalkan saja tidak usah menunggu kamu kirim pesan kepada Airin agar dia bisa menyusul nanti," ucapan Nisa membenarkan letak kerudung yang dia pakai. Hari ini kabar duka menyapa keluarga mereka. Ibunda Dika sudah berpulang kepada Sang penciptanya. Setelah perceraian Nasya dengan Dika, Anisa sudah jarang berkomunikasi dengan Risma, hanya sesekali menanyakan kabar Risma dan perkembangan kesehatannya. Meski tidak bertengkar, namun di hati masing-masing pasti menyimpan kekecewaan, terlebih Risma. Meski semua yang terjadi adalah kesalahan anaknya tapi sebagai seorang ibu, dia tidak rela Dika bercerai dengan Nasya. Berulang kali Risma meminta waktu dari Nasya, karena dia percaya bahwa Nas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

68. Melayat

"Radit, bangun ... Kita harus siap-siap," ujar Airin setelah berhasil membuka matanya. Dia masih ingin mengabaikan ponselnya yang berdering, tapi bunyinya semakin mengganggu, memaksa dirinya untuk meraih benda pipih itu dan mematikannya, meski bagian pangkal pahanya masih ngilu. Namun, lihat nama Nasya sebagai si penelpon, Airin bergegas menggeser tombol hijau, tapi keburu berhenti. Bola matanya terbelalak melihat panggilan dari Nasya lebih dari 20 kali, lalu ada satu pesan dan juga dari sahabatnya itu. Bergegas Airin menggoyang-goyangkan tubuh Radit, meminta pria itu untuk segera bangun. "Ayo, bangun," rengek Airin. Keduanya bangun kesiangan karena memang tidak tidur semalaman. Keduanya mengulang percintaan mereka, seperti tidak ada bosannya. Dalam semalam, entah sudah berapa kali mereka bercinta. Keduanya baru beristirahat setelah adzan subuh berkumandang. Tubuh Airin begitu sakit terasa pegal, tapi tidak lantas membuatnya jera untuk mengulang kembali meraih kenikmatan itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

69. Hubungan Tidak wajar.

Acara penguburan Risma berjalan dengan lancar. Satu persatu pelayat juga sudah pulang menyisakan keluarga inti saja. "Ayah, kita pulang," ucap Dika menggenggam pundak Anton. Selama proses penguburan, Anton hanya diam memandangi jasad Risma yang sudah dikubur dan bertabur bunga. Dika takut kalau ayahnya jadi jatuh sakit karena masih belum mengikhlaskan kepergian ibunya. "Sebentar lagi. Ayah masih ingin di sini," jawab Anton pelan dan menepuk tangan Dika. Penuh sabar, Dirga dan semua anggota keluarga menunggu dengan sabar. Mereka tidak mendesak karena ingin memberi waktu bagi Anton mengucapkan kata perpisahan pada istrinya. Setelah lega, Anton bangkit lalu mengajak rombongan pulang. Hingga malam, mereka semua masih berada di kediaman Anton. Pria itu terlihat lelah dan lemah. Masuk ke dalam rumahnya membawa kenangan akan istrinya lagi. Dia kembali menitikkan air mata. "Ayah, sudahlah. Ibu sudah tenang di sisiNya," Dika merangkul sang ayah, duduk di samping Anton. Anton meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

70. Anak Hilang Kembali Pulang

"Bang Raka, harus pulang. Mami masuk rumah sakit!" Pesan itu berhasil tersampaikan pada Raka setelah sekian lama dia menonaktifkan nomornya, entah mengapa kali ini dia terketuk untuk mengaktifkan kembali. Banyak notifikasi panggilan masuk, pun pesan. Namun, hanya pesan dari Nasya yang menarik minat Raka. Kabar ibundanya yang jatuh sakit membuat hati Raka tidak karuan. Terlebih dalam pesan keduanya, Nasya melampirkan alamat rumah sakit tempat Anisa dirawat. "Gue rasa lu harus pulang, Ka. Jangan sampai suatu hari lu nyesal," tegas Galang, teman dekat Raka menasehati. "Apa-apaan, sih, lu? Nyokap gue baik-baik saja," sambarnya tidak senang atas kalimat temannya. Raka berpikir keras, kapan terakhir dia bertemu dengan Anisa? Lupa. Sudah sangat lama ternyata. Bahkan saat pernikahan kedua Nasya, Raka tidak datang meski Radit sudah memintanya hadir. Persoalannya masih sama. Dia masih tidak ingin bertemu dengan Dirga. Satu tahun lamanya berkelana keluar dari rumah, tidak satu kali pu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status